Raut
gembira di wajah Rehan (32), perempuan yang sedang hamil tujuh bulan, saat
suaminya Andrianto (34) sibuk mengisi formulir untuk memperoleh kartu berobat
layanan kesehatan semesta di kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Divisi
Regional II.
"Tak
begitu sulit untuk mengurus segala sesuatu dibutuhkan untuk mendapatkan kartu
BPJS ini. Syukur pada Tuhan, ini juga menjadi rejeki bagi anak saya yang bakal
lahir," kata Rehan dengan senyum tetap mengembang di kedua bibirnya itu.
Rehan
mengatakan, suaminya yang bekerja serabutan kadang sebagai tukang ojek anak
sekolah itu selalu berfikir sepuluh kali kalau ingin berobat untuk memeriksakan
penyakitnya.
Padahal
penyakit suami saya terbilang cukup serius, katanya, yakni TBC, lever
komplikasi kelenjer getah bening. Jika disuruh memeriksakan kesehatan selalu
menolak karena tidak ada biaya.
"Kembali
syukur pada Tuhan, setelah kami mendapatkan kartu BPJS kesehatan itu, saya
langsung memeriksakan kehamilan ini dan begitupula suami untuk berobat ke
spesialis," katanya.
Jangankan
untuk berobat ke spesialis, katanya lagi, dulu untuk mencukupi pendapatan
keluarga Rehan terpaksa membuat kue basah yang dijual ke pada pedagang pemilik
'steling' kue. Kini tidak ada kekhawatiran lagi jika kami berobat termasuk anak
yang bakal lahir ini akan tertangani dengan baik tanpa harus stres memikirkan
biaya bersalin.
Berobat
tanpa menggunakan kartu BPJS terasa sangat berat, kata Rehan lagi, dimana untuk
konsultasi bidan dan peroleh obat harus membayar Rp50.000. Dan pemeriksaan USG
mencapai Rp70 ribu.
Sama halnya
dengan Rehan, Tarinco Lumbalgaol (34) buruh lepas di perusahaan ekspedisi di
Kota Pekanbaru itu juga mengurus BPJS Kesehatan untuk kelas III dengan membayar
iuran kesehatan secara pribadi sebesar Rp25.500 per jiwa untuk tiga anggota
keluarganya.
"Saya
juga bersyukur adanya kartu BPJS ini sehingga apa saja tindakan berobat bisa
kami peroleh dan tidak ada lagi keraguan sehingga untuk memeriksakan
kesehatan," katanya.
Rinco yang
mengaku pekerja swasta itu, mengatakan tekadnya untuk mengurangi membeli rokok
dan uang pembelian dua hingga tiga bungkus per bulan akan dialihkannya dengan
membayarkan iuran BPJS.
Menurut
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Riau, dr Rini Hermiyati mengatakan
keluarga miskin di daerah ini tidak akan lagi menemui kesulitan untuk berobat
ketika mereka sudah memegang kartu layanan semesta diterbitkan oelh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Kartu
tersebut sebagai dasar untuk memberikan rujukan kepada peserta memperoleh
layanan pemeriksaan kesehatan baik rata jalan dan inap di rumah sakit-rumah
sakti yang ditunjukan oleh BPJS," kata dia di Pekanbaru, Minggu.
Menurut
dia, keberadaan kartu BPJS itu sudah bisa langsung dimanfaatkan oleh peserta
termasuk yang berada dalam kondisi gawat darurat seperti ibu melahirkan,
kecelakaan dan pasien yang membutuhkan tindakan layanan kesehatan khusus.
Ia
mengatakan, sedangkan rumah sakit yang ditunjuk sebagai rumah sakit tempat
rujukan tercatat sebanyak sembilan rumah sakit Ibnu Sina, BMC, RSUD Arifin
Achmad, Awal Bross, RS Bayangkari Polri, RS Asabri, RSUD Petala Bumi, RS
Zainab, RS Tabrani.
"Selain
pemilik kartu BPJS, hingga saat ini pemilik kartu ASKES untuk PNS, TNI, Polri
masih berlaku seperti semula belum berobah," katanya.
Animo
Masyarakat Tinggi
Kepala BPJS
Kesehatan, Divisi Regional II Kota Pekanbaru Provinsi Riau , Benjamin P. Saut
mengatakan animo warga untuk menjadi peserta BPJS cukup tinggi dan peserta yang
mendaftar mencapai seribuan lebih rata-rata perhari sejak 2 Januari 2014
dibukanya pendaftaran.
"Sejak
2 Januari 2014 dibukanya pendaftaran, animo warga untuk menjadi peserta BPJS
cukup tinggi dan peserta yang mendaftar mencapai 7.930 orang atau seribuan
lebih rata-rata perhari," kata dia.
Menurut
dia, besarnya animo masyrakat untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan
mengakibatkan BPJS Kesehatan Divisi Regional II terpaksa menambah tempat-tempat
pendaftaran.
Pada hari
pertama pedaftaran, PT. Askes hanya membuka tiga tempat pelayanan namun
kemudian terpaksa menambah sembilan tempat pelayanan sehingga total menjadi 12
tempat layanan.
Khusus di
kantor BPJS Kesehatan Divisi Regional II Jl Sudirman juga ditempatkan Mamo
(Mandiri Mobile) guna memudahkan masyarakat membayarkan premi asuransi
kesehatan mereka setelah mengisi formulir di kantor BPJS Divisi Regional
II," katanya.
Pada hari
pertama pendaftaran kantor BPJS Askes hanya membuka tiga tempat pelayanan namun
kemudian terpaksa menambah sembilan tempat pelayanan sehingga total menjadi 12
tempat layanan pendaftaran.
"Khusus
di Kantor BPJS Keshatan Divisi Regional II Jl Sudirman juga ditempatkan Mamo
(Mandiri Mobile) guna memudahkan masyarakt menyetorkan iuran kesehatan mereka
setelah mengisi formulir di Kantor BPJS Kesehatan Divisi Regional II di Jl
Sudirman itu," katanya.
Saut
menambahkan sebagian besar pendaftar tersebut memilih layanan kesehatan kelas
III, dan kelas II disesuaikan dg kemampuan masing-masing. Pemabayaran iuran
untuk kelas III adalah sebesar Rp25.000/jiwa per bulan dan kela II
Rp42.500/jiwa per bulan, dan kelas I Rp59.000/jiwa peer bulan.
"Untuk
proses pendaftaran waktu pelayanan dibuka pada tiap hari kerja dimulai pukul
08.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB," kata Saut.
Sementara
itu peserta yang mendaftar tersebut mayoritas merupakan pekerja informal maupun
wiraswasta seperti buruh harian lepas, pedagang dan pekerja profesional
mandiri.
Peserta
BPJS Pkanbaru yg mayoritas mengurus kartu BPJS adalah dari Pekerja.
adalah dari
Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Pekerja Penerima Upah (PPU) yang
mendaftar pada kantor cabang Padang, Bukitinggi, Kantor Cabang Solok, Kancab
Jambi, Kancab Muaro Bungo.
Sedangkan
layanan kesehatan yang diberikan pada peserta adalah pelayanan yang bersifat
pelayanan kesehatan perorangan mencakup pelayanan promotif, preventif,
rehabilitatif, pelayanan obat, bahan medis habis pakai sesuai indikasi medis
yang diperlukan. (Frislidia/www.republika.co.id)
No comments:
Post a Comment