Dari Abu al-Hasan al-Ram, dia termasuk orang pilihan, dia berkisah, dulu ada seorang wanita di Makkah yang sering didatangi para ahli ibadah dan mereka saling memberi nasehat. Pada suatu hari, wanita itu berkata kepada mereka, "Dunia telah menutupi hati kalian dari Allah SWT. Kalau kalian meneranginya, pasti hati kalian akan terang pada alam langit dan Dia akan memberi kalian manfaat yang banyak."
Kehidupan di Kubur
Diceritakan oleh Abdurrahman bin al-Hakam, dahulu ada seorang wanita tua di Makkah
yang bertempat tinggal di lobang bawah tanah dan tidak memiliki rumah. Dia
ditanya, "Engkau ridha dengan semua ini?" Dia menjawab, "Bukankah
ini yang sering dipakai untuk orang mati?"
Obat dari Dokter
Diriwayatkan oleh Muhamad bin Bakkar, "Dahulu ada seorang
wanita yang ahli ibadah tinggal bersama kami di Makkah. Dia selalu berteriak
sepanjang waktu.” Pada suatu hari, dikatakan
kepadanya, "Aku melihat kau dalam keadaan yang tidak pernah dialami orang
lain. Kalau kau punya penyakit, biarlah kami mengobatinya." Dia menangis
dan berkata, "Siapa yang akan mengobati penyakitku ini? Apakah hatiku akan
terluka berpikir mendapat pengobatan-Nya? Atau tidakkah mengherankan aku hidup di antara kalian sedangkan hatiku rindu pada Tuhanku, seperti api yang
dinyalakan tidak akan padam sampai aku dibawa ke tabib yang memiliki obat yang
manjur. Dan obat hati telah mematangkannya sepanjang kesedihan dalam rumah yang
tidak aku dapati kesenangan dalam tangisan ini?"
Suara Lirih
Hafsh
bin Amr al-Ja'fi mengisahkan bahwa dahulu di Yaman
ada seorang wanita Arab yang sangat cantik jelita seakan-akan dia unta betina.
Dia dipanggil Khansa' binti Khadam. Dia berpuasa selama 40 tahun sampai kurus
kering, dia menangis sampai kedua matanya buta dan dia melakukan qiyamullail
sampai kedua kakinya lumpuh.
Thawus
dan Wahab bin Munabbah amat menghormatinya. Jika malam tiba, manusia telah
beristirahat, dia berseru dengan suara yang lirih, "Wahai kekasih
orang-orang yang taat, sampai kapan Kau kurung pipi-pipi orang yang taat dalam
tanah, bangkitkan mereka sehingga mereka mendapat janji-Mu yang benar yang
diikuti dan dipegang oleh mereka." Hafsh berkisah, "Lalu terdengar tangisan dari rumah-rumah di
sekitarnya."
Aku Takut Tertolak di Akhirat
Hakim
bin Ja'far bercerita, "Jauharah adalah istri Abu
Abdullah al-Baratsi dan menjadi jariyah untuk beberapa orang
raja. Lalu dia dibebaskan dan meninggalkan dunia serta mengikuti Abu Abdullah al-Baratsi. Abu Abdullah lalu menikahinya dan dia tetap
beribadah dengan tekun.”
Pada suatu hari, Jauharah bertanya kepada suaminya, "Wahai Abu Abdullah,
apakah para wanita akan ditempatkan di surga ketika mereka memasukinya?"
Abu Abdullah menjawab, "Ya." Jauharah langsung berteriak sangat
kuat dan tak sadarkan diri. Ketika sadar, Abu Abdullah bertanya, "Apa yang
menimpamu tadi?" Dia menjawab, "Aku mengingat keadaanku dan apa yang
telah aku peroleh dari dunia. Demi Allah, aku takut tertolak di akhirat."
Jauharah: Wanita yang Ahli Ibadah
Abdullah al-Baratsi mengisahkan bahwa Jauharah pernah membangunkannya di malam
hari dan berkata, "Wahai Abu Abdullah, rombongan telah berlalu."
Dari Hakim bin Ja'far, dia berkata, "Kami mendatangi Abu Abdullah bin
Abu Ja'far al-Zahid yang tinggal di Baratsi. Dia memiliki seorang istri yang
ahli ibadah yang dipanggil Jauharah. Abu Abdullah sedang duduk di atas
keranjang dan Jauharah menduduki sepatunya di atas keranjang yang lain sambil
menghadap kiblat dalam satu rumah.”
Kata Hakim lebih lanjut, "Lalu pada suatu hari kami mendatanginya dan
dia sedang duduk di tanah tanpa keranjang.” Hakim lantas bertanya, "Wahai
Abu Abdullah, apa yang kau lakukan dengan keranjang yang pernah kau
duduki?"
Abu Abdullah menjawab,
"Semalam Jauharah membangunkan aku dan berkata, ‘Bukankah dalam hadits
Nabi dikabulkan bahwa bumi berkata kepada anak Adam, ‘Kau buat pembatas antara
aku dan engkau, sedangkan nanti kau akan berada di perutku?’ Aku berkata, ‘Ya.’
Jauharah berkata lagi, ‘Keluarkan keranjang ini, kita tidak memerlukannya lagi.’
Aku
bangun dan aku keluarkan keranjang itu."
No comments:
Post a Comment