Rakyat akan takluk pada pemimpin
yang cerdas, berprestasi dan melayani dengan hati, bukan lantaran banyaknya
uang, popularitas, ketampanan dan janji.
Prof.
Dr. Komaruddin Hidayat, Cendekiawan
KESULITAN dan pahit getir kehidupan telah
menempa sosok Jopinus Ramli (JR) Saragih menjadi pribadi yang matang, tangguh, memiliki
dan mampu memberdayakan banyak talenta yang ada di dalam dirinya. Dia demikian
kuat menghadapi berbagai problematika dan persoalan hidup senantiasa mendera
anak manusia tiada henti. Selalu ada solusi manakala permasalahan
menghampirinya.
Meminjam
kata-kata bijak motivator Gde Prama(1997), JR Saragih ibarat sebatang pohon
tangguh yang tersisa dari cuaca yang sulit dan tak menentu. Sebuah kondisi
sulit dan sukar akan menciptakan kesempatan untuk menunjukkan kepada semua
orang bahwa Anda pohon yang tangguh itu.
Kesulitan
hidup yang datang silih-berganti, pada prisipnya, akan menempa seseorang
menjadi kuat dan matang secara emosional. Bagai sepotong baja yang menjadi
demikian kuat lantaran ditempa panasnya api dan kerasnya palu godam. Pun
demikian kekuatan emosional manusia akan semakin kuat dan matang manakala
ditempa oleh kesukaran dan jalan terjal rona kehidupan.
Seorang
motivator dari Harvard University, Prof. Daniel Goleman, menandaskan bahwa
faktor emotional quotient (EQ)
merupakan faktor utama yang lebih berpengaruh dibandingkan intellectual quotient (IQ) dalam menentukan kesuksesan seseorang.
JR
Saragih merasa bersyukur bilamana selama ini dirinya ditempa oleh berbagai riak
dan gelombang kehidupan yang menjadi kawah candradimuka “pembentuk” manusia
tahan banting dengan emosi yang matang. Dia mengakui bahwa sekolah terbaik ada
di dalam kehidupan ini. Dia tidak menghindar atau bersembunyi di balik
perjalanan hidup yang sulit dan terkadang teramat pahit. Dari masa getir
ditinggal orang-orang terkasih, himpitan kemiskinan, kemacetan di jalan-jalan
raya, perselisihan di rumah tangga, intrik antar-tetangga sampai sikut-sikutan
antar-dosen atau antar-politisi. Dia tidak pernah berusaha mengindari semua
itu. Dia langsung menghadapi dan berusaha mencari jalan keluar agar jangan
sampai mengalami kebuntuan.
Dengan
menghadapi secara langsung problematikan kehidupan dan berupaya mencari jalan
keluar dari kebuntuan, JR Saragih mampu mengasah semua talenta yang terpendam
di dalam dirinya. Dia mampu tampil menjadi manajer yang baik, pemimpin yang
mengayomi, motivator yang memberikan suluh bagi siapa saja yang akan tersesat,
dan berlapang hati ketika menghadapi persoalan yang nyaris tak bertepi.
Perjalanan
hidupnya yang kaya warna-warni menjadikan JR Saragih mampu tampil sebagai sosok
pemimpin yang mengusung delapan unsur alam semesta (hasta brata) dalam perilaku dan gaya memimpin. Delapan unsur
tersebut adalah Bumi, Matahari, Bulan, Samudra, Bintang, Angin, Api, dan Air. Setiap
unsur dari delapan unsur alam ini memiliki sifat tersendiri dan dapat dikatakan
mewakili simbol kearifan dan kebesaran Sang Pencipta.
Kedelapan
unsur alam itu sejatinya menyiratkan keharmonisan sistem alam semesta. Pada
hakikatnya kedelapan sifat tersebut merupakan manifestasi keselarasan yang
terdapat pada tata alam semesta yang diciptakan Tuhan, dan manusia harus
menyelaraskan diri dengan tata alam semesta kalau ingin selamat dan terhindar dari
malapetaka. Bila manusia, sebagai ciptaan Tuhan, bisa selaras dengan alam
semesta, maka selaraslah seluruh kehidupannya.
