Tuesday, March 11, 2014

Gaya Kepemimpin Multitalenta JR Saragih


 
Rakyat akan takluk pada pemimpin yang cerdas, berprestasi dan melayani dengan hati, bukan lantaran banyaknya uang, popularitas, ketampanan dan janji.
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Cendekiawan

KESULITAN dan pahit getir kehidupan telah menempa sosok Jopinus Ramli (JR) Saragih menjadi pribadi yang matang, tangguh, memiliki dan mampu memberdayakan banyak talenta yang ada di dalam dirinya. Dia demikian kuat menghadapi berbagai problematika dan persoalan hidup senantiasa mendera anak manusia tiada henti. Selalu ada solusi manakala permasalahan menghampirinya.
Meminjam kata-kata bijak motivator Gde Prama(1997), JR Saragih ibarat sebatang pohon tangguh yang tersisa dari cuaca yang sulit dan tak menentu. Sebuah kondisi sulit dan sukar akan menciptakan kesempatan untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa Anda pohon yang tangguh itu.
Kesulitan hidup yang datang silih-berganti, pada prisipnya, akan menempa seseorang menjadi kuat dan matang secara emosional. Bagai sepotong baja yang menjadi demikian kuat lantaran ditempa panasnya api dan kerasnya palu godam. Pun demikian kekuatan emosional manusia akan semakin kuat dan matang manakala ditempa oleh kesukaran dan jalan terjal rona kehidupan.
Seorang motivator dari Harvard University, Prof. Daniel Goleman, menandaskan bahwa faktor emotional quotient (EQ) merupakan faktor utama yang lebih berpengaruh dibandingkan intellectual quotient (IQ) dalam menentukan kesuksesan seseorang.
JR Saragih merasa bersyukur bilamana selama ini dirinya ditempa oleh berbagai riak dan gelombang kehidupan yang menjadi kawah candradimuka “pembentuk” manusia tahan banting dengan emosi yang matang. Dia mengakui bahwa sekolah terbaik ada di dalam kehidupan ini. Dia tidak menghindar atau bersembunyi di balik perjalanan hidup yang sulit dan terkadang teramat pahit. Dari masa getir ditinggal orang-orang terkasih, himpitan kemiskinan, kemacetan di jalan-jalan raya, perselisihan di rumah tangga, intrik antar-tetangga sampai sikut-sikutan antar-dosen atau antar-politisi. Dia tidak pernah berusaha mengindari semua itu. Dia langsung menghadapi dan berusaha mencari jalan keluar agar jangan sampai mengalami kebuntuan.
Dengan menghadapi secara langsung problematikan kehidupan dan berupaya mencari jalan keluar dari kebuntuan, JR Saragih mampu mengasah semua talenta yang terpendam di dalam dirinya. Dia mampu tampil menjadi manajer yang baik, pemimpin yang mengayomi, motivator yang memberikan suluh bagi siapa saja yang akan tersesat, dan berlapang hati ketika menghadapi persoalan yang nyaris tak bertepi.
Perjalanan hidupnya yang kaya warna-warni menjadikan JR Saragih mampu tampil sebagai sosok pemimpin yang mengusung delapan unsur alam semesta (hasta brata) dalam perilaku dan gaya memimpin. Delapan unsur tersebut adalah Bumi, Matahari, Bulan, Samudra, Bintang, Angin, Api, dan Air. Setiap unsur dari delapan unsur alam ini memiliki sifat tersendiri dan dapat dikatakan mewakili simbol kearifan dan kebesaran Sang Pencipta.
Kedelapan unsur alam itu sejatinya menyiratkan keharmonisan sistem alam semesta. Pada hakikatnya kedelapan sifat tersebut merupakan manifestasi keselarasan yang terdapat pada tata alam semesta yang diciptakan Tuhan, dan manusia harus menyelaraskan diri dengan tata alam semesta kalau ingin selamat dan terhindar dari malapetaka. Bila manusia, sebagai ciptaan Tuhan, bisa selaras dengan alam semesta, maka selaraslah seluruh kehidupannya.
