Muhamad bin Marwan, seorang yang wara', bercerita, "Aku
berada di rukun Yamani, salah satu sudut Ka'bah yang dimuliakan Allah SWT. Orang yang melakukan thawaf agak sepi. Lalu datang
empat orang jariyah (budak perempuan) yang memiliki tanda kesalihan.
Jariyah yang paling besar bergelayut di dinding Ka'bah dan dengan
sedih dan penuh rendah diri dia berkata:
Untuk-Mu aku
berhaji, bukan untuk Ka'bah dan Hajar Aswad
Aku berthwaf
untuk-Mu, bukan untuk rukun-rukun dan dinding ini
Kemudian
dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Tuhanku, kerinduan membuatku risau
kepada-Mu. Cinta membuat gundah kepada-Mu. Inilah aku di hadapan-Mu. Tuhanku,
jika dosaku mengusirku dari hadapan-mu, maka cintaku pada pintu-Mu akan
menarikku. Jika dosaku menjauhkanku dari pintu-Mu, maka harapanku pada
pengampunan-Mu akan mendekatkanku. Jika kesalahanku membelengguku, maka
keikhlasanku dalam bertaubat kepada-Mu akan membebaskanku. Tuhanku, kapan aku
sampai kepada-Mu, ke hadirat indah-Mu aku terhubung. Wahai Teman orang-orang
yang kesepian, wahai Kekasih orang-orang yang mencinta, wahai Yang Memberi rasa
aman pada orang-orang yang ketakutan, wahai Yang Mengasihi orang-orang yang
berdosa, wahai Yang Menerima orang-orang yang bertaubat, wahai Yang Amat
Mengasihi orang-orang yang mengasihi, kasihilah aku dengan rahmat-Mu, rangkul
aku dengan ampunan-Mu." Kemudian dia menarik nafas panjang lalu berkata:
Aku memohon
ampunan kepada Allah atas segala kesalahanku
Atas dosaku, aku
melampaui batas dan bersikeras melakukan dosa
Tuhanku, Yang
Maha Pemurah, berikanlah padaku dosa-dosaku
Aku akan
memegang tali pengharapan wahai sebaik-baik Yang Maha Pengampun
Kemudian dia duduk dalam keadaan sangat bersedih. Lalu jariyah kedua bangun
dan dia terisak sedih dan menangis. Dia berseru, "Wahai Akhir Pengharapan,
Wahai Yang Membawa orang-orang baik pada amal yang mulia, wahai Yang Menyinari
pelita cinta dalam hati orang-orang arif, wahai Teman orang-orang yang
kesepian, wahai Dokter hati, wahai Yang Mengampuni dosa, tubuhku telah luluh
karena merindukan-Mu. Aku malu datang kepada-Mu, maka kasihilah aku dan maafkan
aku, wahai sebaik-sebaik yang mengasihi. Lalu dia berkata:
Aku
mendatangi-Mu untuk mengadukan sakitku
Pada-Mu hati
dan obatku, wahai Harapanku
Tidak ada
selain-Mu yang aku mengadu
Lalu dia
mengasihi ucapanku dan melihat tangisku
Wahai Tuhan,
berbaiklah padaku dengan maaf-Mu
Dan berikan
obatku dengan pandangan-Mu
Kemudian dia duduk dan hanyut
bersama cintanya. Lalu jariyah ketiga bangun dan menangis, lalu mengadu, "Tuhanku, dosa-dosaku telah mengusirku dari pintu-Mu, sering
lalai telah menjauhkanku dari sisi-Mu, aku berdiri di pintu-Mu dengan rasa hina
dan butuh, aku mengharapkan maaf-Mu dari segala dosa-dosaku. Aku telah lari dari-Mu menuju-Mu, inilah aku di hadapan-Mu." Lantas dia menarik nafas panjang dan mengucap:
Di pintumu aku
tambatkan untaku
Tidak lagi yang
aku harapkan, wahai sebaik-baik Pemberi
Selain-Mu, maka
berbaiklah padaku dengan maaf-Mu, wahai Yang Ahli memaafkan
Akan kuberikan
pemberian terbaik
Jika aku tidak
mati karena rindu padamu dan menyesal
Maka kebutuhanku
tidak terpenuhi
Dan kemudian dia duduk dan air matanya tumpah. Lalu
jariyah yang keempat bangkit, lantas menangis,
merasa menyesal dan minta ampun atas dosa-dosanya. Dia mencurahkan isi hatinya, "Tuhanku, Engkau perintahkan orang yang
bersungguh-sungguh untuk berdiri di pintu-Mu, aku tidak mengira aku termasuk
golongan mereka. Kalau tidak karena maaf adalah sifat-Mu, aku tidak akan
menimpakan dosaku pada para wali-Mu Tuhanku, jika aku tidak pantas mendapat
ampunan-Mu, maka Engkau pantas berbuat baik kepadaku dengan rahmat-Mu yang
luas. Wahai Yang tidak bisa bersembunyi orang yang bersembunyi dari-Nya, Wahai
Yang nikmatnya selalu cukup, tutupilah dosa-dosa yang aku sembunyikan.