Intinya,
delapan unsur alam tersebut dapat dimanifestasikan bahwa seorang pemimpin harus
dapat memberikan kesejukan dan ketentraman kepada warganya; membasmi kejahatan secara
tegas tanpa pandang bulu; bersifat bijaksana, sabar, ramah dan lembut; melihat,
mengerti dan menghayati seluruh warganya; memberikan kesejahteraan dan bantuan
bagi warganya yang membutuhkan; mampu menampung segala sesuatu yang datang
kepadanya, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan; gigih dalam
mengalahkan musuh dan dapat memberikan pelita bagi warganya.
A. Kepemimpinan
Hasta Brata
Hasta
Brata yang merupakan teori kepemimpinan, berisi mengenai hal-hal yang
disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam. Teori ini berasal dari ajaran
filsafat kepemimpin Jawa (Kuno) yang masih relevan diterapkan pada masa
sekarang. Ajaran Hasta Brata lazimnya menjadi landasan kebatinan yang memberi
motivasi kepada setiap pemimpin, khususnya bagi sosok pemimpin yang meyakini
ajaran filsafat kepemimpinan Jawa dan ingin menjadi pemimpin yang berhasil
menegakkan kebenaran untuk memerangi keburukan.
Ajaran
Hasta Brata berisi delapan ajaran perilaku (mengacu pada sifat unsur alam) yang
harus dipunyai seorang pemimpin. Kedelapan ajaran perilaku tersebut meliputi:
Sifat Bumi, memberikan tempat hidup bagi
manusia, hewan dan tumbuhan. Dalam konteks kepemimpinan masa kini, sifat Bumi
ini dapat diterjemahkan menjadi sifat seorang yang suka memberikan perhatian
kepada fakir miskin dan kaum lemah. Seorang pemimpin yang menguasai sifat Bumi
akan mengarahkan kekuasaannya untuk mensejahterakan rakyat dan mengentaskan
kemiskinan.
Sifat Matahari, menjadi sumber energi yang memberi
kekuatan untuk menyokong kehidupan. Matahari memberikan kekuatan pada makhluk
hidup yang ada di muka bumi. Dalam implementasi masa sekarang, seorang pemimpin
yang menguasai sifat Matahari dapat memberikan inspirasi dan semangat kepada
rakyatnya untuk menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Pemimpin yang
menguasai sifat Matahari adalah dia yang siap membela rakyatnya yang tertindas.
Sifat Bulan, menjadi sumber cahaya bilamana
malam tiba. Dengan begitu, pada hakekatnya Bulan merupakan sang penerang makhluk
hidup dari kegelapan malam hari di muka bumi. Jika diejawantahkan ke dalam
kerangka kepemimpinan masa kini, maka seorang pemimpin yang menguasai sifat
Bulan adalah mereka yang mampu menjadi penuntun dan memberikan pencerahan
kepada rakyatnya. Pemimpin seperti ini diharapkan mampu memahami dan
mengamalkan ajaran luhur yang terkandung dalam agama (religiusitas) dan
menjunjung tinggi moralitas.
Di
masa silam, sifat Bulan ini diterapkan oleh raja-raja Mataram, salah satu
tandanya adalah dengan memberikan status/posisi kepada Sultan Hamengku Buwono
sebagai Senopati Ing Ngalogo Ngabdurohman
Sayidi Panoto Gomo Kalifatullah. Dalam konsepsi kepemimpinan Jawa, seorang
pemimpin negara (kerajaan) juga sekaligus berfungsi sebagai ulama (pemimpin
agama).
Sifat Samudra, luas dan lapang sebagai simbol
dari kelapangan dada dan keluasan hati. Seorang pemimpin yang menguasai sifat
Samudra akan mampu menerima kritikan dengan lapang dada, siap diberi saran
sekalipun itu oleh bawahannya. Dia tidak akan melihat siapa yang berbicara, namun
biasa mendengarkan apa yang dibicarakan. Dia akan menyediakan waktu dan senantiasa
terbuka untuk menampung keluhan dan curahan hati rakyatnya.