Intinya, delapan unsur alam tersebut dapat dimanifestasikan bahwa seorang pemimpin harus dapat memberikan kesejukan dan ketentraman kepada warganya; membasmi kejahatan secara tegas tanpa pandang bulu; bersifat bijaksana, sabar, ramah dan lembut; melihat, mengerti dan menghayati seluruh warganya; memberikan kesejahteraan dan bantuan bagi warganya yang membutuhkan; mampu menampung segala sesuatu yang datang kepadanya, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan; gigih dalam mengalahkan musuh dan dapat memberikan pelita bagi warganya.

A.   Kepemimpinan Hasta Brata
Hasta Brata yang merupakan teori kepemimpinan, berisi mengenai hal-hal yang disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam. Teori ini berasal dari ajaran filsafat kepemimpin Jawa (Kuno) yang masih relevan diterapkan pada masa sekarang. Ajaran Hasta Brata lazimnya menjadi landasan kebatinan yang memberi motivasi kepada setiap pemimpin, khususnya bagi sosok pemimpin yang meyakini ajaran filsafat kepemimpinan Jawa dan ingin menjadi pemimpin yang berhasil menegakkan kebenaran untuk memerangi keburukan.
Ajaran Hasta Brata berisi delapan ajaran perilaku (mengacu pada sifat unsur alam) yang harus dipunyai seorang pemimpin. Kedelapan ajaran perilaku tersebut meliputi:
Sifat Bumi, memberikan tempat hidup bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Dalam konteks kepemimpinan masa kini, sifat Bumi ini dapat diterjemahkan menjadi sifat seorang yang suka memberikan perhatian kepada fakir miskin dan kaum lemah. Seorang pemimpin yang menguasai sifat Bumi akan mengarahkan kekuasaannya untuk mensejahterakan rakyat dan mengentaskan kemiskinan.
Sifat Matahari, menjadi sumber energi yang memberi kekuatan untuk menyokong kehidupan. Matahari memberikan kekuatan pada makhluk hidup yang ada di muka bumi. Dalam implementasi masa sekarang, seorang pemimpin yang menguasai sifat Matahari dapat memberikan inspirasi dan semangat kepada rakyatnya untuk menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Pemimpin yang menguasai sifat Matahari adalah dia yang siap membela rakyatnya yang tertindas.
Sifat Bulan, menjadi sumber cahaya bilamana malam tiba. Dengan begitu, pada hakekatnya Bulan merupakan sang penerang makhluk hidup dari kegelapan malam hari di muka bumi. Jika diejawantahkan ke dalam kerangka kepemimpinan masa kini, maka seorang pemimpin yang menguasai sifat Bulan adalah mereka yang mampu menjadi penuntun dan memberikan pencerahan kepada rakyatnya. Pemimpin seperti ini diharapkan mampu memahami dan mengamalkan ajaran luhur yang terkandung dalam agama (religiusitas) dan menjunjung tinggi moralitas.
Di masa silam, sifat Bulan ini diterapkan oleh raja-raja Mataram, salah satu tandanya adalah dengan memberikan status/posisi kepada Sultan Hamengku Buwono sebagai Senopati Ing Ngalogo Ngabdurohman Sayidi Panoto Gomo Kalifatullah. Dalam konsepsi kepemimpinan Jawa, seorang pemimpin negara (kerajaan) juga sekaligus berfungsi sebagai ulama (pemimpin agama).
Sifat Samudra, luas dan lapang sebagai simbol dari kelapangan dada dan keluasan hati. Seorang pemimpin yang menguasai sifat Samudra akan mampu menerima kritikan dengan lapang dada, siap diberi saran sekalipun itu oleh bawahannya. Dia tidak akan melihat siapa yang berbicara, namun biasa mendengarkan apa yang dibicarakan. Dia akan menyediakan waktu dan senantiasa terbuka untuk menampung keluhan dan curahan hati rakyatnya.
