Tersebutlah perempuan mulia Ummu Ayman yang memiliki nama asli Barakah binti Tsa'labah bin Amr. Beliau berasal dari Ethiopia (Habsyah). Beliau adalah seorang perempuan mulia yang merawat Nabi Saw setelah ditinggal wafat oleh ibu kandungnya, Siti Aminah. Nabi memerdekakan Ummu Ayman ketika dia memutuskan menikah dengan Sayidah Khadijah. Setelah itu, Ummu Ayman dinikahi oleh Ubaid bin Zaid—seorang laki-laki dari klan al-Harits bin al-Khazraj— dan kemudian melahirkan seorang putra bernama Ayman.
Ummu
Ayman ikut hijrah bersama kaum Muslimin ke Madinah dalam keadaan berpuasa. Mengenai
hal ini, Ummu Ayman menuturkan, “Pada suatu kesempatan di tengah-tengah jalan, saya
merasa sangat haus tapi tidak ada air. Tiba-tiba ada butiran-butiran putih yang
turun dari langit berisi air. Saya mengambil dan meminumnya sampai hausku
hilang. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi merasakan haus. Bahkan ketika
saya berada di kawasan Hawajir[1]
dalam keadaan berpuasa, saya tidak merasakan haus sama sekali.”
Nabi Saw
sangat mencintai dan menghormati Ummu Ayman. Nabi biasa memanggilnya dengan sebutan
"Wahai ibu."[2]
Nabi Muhamad Saw juga kerap bercanda dengan Ummu Ayman.
Pada suatu hari Ummu Ayman mendatangi Nabi dan berkata dalam canda, "Wahai
Rasulullah, bawa saya bersamamu."
Nabi pun menjawab penuh canda, "Saya akan membawamu
mengendarai anak unta.”
Dan Ummu Ayman spontan mengucap, "Anak unta itu tidak
akan kuat membawaku dan saya tidak mau.”
Sambil bercanda Nabi berkata, "Saya tetap akan
membawamu mengendarai anak unta itu."[3]
Dalam
kitab Shahih Muslim, Anas bin Malik meriwayatkan bahwa
pada suatu hari Nabi Saw mengunjungi Ummu Ayman. Perempuan paruh baya itu menyuguhkan
minuman pada Nabi Saw namun Nabi menolak dengan sikap manja. Karena itu Ummu
Ayman mengangkat suara sambil memeluk Nabi sembari menggerutu karena gemas.[4]
Kisah
ini menunjukkan sifat manja Nabi pada perempuan yang telah merawatnya.[5]
Dalam
sebuah riwayat yang berbeda, Anas bin Malik bercerita, “Suatu hari, Nabi Saw
mengunjungi Ummu Ayman. Saat itu saya ikut menemani Nabi. Ummu Ayman
menyuguhkan minuman tetapi Nabi menolaknya. Entah karena puasa atau memang
beliau tidak mau. Karena itu Ummu Ayman mengangkat suara sambil memeluk Nabi
Saw. Setelah Nabi wafat, Abu Bakar mengajak Umar bin Khattab, ‘Mari kita
kunjungi Ummu Ayman sebagaimana Nabi Saw mengunjunginya.’ Setelah sampai di
rumahnya, Ummu Ayman terlihat menangis. Abu Bakar bertanya, ‘Apa yang membuatmu
menangis wahai Ummu Ayman? Bukankah keputusan Allah SWT itu jauh lebih baik
untuk Rasul-Nya.’ Ummu Ayman menjawab, ‘Saya tidak menangis karena meragukan
hal itu. Saya menangis karena melihat wahyu dari langit sudah putus dengan
wafatnya Nabi.’ Abu Bakar dan Umar pun ikut sedih dan menangis.”
No comments:
Post a Comment