Pada
masa lalu, sekadar contoh, sifat Samudra ini juga tercermin dalam praktik
kepemimpinan raja-raja Mataram dengan memberikan kesempatan kepada rakyat
jelata untuk mengajukan protes kepada Raja melalui budaya pepe (berjemur), yaitu berjemur di alun-alun sampai Raja menemui
dan mendengarkan curahan hati mereka.
Sifat Bintang, melukiskan posisi yang tinggi.
Pemimpin yang menguasai dan memahami sifat Bintang akan menjadi pemimpin berkepribadian
mulia sehingga menempati posisi (maqam)
yang terhormat dan dihormati. Singkat kata, rakyat mencintainya dan disegani lawan,
terutama lawan politik.
Sifat Angin, dapat masuk (menyusup) ke segala
tempat. Sifat Angin dalam khasanah filsafat Jawa ini diartikan sebagai suatu
bentuk ketelitian dan kehati-hatian. Dan dalam konteks masa kini, pemimpin yang
menguasai sifat Angin adalah dia yang selalu terukur berbicaranya (tidak asal
ngomong), setiap tutur katanya selalu disertai argumentasi serta dilengkapi
data dan fakta yang kuat. Dengan begitu pemimpin yang menguasai sifat Angin ini
akan selalu melakukan check and recheck
sebelum berbicara atau mengambil keputusan.
Sifat Api,
membakar apa saja, tanpa pandang bulu. Besi sekalipun bisa leleh oleh
Api. Dalam khasanah filsafat Jawa, Api dimaknai secara positif sebagai simbol
dari sifat yang tegas dan lugas. Seorang pemimpin yang menguasai sifat Api akan
cekatan dan tuntas dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Juga selalu
konsisten dalam menegakkan aturan, tegas (tidak pandang bulu) dan obyektif
serta tidak memihak.
Sifat Air. Berbeda dengan Samudra yang lebih
mewakili sifat luas (lapang) hati, Air memiliki sifat yang selalu mencari
tempat yang lebih rendah. Pun demikian pemimpin yang menguasai sifat Air, dia
akan selalu rendah hati dan tidak sombong apalagi semena-mena kepada rakyatnya.
Sekali
lagi, Hasta Brata ini dapat dimanifestasikan dan diejawantahkan ke dalam nilai
dan sikap bahwa seorang pemimpin harus mampu memberikan kesejukan dan
ketentraman kepada warganya; menegakkan aturan hukum secara tegas (tanpa
pandang bulu); bersifat bijaksana, sabar, ramah dan lembut; melihat, mengerti
dan menghayati seluruh warganya; memberikan kesejahteraan dan bantuan bagi
warganya yang membutuhkan; mampu menampung segala sesuatu (curahan hati) yang
datang kepadanya, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan; dan
dapat memberikan pelita bagi warganya.
Tidaklah
berlebihan bila kita mengatakan bahwa sosok JR Saragih merupakan pemimpin yang
memegang erat dan menerapkan Hasta Brata ini selama memimpin Kabupaten
Simalungun. Soal ketegasan misalkan, Kepala Polres Kabupaten Simalungun AKBP M.
Agus Fajar Arkam SIK menyatakan, “Pak JR Saragih orangnya tegas, tidak
ragu-ragu menindak anak buahnya yang (mungkin) berbuat salah atau kinerjanya
kurang bagus. Repotnya, ketegasan itu kadang dirasakan oleh warga masyarakat di
mana beliau dianggap terlalu cepat mengambil keputusan.”
B. Sarat
Ide Pemberdayaan
Berkat
kekuatannya menerapkan nilai dan sikap Hasta Brata, selama memimpin Kabupaten
Simalungun, Pak JR (demikian sapaan akrab JR Saragih) mampu menjadi penuntun
dan memberikan pencerahan (sifat Bulan) kepada rakyatnya yang kebingungan
hendak berbuat apa di tengah kecukupan sumber daya alam pertanian. Sebagaimana
pada umumnya wilayah kabupaten yang mayoritas penduduknya hidup di sektor
pertanian, Simalungun juga harus menghadapi persoalan posisi tawar petani yang
relatif rendah. Mereka tidak tahu mesti ke mana memasarkan hasil-hasil
panennya? Dan mereka selalu pula harus menghadapi harga anjlok di saat panen
raya. Di benak Pak JR tersembul ide bagaimana agar posisi tawar petani menguat
dan harga komoditi mereka tetap stabil kendati tengah mengalami panen raya.