Pada masa lalu, sekadar contoh, sifat Samudra ini juga tercermin dalam praktik kepemimpinan raja-raja Mataram dengan memberikan kesempatan kepada rakyat jelata untuk mengajukan protes kepada Raja melalui budaya pepe (berjemur), yaitu berjemur di alun-alun sampai Raja menemui dan mendengarkan curahan hati mereka.
Sifat Bintang, melukiskan posisi yang tinggi. Pemimpin yang menguasai dan memahami sifat Bintang akan menjadi pemimpin berkepribadian mulia sehingga menempati posisi (maqam) yang terhormat dan dihormati. Singkat kata, rakyat mencintainya dan disegani lawan, terutama lawan politik.
Sifat Angin, dapat masuk (menyusup) ke segala tempat. Sifat Angin dalam khasanah filsafat Jawa ini diartikan sebagai suatu bentuk ketelitian dan kehati-hatian. Dan dalam konteks masa kini, pemimpin yang menguasai sifat Angin adalah dia yang selalu terukur berbicaranya (tidak asal ngomong), setiap tutur katanya selalu disertai argumentasi serta dilengkapi data dan fakta yang kuat. Dengan begitu pemimpin yang menguasai sifat Angin ini akan selalu melakukan check and recheck sebelum berbicara atau mengambil keputusan.
Sifat Api,  membakar apa saja, tanpa pandang bulu. Besi sekalipun bisa leleh oleh Api. Dalam khasanah filsafat Jawa, Api dimaknai secara positif sebagai simbol dari sifat yang tegas dan lugas. Seorang pemimpin yang menguasai sifat Api akan cekatan dan tuntas dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Juga selalu konsisten dalam menegakkan aturan, tegas (tidak pandang bulu) dan obyektif serta tidak memihak.
Sifat Air. Berbeda dengan Samudra yang lebih mewakili sifat luas (lapang) hati, Air memiliki sifat yang selalu mencari tempat yang lebih rendah. Pun demikian pemimpin yang menguasai sifat Air, dia akan selalu rendah hati dan tidak sombong apalagi semena-mena kepada rakyatnya.
Sekali lagi, Hasta Brata ini dapat dimanifestasikan dan diejawantahkan ke dalam nilai dan sikap bahwa seorang pemimpin harus mampu memberikan kesejukan dan ketentraman kepada warganya; menegakkan aturan hukum secara tegas (tanpa pandang bulu); bersifat bijaksana, sabar, ramah dan lembut; melihat, mengerti dan menghayati seluruh warganya; memberikan kesejahteraan dan bantuan bagi warganya yang membutuhkan; mampu menampung segala sesuatu (curahan hati) yang datang kepadanya, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan; dan dapat memberikan pelita bagi warganya.
Tidaklah berlebihan bila kita mengatakan bahwa sosok JR Saragih merupakan pemimpin yang memegang erat dan menerapkan Hasta Brata ini selama memimpin Kabupaten Simalungun. Soal ketegasan misalkan, Kepala Polres Kabupaten Simalungun AKBP M. Agus Fajar Arkam SIK menyatakan, “Pak JR Saragih orangnya tegas, tidak ragu-ragu menindak anak buahnya yang (mungkin) berbuat salah atau kinerjanya kurang bagus. Repotnya, ketegasan itu kadang dirasakan oleh warga masyarakat di mana beliau dianggap terlalu cepat mengambil keputusan.”

B.   Sarat Ide Pemberdayaan
Berkat kekuatannya menerapkan nilai dan sikap Hasta Brata, selama memimpin Kabupaten Simalungun, Pak JR (demikian sapaan akrab JR Saragih) mampu menjadi penuntun dan memberikan pencerahan (sifat Bulan) kepada rakyatnya yang kebingungan hendak berbuat apa di tengah kecukupan sumber daya alam pertanian. Sebagaimana pada umumnya wilayah kabupaten yang mayoritas penduduknya hidup di sektor pertanian, Simalungun juga harus menghadapi persoalan posisi tawar petani yang relatif rendah. Mereka tidak tahu mesti ke mana memasarkan hasil-hasil panennya? Dan mereka selalu pula harus menghadapi harga anjlok di saat panen raya. Di benak Pak JR tersembul ide bagaimana agar posisi tawar petani menguat dan harga komoditi mereka tetap stabil kendati tengah mengalami panen raya.  
