Monday, January 13, 2014

Saat Keluarga Miskin Tak Lagi Sulit Berobat



Raut gembira di wajah Rehan (32), perempuan yang sedang hamil tujuh bulan, saat suaminya Andrianto (34) sibuk mengisi formulir untuk memperoleh kartu berobat layanan kesehatan semesta di kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Divisi Regional II.

"Tak begitu sulit untuk mengurus segala sesuatu dibutuhkan untuk mendapatkan kartu BPJS ini. Syukur pada Tuhan, ini juga menjadi rejeki bagi anak saya yang bakal lahir," kata Rehan dengan senyum tetap mengembang di kedua bibirnya itu.

Rehan mengatakan, suaminya yang bekerja serabutan kadang sebagai tukang ojek anak sekolah itu selalu berfikir sepuluh kali kalau ingin berobat untuk memeriksakan penyakitnya.

Padahal penyakit suami saya terbilang cukup serius, katanya, yakni TBC, lever komplikasi kelenjer getah bening. Jika disuruh memeriksakan kesehatan selalu menolak karena tidak ada biaya.

"Kembali syukur pada Tuhan, setelah kami mendapatkan kartu BPJS kesehatan itu, saya langsung memeriksakan kehamilan ini dan begitupula suami untuk berobat ke spesialis," katanya.

Jangankan untuk berobat ke spesialis, katanya lagi, dulu untuk mencukupi pendapatan keluarga Rehan terpaksa membuat kue basah yang dijual ke pada pedagang pemilik 'steling' kue. Kini tidak ada kekhawatiran lagi jika kami berobat termasuk anak yang bakal lahir ini akan tertangani dengan baik tanpa harus stres memikirkan biaya bersalin.

Berobat tanpa menggunakan kartu BPJS terasa sangat berat, kata Rehan lagi, dimana untuk konsultasi bidan dan peroleh obat harus membayar Rp50.000. Dan pemeriksaan USG mencapai Rp70 ribu.

Sama halnya dengan Rehan, Tarinco Lumbalgaol (34) buruh lepas di perusahaan ekspedisi di Kota Pekanbaru itu juga mengurus BPJS Kesehatan untuk kelas III dengan membayar iuran kesehatan secara pribadi sebesar Rp25.500 per jiwa untuk tiga anggota keluarganya.

"Saya juga bersyukur adanya kartu BPJS ini sehingga apa saja tindakan berobat bisa kami peroleh dan tidak ada lagi keraguan sehingga untuk memeriksakan kesehatan," katanya.

Rinco yang mengaku pekerja swasta itu, mengatakan tekadnya untuk mengurangi membeli rokok dan uang pembelian dua hingga tiga bungkus per bulan akan dialihkannya dengan membayarkan iuran BPJS.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Riau, dr Rini Hermiyati mengatakan keluarga miskin di daerah ini tidak akan lagi menemui kesulitan untuk berobat ketika mereka sudah memegang kartu layanan semesta diterbitkan oelh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

"Kartu tersebut sebagai dasar untuk memberikan rujukan kepada peserta memperoleh layanan pemeriksaan kesehatan baik rata jalan dan inap di rumah sakit-rumah sakti yang ditunjukan oleh BPJS," kata dia di Pekanbaru, Minggu.

Menurut dia, keberadaan kartu BPJS itu sudah bisa langsung dimanfaatkan oleh peserta termasuk yang berada dalam kondisi gawat darurat seperti ibu melahirkan, kecelakaan dan pasien yang membutuhkan tindakan layanan kesehatan khusus.

Ia mengatakan, sedangkan rumah sakit yang ditunjuk sebagai rumah sakit tempat rujukan tercatat sebanyak sembilan rumah sakit Ibnu Sina, BMC, RSUD Arifin Achmad, Awal Bross, RS Bayangkari Polri, RS Asabri, RSUD Petala Bumi, RS Zainab, RS Tabrani.

"Selain pemilik kartu BPJS, hingga saat ini pemilik kartu ASKES untuk PNS, TNI, Polri masih berlaku seperti semula belum berobah," katanya.
Animo Masyarakat Tinggi

Kepala BPJS Kesehatan, Divisi Regional II Kota Pekanbaru Provinsi Riau , Benjamin P. Saut mengatakan animo warga untuk menjadi peserta BPJS cukup tinggi dan peserta yang mendaftar mencapai seribuan lebih rata-rata perhari sejak 2 Januari 2014 dibukanya pendaftaran.

"Sejak 2 Januari 2014 dibukanya pendaftaran, animo warga untuk menjadi peserta BPJS cukup tinggi dan peserta yang mendaftar mencapai 7.930 orang atau seribuan lebih rata-rata perhari," kata dia.

Menurut dia, besarnya animo masyrakat untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan mengakibatkan BPJS Kesehatan Divisi Regional II terpaksa menambah tempat-tempat pendaftaran.

Pada hari pertama pedaftaran, PT. Askes hanya membuka tiga tempat pelayanan namun kemudian terpaksa menambah sembilan tempat pelayanan sehingga total menjadi 12 tempat layanan.

Khusus di kantor BPJS Kesehatan Divisi Regional II Jl Sudirman juga ditempatkan Mamo (Mandiri Mobile) guna memudahkan masyarakat membayarkan premi asuransi kesehatan mereka setelah mengisi formulir di kantor BPJS Divisi Regional II," katanya.

Pada hari pertama pendaftaran kantor BPJS Askes hanya membuka tiga tempat pelayanan namun kemudian terpaksa menambah sembilan tempat pelayanan sehingga total menjadi 12 tempat layanan pendaftaran.

"Khusus di Kantor BPJS Keshatan Divisi Regional II Jl Sudirman juga ditempatkan Mamo (Mandiri Mobile) guna memudahkan masyarakt menyetorkan iuran kesehatan mereka setelah mengisi formulir di Kantor BPJS Kesehatan Divisi Regional II di Jl Sudirman itu," katanya.

Saut menambahkan sebagian besar pendaftar tersebut memilih layanan kesehatan kelas III, dan kelas II disesuaikan dg kemampuan masing-masing. Pemabayaran iuran untuk kelas III adalah sebesar Rp25.000/jiwa per bulan dan kela II Rp42.500/jiwa per bulan, dan kelas I Rp59.000/jiwa peer bulan.

"Untuk proses pendaftaran waktu pelayanan dibuka pada tiap hari kerja dimulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB," kata Saut.

Sementara itu peserta yang mendaftar tersebut mayoritas merupakan pekerja informal maupun wiraswasta seperti buruh harian lepas, pedagang dan pekerja profesional mandiri.

Peserta BPJS Pkanbaru yg mayoritas mengurus kartu BPJS adalah dari Pekerja.

adalah dari Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Pekerja Penerima Upah (PPU) yang mendaftar pada kantor cabang Padang, Bukitinggi, Kantor Cabang Solok, Kancab Jambi, Kancab Muaro Bungo.

Sedangkan layanan kesehatan yang diberikan pada peserta adalah pelayanan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan mencakup pelayanan promotif, preventif, rehabilitatif, pelayanan obat, bahan medis habis pakai sesuai indikasi medis yang diperlukan. (Frislidia/www.republika.co.id)

No comments:

Post a Comment