Sejak
akhir 2011 sebagai contoh, Bupati JR Saragih mengaktifkan Stasiun Terminal
Agribisnis (STA) Saribudolok untuk lebih menguatkan posisi tawar petani jeruk dan
Pasar Tani di Kecamatan Raya buat memperkokoh potensi komoditi kopi unggulan
dari Simalungun. Dia juga menyerahkan bantuan farm gate market kepada Asosiasi Pasar Tani Harapan Raya. Petani
pun jadi memiliki kepastian hendak ke mana hasil-hasil panennya mesti
dipasarkan.
Menurut
Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Pemerintah Kabupaten Simalungun Amran
Sinaga, bantuan farm gate market
sangat berguna untuk mendukung pemasaran hasil pertanian para petani Simalungun.
Bantuan farm gate market diberikan
sebagai salah satu upaya pemerintah dalam memudahkan petani memasarkan komoditi
pertanian dan mendekatkan petani menuju agribisnis yang prospektif. Salah satu
komoditi penting dari sektor pertanian Simalungun adalah Kopi Simalungun yang
kini telah mewarnai kedai-kedai kopi kelas dunia. Dan komoditi Jeruk Saribudolok
yang sempat tenggelam kalah bersaing dengan jeruk Cina diharapkan kembali
menguat dan meramaikan pasar buah di berbagai kota besar di Indonesia.
Dalam
hal memberikan pencerahan, Pak JR merangkul kalangan dunia usaha membangun
sebuah pusat pelatihan untuk petani kopi Simalungun atau yang kini dikenal
sebagai Farmer Trade Center (FTC). Dari
pusat pelatihan FTC ini diharapkan terjadi transfer ilmu dari para konsultan
kepada para petani kopi Simalungun. Dengan demikian, petani akan terus berusaha
meningkatkan kualitas kopi yang mereka hasilkan sehingga mampu memenuhi
permintaan konsumen dan secara otomatis meningkatkan taraf hidup para petani.
C. Kreatif
dan Inovatif
Masih
dalam konsepsi nilai dan sikap kepemimpinan Hasta Brata, Pak JR cukup memahami
bagaimana unsur Bhumi (bumi/tanah) yang memiliki sifat kuat dan murah hati. Bumi
(tanah) senantiasa memberi hasil kepada yang merawatnya. Pak JR berusaha bermurah
hati (melayani) pada rakyatnya untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyat yang
telah memilihnya untuk mengemban jabatan Bupati Simalungun 2010-2015.
Sebagai
pribadi yang telah berpengalaman pada bisnis-sosial klinik kesehatan yang
kemudian bermetamorfose menjadi RS Efarina Etaham, Pak JR mengajak aparatur di lingkungan
Dinas Kesehatan benar-benar memberikan pelayanan kesehatan kepada
rakyat-masyarakat Simalungun.
Ketika
memulai tugas sebagai Bupati Simalungun, JR Saragih menghadapi kenyataan
keterbatasan aksesibiltas terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, gender
dan pada kelompok rentan seperti penduduk miskin, daerah tertinggal dan wilayah
terpencil. Lalu kualitas sumber daya manusia kesehatan masih relatif rendah dan
belum merata guna menunjang atau memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
Ketika
itu pula, alokasi anggaran kesehatan –terutama untuk upaya preventif dan
promotif serta mobilisasi Puskesmas—masih amat rendah. Juga pemanfaatan
obat-obatan tradisioal atau obat asli Indonesia untuk pelayanan kesehatan
komplementer alternatif pada sarana kesehatan formal kurang maksimal.
Melihat
sumber daya yang relatif terbatas tersebut, JR Saragih berupaya memperkuat
sumber daya yang ada dan memaksimalkan pelayanan yang apa adanya. Dia berusaha
memperkuat sumber daya yang mengawaki Puskesmas di seluruh wilayah Kabupaten
Simalungun. Dan, terobosan yang cukup inovatif adalah membuka “Puskesmas 24 Jam” guna memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal kepada warga masyarakat yang sangat
membutuhkan.