Sejak akhir 2011 sebagai contoh, Bupati JR Saragih mengaktifkan Stasiun Terminal Agribisnis (STA) Saribudolok untuk lebih menguatkan posisi tawar petani jeruk dan Pasar Tani di Kecamatan Raya buat memperkokoh potensi komoditi kopi unggulan dari Simalungun. Dia juga menyerahkan bantuan farm gate market kepada Asosiasi Pasar Tani Harapan Raya. Petani pun jadi memiliki kepastian hendak ke mana hasil-hasil panennya mesti dipasarkan.
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Pemerintah Kabupaten Simalungun Amran Sinaga, bantuan farm gate market sangat berguna untuk mendukung pemasaran hasil pertanian para petani Simalungun. Bantuan farm gate market diberikan sebagai salah satu upaya pemerintah dalam memudahkan petani memasarkan komoditi pertanian dan mendekatkan petani menuju agribisnis yang prospektif. Salah satu komoditi penting dari sektor pertanian Simalungun adalah Kopi Simalungun yang kini telah mewarnai kedai-kedai kopi kelas dunia. Dan komoditi Jeruk Saribudolok yang sempat tenggelam kalah bersaing dengan jeruk Cina diharapkan kembali menguat dan meramaikan pasar buah di berbagai kota besar di Indonesia.
Dalam hal memberikan pencerahan, Pak JR merangkul kalangan dunia usaha membangun sebuah pusat pelatihan untuk petani kopi Simalungun atau yang kini dikenal sebagai Farmer Trade Center (FTC). Dari pusat pelatihan FTC ini diharapkan terjadi transfer ilmu dari para konsultan kepada para petani kopi Simalungun. Dengan demikian, petani akan terus berusaha meningkatkan kualitas kopi yang mereka hasilkan sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen dan secara otomatis meningkatkan taraf hidup para petani.

C.   Kreatif dan Inovatif
Masih dalam konsepsi nilai dan sikap kepemimpinan Hasta Brata, Pak JR cukup memahami bagaimana unsur Bhumi (bumi/tanah) yang memiliki sifat kuat dan murah hati. Bumi (tanah) senantiasa memberi hasil kepada yang merawatnya. Pak JR berusaha bermurah hati (melayani) pada rakyatnya untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyat yang telah memilihnya untuk mengemban jabatan Bupati Simalungun 2010-2015.
Sebagai pribadi yang telah berpengalaman pada bisnis-sosial klinik kesehatan yang kemudian bermetamorfose menjadi RS Efarina Etaham, Pak JR mengajak aparatur di lingkungan Dinas Kesehatan benar-benar memberikan pelayanan kesehatan kepada rakyat-masyarakat Simalungun.
Ketika memulai tugas sebagai Bupati Simalungun, JR Saragih menghadapi kenyataan keterbatasan aksesibiltas terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, gender dan pada kelompok rentan seperti penduduk miskin, daerah tertinggal dan wilayah terpencil. Lalu kualitas sumber daya manusia kesehatan masih relatif rendah dan belum merata guna menunjang atau memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
Ketika itu pula, alokasi anggaran kesehatan –terutama untuk upaya preventif dan promotif serta mobilisasi Puskesmas—masih amat rendah. Juga pemanfaatan obat-obatan tradisioal atau obat asli Indonesia untuk pelayanan kesehatan komplementer alternatif pada sarana kesehatan formal kurang maksimal.
Melihat sumber daya yang relatif terbatas tersebut, JR Saragih berupaya memperkuat sumber daya yang ada dan memaksimalkan pelayanan yang apa adanya. Dia berusaha memperkuat sumber daya yang mengawaki Puskesmas di seluruh wilayah Kabupaten Simalungun. Dan, terobosan yang cukup inovatif adalah  membuka “Puskesmas 24 Jam” guna memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada warga masyarakat yang sangat membutuhkan.
