Thursday, March 6, 2014

Kalian Menyuap Agamaku

Ibnu Sirin mengisahkan bahwa Abu Bakar datang membawa uang lalu membagikannya pada kaum Muslimin. Kemudian dia mengutus beberapa orang untuk membagi uang kepada seorang wanita Muhajirin. Ketika uang itu hendak diberikan padanya, wanita itu bertanya, "Apa ini?"
Mereka menjawab, "Abu Bakar mendapat harta lalu dia membagikannya pada orang, lalu dia membaginya pada para sekutumu."
Wanita itu kembali bertanya, "Apakah kalian takut aku akan meninggalkan Islam?"
Jawab mereka, "Tidak."
Wanita itu bertanya lagi, "Kalian akan menyuapku untuk tetap dalam Islam?"
Mereka menjawab, "Tidak."
Wanita itu pun berujar, "Aku tidak membutuhkannya."

Utusan dan Juru Bicara Para Wanita
Asma' binti Yazid bin al-Sakan termasuk wanita yang membaiat Nabi Saw. Dia adalah anak paman Mu'adz bin Jabal yang memiliki kecerdasan dan ketakwaan.[1]
Diriwayatkan bahwa Asma' bin Yazid datang menemui Nabi Saw. Dia mengadu, "Aku adalah utusan kaum Muslimat. Mereka semua mendengar ucapanku dan sependapat denganku. Sesungguhnya Allah SWT mengutusmu untuk laki-laki dan perempuan. Lalu kami beriman padamu dan mengikutimu. Kami, kaum wanita dibatasi dan dikurung di rumah, hanya menjadi tempat pelampiasan syahwat laki-laki, lalu mengandung anak-anak mereka. Laki-laki dimuliakan dengan shalat Jum'at, shalat jenazah dan jihad. Jika mereka berangkat berjihad, kamilah yang menjaga harta mereka dan mengurus anak mereka. Apakah kami akan mendapat pahala juga, wahai Rasulullah?"
Rasulullah Saw memalingkan wajahnya pada para sahabatnya dan bertanya, "Apakah kalian mendengar ucapan wanita yang lebih bagus daripada pertanyaan ini?"
Mereka menjawab, "Tidak, ya Rasulullah."
Lalu Rasulullah Saw berpesan, "Pulanglah kau, Asma'. Lalu beritahukan pada para wanita di belakangmu bahwa salah seorang di antara kalian berbuat baik pada suaminya, mencari ridhanya, mengikuti keputusannya sama dengan semua perbuatan laki-laki yang telah kau sebutkan tadi."
Dan Asma' pulang sambil bertahlil dan bertakbir karena amat senang dengan ucapan Rasulullah Saw.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a., dia bercerita, "Seorang wanita datang menemui Rasulullah Saw Wanita itu mengadu, Wahai Rasulullah, aku adalah utusan kaum wanita. Mereka semua ingin aku menghadapmu. Allah adalah Tuhan kaum laki-laki dan wanita. Jika kaum laki-laki mendapat kemenangan, mereka kaya. Bila mereka mati syahid, mereka ditetapkan sebagai orang yang hidup di sisi Tuhan dan diberi rezeki. Ketaatan apa yang sebanding dengan perbuatan mereka? Lalu Rasulullah Saw bersabda, Mentaati suami kalian dan mengetahui hak-hak mereka. Sedikit sekali dari kalian yang melakukannya."[2]
Inilah utusan kaum wanita untuk menghadap Rasulullah Saw. Dia bertanya pada beliau sebagai wakil kaum wanita tentang sesuatu yang bisa membuat wanita menyusul laki-laki yang berjuang di jalan Allah SWT. Karena jihad itu kewajiban laki-laki, bukan wanita. Jihad seperti yang diberitakan oleh Rasulullah Saw adalah puncak agama dan jawaban Rasulullah Saw bahwa ketaatan mereka pada suami sebanding dengan jihad.
Peran Asma' binti Yazid tidak terbatas pada pekerjaannya di rumah, mengasuh anaknya secara baik dan mengurus suaminya saja, dia termasuk pula wanita yang ikut berjihad. Pada perang Yarmuk, dia gugur. Dengan tiang kemahnya, dia membunuh sembilan tentara Romawi.[3]

Selamat, Dia Mendapat Kesyahidan
Ketika Rasulullah Saw sedang duduk-duduk, Asma' binti 'Umais mendekati beliau. Tiba-tiba beliau membalas salam, lalu Rasulullah Saw bersabda, "Asma', Ja'far bin Abi Thalib bersama Jibril dan Mikail. Mereka lewat dan memberi salam pada kita, lalu aku membalasnya. Dia mengabarkan padaku bahwa dia bertemu dengan kaum musyrikin pada hari ini dan itu.
Lalu Ja’far berkata, “Aku terkena 73 tusukan dan tersebar di tubuhku. Kemudian aku mengambil bendera dengan tangan kanan. Lalu tangan itu putus. Kemudian aku mengambilnya dengan tangan kiri, lalu putus juga. Lalu Allah SWT menggantinya dengan dua sayap sehingga aku bisa terbang bersama Jibril dan Mikail di surga. Aku bisa minum semauku dan aku bisa memakan buah-buahan surga semauku."
Asma' mengucap, "Selamat untuk Ja'far atas kebaikan yang diberikan Allah kepadanya tetapi aku takut orang tidak percaya padaku, maka naiklah mimbar dan beritahu orang-orang, wahai Rasulullah."
Rasulullah Saw pun naik mimbar, memuji Allah, lalu berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya Ja'far bin Abu Thalib bersama Jibril dan Mikail. Dia memiliki dua sayap sebagai ganti yang Allah berikan untuk dua tangannya. Dia terbang dengan dua sayap itu di surga semaunya."
Kemudian beliau mengabarkan mereka bagaimana dia berperang melawan orang-orang musyrik. Lalu Rasulullah memberi tahu mereka bahwa Ja'far menemui beliau dan Asma’, mereka pun mengerti dan percaya. Oleh sebab itu, Ja’far dinamakan sebagai al-Thayyar (yang terbang) di surga.[4]


[1]Musnad Ahmad (6/454), Siyar A’lâm al-Nubalâ’ (3/532).
[2]Musnad Ahmad (5/231, 234, 235, 246), Sunan Tirmidzi (2616), Sunan Ibn Majah (3973).
[3]Siyar A’lâm al-Nubalâ’ (3/532).
[4]Al-Mustadrak (3/332-334), Majma’ al-Zawâid (9/372-373).

No comments:

Post a Comment