Sebagaimana
sumber daya manusia (juga aparatur) pada birokrasi, sumber daya manusia di
Puskesmas pun dipantik untuk memberikan pelayanan secara maksimal dengan
membagi waktu kerja mereka ke dalam tiga shift. Dengan demikian, pelayanan di
Puskesmas terus berjalan sepanjang 24 jam sehari dan tujuh hari dalam sepekan. Warga
masyarakat yang berada di rentang jauh dari Puskesmas yang datang kapan saja
dapat dilayani oleh tenaga medis dan tenaga paramedis yang ada di Puskesmas.
Selain
soal akses pelayanan kesehatan yang amat terbatas, penduduk Kabupaten
Simalungun yang berjumlah 817.720 jiwa (tahun 2010) yang sebagian besar masuk
kategori miskin juga menghadapi problem kualitas pendidikan yang belum baik,
tingkat pendidikan rendah dan masih banyak yang buta huruf.
Mengingat
kondisi yang relatif kurang bagus tersebut, Bupati JR Saragih berinisiatif membangun
tiga pilar pendidikan secara bersamaan. Ketiga pilar tersebut: pemerataan dan
perluasan aksesibiltas pendidikan; peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; serta
tata kelola, akuntabiltas dan pencitraan publik.
Pada
aspek pemerataan dan perluasan aksesibilitas pendidikan, JR Saragih
memprioritaskan dan menuntaskan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
dan segera mengimplementasikan Wajib Belajar 12 Tahun. Sementara untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan, JR mengirimkan guru-guru di Kabupaten
Simalungun untuk mencapai kualifikasi pendidikan S-1. Dan untuk meningkatkan
mutu anak didik, dia membuka Sekolah Unggulan. Dengan begitu, kualitas
anak-anak sekolah lulusan dari wilayah Simalungun tidak kalah dibandingkan
dengan lulusan yang sama/sederajat dari wilayah lain.
Lantas,
sebagai orang yang relatif cukup waktu berkecimpung di sektor pendidikan, JR
Saragih mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Pendidikan
Berbasis Masyarakat (PBM), standarisasi pelayanan pendidikan, serta
pemutakhiran pengelolaan data dan informasi pendidikan. Prinsip-prinsip ini dia
terapkan pada semua sekolah yang ada di Kabupaten Simalungun. Penerapan MBS dan
PBM merupakan media guna meningkatkan parisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan dan pengawasan proses belajar-mengajar.
JR
Saragih benar-benar kreatif dan inovatif buat meningkatkan pelayanan dan mutu
pendidikan di seluruh wilayah Kabupaten Simalungun. Seluruh pengalaman dirinya saat
membangun RS Efarina Etaham yang dilengkapi dengan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dan Akademi Kebidanan dia curahkan, dia bagikan, kepada segenap aparatur
dan stakeholders yang ada di Simalungun.
Dia bertekad seluruh pengalamannya dapat memberi manfaat dan nilai tambah kepada
semakin banyak orang.
Dia
betul-betul ingin merawat sumber daya manusia yang ada di sektor kesehatan dan
pendidikan agar kelak kemudian hari ada hasil (kualitas manusia) yang bisa
dipetik oleh rakyat-masyarakat Kabupaten Simalungun. Dia ingin menebar manfaat
sebanyak-banyaknya sehingga dapat dinikmati oleh semakin banyak rakyat dan
umat.
Dalam
upaya merawat sumber daya manusia kesehatan dan pendidikan itu, memakai bahasa
manajemen masa kini, JR Saragih menjadi sosok kreatif yang selalu melihat
segala sesuatu dengan cara berbeda dan baru, dan biasanya tidak dilihat oleh
orang lain. Dia mengetahui permasalahan secara sangat baik dan disiplin, dan
dapat melakukan sesuatu yang sedikit berbeda dibandingkan cara-cara tradisional.