Sebagaimana sumber daya manusia (juga aparatur) pada birokrasi, sumber daya manusia di Puskesmas pun dipantik untuk memberikan pelayanan secara maksimal dengan membagi waktu kerja mereka ke dalam tiga shift. Dengan demikian, pelayanan di Puskesmas terus berjalan sepanjang 24 jam sehari dan tujuh hari dalam sepekan. Warga masyarakat yang berada di rentang jauh dari Puskesmas yang datang kapan saja dapat dilayani oleh tenaga medis dan tenaga paramedis yang ada di Puskesmas.   
Selain soal akses pelayanan kesehatan yang amat terbatas, penduduk Kabupaten Simalungun yang berjumlah 817.720 jiwa (tahun 2010) yang sebagian besar masuk kategori miskin juga menghadapi problem kualitas pendidikan yang belum baik, tingkat pendidikan rendah dan masih banyak yang buta huruf.
Mengingat kondisi yang relatif kurang bagus tersebut, Bupati JR Saragih berinisiatif membangun tiga pilar pendidikan secara bersamaan. Ketiga pilar tersebut: pemerataan dan perluasan aksesibiltas pendidikan; peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; serta tata kelola, akuntabiltas dan pencitraan publik.
Pada aspek pemerataan dan perluasan aksesibilitas pendidikan, JR Saragih memprioritaskan dan menuntaskan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan segera mengimplementasikan Wajib Belajar 12 Tahun. Sementara untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan,  JR mengirimkan guru-guru di Kabupaten Simalungun untuk mencapai kualifikasi pendidikan S-1. Dan untuk meningkatkan mutu anak didik, dia membuka Sekolah Unggulan. Dengan begitu, kualitas anak-anak sekolah lulusan dari wilayah Simalungun tidak kalah dibandingkan dengan lulusan yang sama/sederajat dari wilayah lain.
Lantas, sebagai orang yang relatif cukup waktu berkecimpung di sektor pendidikan, JR Saragih mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Pendidikan Berbasis Masyarakat (PBM), standarisasi pelayanan pendidikan, serta pemutakhiran pengelolaan data dan informasi pendidikan. Prinsip-prinsip ini dia terapkan pada semua sekolah yang ada di Kabupaten Simalungun. Penerapan MBS dan PBM merupakan media guna meningkatkan parisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengawasan proses belajar-mengajar.
JR Saragih benar-benar kreatif dan inovatif buat meningkatkan pelayanan dan mutu pendidikan di seluruh wilayah Kabupaten Simalungun. Seluruh pengalaman dirinya saat membangun RS Efarina Etaham yang dilengkapi dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Akademi Kebidanan dia curahkan, dia bagikan, kepada segenap aparatur dan stakeholders yang ada di Simalungun. Dia bertekad seluruh pengalamannya dapat memberi manfaat dan nilai tambah kepada semakin banyak orang.       
Dia betul-betul ingin merawat sumber daya manusia yang ada di sektor kesehatan dan pendidikan agar kelak kemudian hari ada hasil (kualitas manusia) yang bisa dipetik oleh rakyat-masyarakat Kabupaten Simalungun. Dia ingin menebar manfaat sebanyak-banyaknya sehingga dapat dinikmati oleh semakin banyak rakyat dan umat.
Dalam upaya merawat sumber daya manusia kesehatan dan pendidikan itu, memakai bahasa manajemen masa kini, JR Saragih menjadi sosok kreatif yang selalu melihat segala sesuatu dengan cara berbeda dan baru, dan biasanya tidak dilihat oleh orang lain. Dia mengetahui permasalahan secara sangat baik dan disiplin, dan dapat melakukan sesuatu yang sedikit berbeda dibandingkan cara-cara tradisional.