Engkau-lah tujuan terakhirku.” Kemudian dia bersenandung:
Dengan karunia
dari-Mu Kau mengasihiku, wahai Pemilik seluruh makhluk
Engkau-lah
tempat berlindung dan penolongku, Tuhan
Jika dosaku
menjauhkanku dari sisi-Mu
Maka
pengharapan-Ku padamu amatlah sungguh
Prasangkaku
pada-Mu baik, aku berharap pada-Mu
Kebaikan-Mu,
maka ambillah sumpahku ini.
Celaka, Lalu Celaka, Lalu Celaka
Yusuf
al-Kufi berkisah, "Pada suatu waktu aku melakukan ibadah haji. Tiba-tiba aku melihat seorang
laki-laki di dekat Ka'bah.” Laki-laki itu mengucap, "Ya Allah,
ampunilah aku. Aku lihat kau tidak melakukannya!"
Yusuf menimpali, "Alangkah mengagumkannya keputus-asaanmu dari ampunan
Allah."
Laki-laki itu mengucap lagi, "Aku memiliki dosa yang sangat
besar."
Yusuf berujar, "Ceritakan padaku."
Laki-laki bercerita, "Aku bersama Yahya bin Muhamad di Mousul. Lalu
pada hari Jum'at dia menyuruh kami. Kemudian kami masuk ke masjid dan membunuh
30.000 orang. Kemudian penyerunya berseru, ‘Siapa yang mengikat cambuknya di
sebuah rumah, maka rumah beserta isinya menjadi miliknya.’ Lalu aku mengikat
cambukku pada sebuah rumah dan aku memasukinya. Ternyata di dalamnya ada
seorang laki-laki, seorang wanita dan dua anak laki-lakinya. Aku hampiri
laki-laki itu dan aku bunuh.” Kemudian laki-laki itu mengancam wanita rumah
yang dimasukinya, "Berikan semua milikmu. Kalau tidak, kedua anak ini akan
menyusul ayahnya."
Lalu wanita itu membawakannya 7 dinar. Laki-laki itu terus mengancam, "Berikan
semua milikmu." Wanita itu mengucap, "Aku tidak punya apa-apa
lagi." Lalu laki-laki hampiri salah seorang anaknya dan membunuhnya.
Kemudian laki-laki kembali mengancam, "Berikan semua milikmu. Kalau tidak,
anak terakhir ini akan menyusul ayahnya." Ketika si wanita melihat kesungguhan
dari laki-laki itu, ia menyeru, "Kasihani kami, aku memiliki sesuatu yang
disimpan oleh suamiku untukku." Kemudian
ia membawakan laki-laki itu sebuah tameng berlapis emas yang amat bagus. Laki-laki
itu mulai membolak-balik tameng itu dan ternyata ada tulisan dari emas yang
berbunyi:
Jika Amir dan pengawalnya berlaku kejam
Dan hakim bumi melampaui batas dalam menghukum
Maka celaka,
lalu celaka, lalu celaka
Hakim dunia
dari pengadilan hakim langit
Lalu pedang laki-laki itu jatuh dari tangannya dan dia gemetar ketakutan. Lalu laki-laki itu keluar sampai yang sekarang kau lihat."[1]
No comments:
Post a Comment