D. Memantik
Potensi Memetik Prestasi
Selama
memimpin Kabupaten Simalungun, JR Saragih selaksa bintang di langit. Dalam
konsepsi kepemimpinan Hasta Brata, Bintang atau Kartika, memiliki kekuatan memancarkan
sinar kemilauan, berada di tempat tinggi hingga dapat dijadikan pedoman arah.
Dengan demikian, seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan bagi untuk berbuat
kebaikan. Seorang pemimpin (terutama kepala daerah) mesti mampu memberikan arah
hendak ke mana pembangunan daerahnya dilayarkan.
Mengingat
sumber daya alam pertanian Kabupaten Simalungun sangat potensial, Bupati JR
Saragih mengarahkan pada pengembangan agribisnis dan kemandirian pangan lokal. Untuk
agribisnis, dia menitik-beratkan pada pendekatan pembentukan dan pengembangan
kawasan agropolitan.
Dalam
skala wilayah Provinsi Sumatera Utara sudah ada Pusat Agropolitan Dataran
Tinggi Bukit Barisan yang dibentuk pada tahun 2002 melalui penanda-tanganan
nota kesepahaman (memorandum of
understanding) antara Pemerintah Kabupaten Tanah Karo, Dairi, Simalungun,
Toba Samosir, dan Tapanuli Utara. Pemerintah Kabupaten Simalungun tinggal
memanfaatkan kesempatan ini dengan mengarahkan seluruh pembangunan pertanian
wilayahnya untuk memenuhi apa yang telah digariskan oleh nota kesepahaman itu. Sampai
kemudian Pemerintah Kabupaten Simalungun membangun Stasiun Agropolitan di
Saribudolok mengingat di sana terdapat komoditi andalan bernama jeruk. Tentu
bukan hanya jeruk yang dikembangkan di Simalungun. Dia juga tetap mengembangkan
padi agar bisa mencapai kemandirian pangan. Hasilnya, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono memberikan apresiasi sebagai Kabupaten yang telah mampu meningkatkan
produksi beras di atas lima persen. Bupati JR Saragih menerima secara langsung
penghargaan yang diserahkan oleh Menteri Pertanian (waktu itu) Suswono pada
Agustus 2011 di Jakarta tersebut.
Lantas,
sebagai sosok yang cukup lama bertugas (saat masih menyandang status prajurit
militer di Purwakarta, Jawa Barat) bersentuhan dengan pengembangan kawasan
industri, JR Saragih juga tidak lupa mengarahkan pengembangan sumber daya
manusia yang ada buat memenuhi kebutuhan kawasan industri.
Di
sekitar Kabupaten Simalungun telah terbangun Kawasan Industri Sei Mangkei yang
merupakan salah satu koridor percepatan pembangunan yang menjadi prioritas pembangunan
Pemerintah Pusat. Sampai kemudian dia berinisiatif merevisi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Simalungun untuk mengakomodir pembangunan Kawasan Industri
Sei Mangkei. Dia juga mempersiapkan sumber daya manusia (tenaga kerja) Simalungun
yang sesuai dengan kualifikasi di kawasan industri tersebut. Dan, secara fisik,
dia berusaha mengarahkan pembangunan infrastruktur yang menjadi aset menuju
kawasan tersebut.
Dengan
mengusung Hastra Brata, sosok JR Saragih benar-benar tampil sebagai pemimpin
yang cerdas, berprestasi dan melayani dengan hati. Rakyat pun menaruh respek
dan lawan-lawan politiknya mulai angkat topi. Dia bukan tipe pemimpin yang
mengumbar banyak janji, menebar uang, mengandalkan popularitas dan ketampanan yang
bisa sirna dalam sekejap.
Dan
sebagai penganut Kristen, meminjam makna kepemimpinan menurut pakar
kepemimpinan Kristen Anthony D’Souza, bahwa JR Saragih mampu to enoble (heart perspective), to enable
(head perspective) dan to empower.
To enoble adalah memberikan
perspektif yang lebih bermakna terhadap urusan yang dilaksanakan. Sedangkan to enable bermakna mendidik, melatih,
membina dan menasehati agar orang dapat melaksanakan tugasnya. Dan to empower adalah memberi kesempatan
pada orang untuk mencoba melaksanakan secara baik apa yang telah dipelajarinya.
***
No comments:
Post a Comment