D.   Memantik Potensi Memetik Prestasi
Selama memimpin Kabupaten Simalungun, JR Saragih selaksa bintang di langit. Dalam konsepsi kepemimpinan Hasta Brata, Bintang atau Kartika, memiliki kekuatan memancarkan sinar kemilauan, berada di tempat tinggi hingga dapat dijadikan pedoman arah. Dengan demikian, seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan bagi untuk berbuat kebaikan. Seorang pemimpin (terutama kepala daerah) mesti mampu memberikan arah hendak ke mana pembangunan daerahnya dilayarkan.
Mengingat sumber daya alam pertanian Kabupaten Simalungun sangat potensial, Bupati JR Saragih mengarahkan pada pengembangan agribisnis dan kemandirian pangan lokal. Untuk agribisnis, dia menitik-beratkan pada pendekatan pembentukan dan pengembangan kawasan agropolitan.
Dalam skala wilayah Provinsi Sumatera Utara sudah ada Pusat Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan yang dibentuk pada tahun 2002 melalui penanda-tanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara Pemerintah Kabupaten Tanah Karo, Dairi, Simalungun, Toba Samosir, dan Tapanuli Utara. Pemerintah Kabupaten Simalungun tinggal memanfaatkan kesempatan ini dengan mengarahkan seluruh pembangunan pertanian wilayahnya untuk memenuhi apa yang telah digariskan oleh nota kesepahaman itu. Sampai kemudian Pemerintah Kabupaten Simalungun membangun Stasiun Agropolitan di Saribudolok mengingat di sana terdapat komoditi andalan bernama jeruk. Tentu bukan hanya jeruk yang dikembangkan di Simalungun. Dia juga tetap mengembangkan padi agar bisa mencapai kemandirian pangan. Hasilnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan apresiasi sebagai Kabupaten yang telah mampu meningkatkan produksi beras di atas lima persen. Bupati JR Saragih menerima secara langsung penghargaan yang diserahkan oleh Menteri Pertanian (waktu itu) Suswono pada Agustus 2011 di Jakarta tersebut.  
Lantas, sebagai sosok yang cukup lama bertugas (saat masih menyandang status prajurit militer di Purwakarta, Jawa Barat) bersentuhan dengan pengembangan kawasan industri, JR Saragih juga tidak lupa mengarahkan pengembangan sumber daya manusia yang ada buat memenuhi kebutuhan kawasan industri.
Di sekitar Kabupaten Simalungun telah terbangun Kawasan Industri Sei Mangkei yang merupakan salah satu koridor percepatan pembangunan yang menjadi prioritas pembangunan Pemerintah Pusat. Sampai kemudian dia berinisiatif merevisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Simalungun untuk mengakomodir pembangunan Kawasan Industri Sei Mangkei. Dia juga mempersiapkan sumber daya manusia (tenaga kerja) Simalungun yang sesuai dengan kualifikasi di kawasan industri tersebut. Dan, secara fisik, dia berusaha mengarahkan pembangunan infrastruktur yang menjadi aset menuju kawasan tersebut.
Dengan mengusung Hastra Brata, sosok JR Saragih benar-benar tampil sebagai pemimpin yang cerdas, berprestasi dan melayani dengan hati. Rakyat pun menaruh respek dan lawan-lawan politiknya mulai angkat topi. Dia bukan tipe pemimpin yang mengumbar banyak janji, menebar uang, mengandalkan popularitas dan ketampanan yang bisa sirna dalam sekejap.
Dan sebagai penganut Kristen, meminjam makna kepemimpinan menurut pakar kepemimpinan Kristen Anthony D’Souza, bahwa JR Saragih mampu to enoble (heart perspective), to enable (head perspective) dan to empower. To enoble adalah memberikan perspektif yang lebih bermakna terhadap urusan yang dilaksanakan. Sedangkan to enable bermakna mendidik, melatih, membina dan menasehati agar orang dapat melaksanakan tugasnya. Dan to empower adalah memberi kesempatan pada orang untuk mencoba melaksanakan secara baik apa yang telah dipelajarinya. ***

No comments:

Post a Comment