Seorang laki-laki pedagang bercerita bahwa suatu malam dia berada di rumah. Lalu ada orang yang mengetuk pintu rumahnya. Ternyata seorang pemudi yang cantik jelita seperti matahari di siang hari. Dia mengeluh lapar. Si pedagang berbincang dengannya dan mencoba merayu. Lalu pemudi cantik itu berujar, "Lebih baik aku mati daripada bermaksiat pada Tuhanku." Kemudian dia pergi. Setelah beberapa hari, dia kembali lagi dan meminta tolong kepada si pedagang. Si pedagang merayu lagi, tetapi dia menangis.
Kemudian wanita cantik itu masuk ke rumah dan dia hampir mati. Lalu wanit
itu merajuk, "Berilah aku makan karena Allah SWT." Si pedagang
berkata, "Tidak, kecuali aku bisa menikmati dirimu." Wanita cantik
menukas, "Mati lebih baik daripada dapat adzab Allah." Kemudian si
pedagang mendengarnya berkata sambil berlalu:
Wahai Yang Esa yang kebaikannya meliputi
seluruh makhluk
Kau dengar keluhanku dan Kau lihat apa kutemui
Kesulitan dan kesusahan telah
membenturku
Sebagian
kesulitan itu membuatku tidak dapat bicara
Seakan aku
orang yang haus melihat mata air
Lalu tidak ada
rasa haus yang terpuaskan dan minuman yang dituangkan
Diriku hampir
mati mencari makanan
Kelezatannya
lenyap dan yang tertinggal hanya kesedihan
Apakah aku akan
bermaksiat pada-Mu setelah karunia, kebaikan dan hidayah
Bagaimana aku
mendapat rezeki dengan ketaatan
Aku kehilangan
diriku dalam meraih cinta-Mu, Tuhan
Semoga dengan
ketaatan itu, aku bisa dekat dan bebas.
Laki-laki
pedagang itu pun berujar,
"Aku sedih mendengar kata-katanya dan iman masuk ke relung hatiku,” dan kemudian bertanya kepadanya, "Kembalilah, makan
dan ambillah uang ini sesukamu karena Allah SWT."
Wanita itu mengucap, "Ya Allah,
sebagaimana Kau sinari hatinya dan Kau beri petunjuk hatinya, kabulkanlah doanya
dan jangan Kau tolak dia." Itulah doanya. Kemudian laki-laki pedagang itu menikahinya.
Takut kepada Allah SWT
Beberapa orang saleh berkata, "Aku datang ke Mesir, lalu aku menemukan
satu orang pandai besi mengeluarkan besi dari api dengan tangannya lalu
membolak-baliknya di atas landasan palu dan dia tidak merasa sakit! Aku berkata
dalam hati, ‘Ini seorang hamba yang saleh yang tidak dimusuhi oleh api.’ Lalu
aku menghampirinya, memberi salam kepadanya dan dia membalas salamku. Lantas
aku berkata kepadanya, ‘Tuan, demi Allah yang telah memberimu karomah ini, doakanlah
aku.’ Dia menangis dan mengucap, ‘Demi Allah, saudaraku, aku tidak seperti yang
kau sangka.’ Aku mengatakan padanya, ‘Peristiwa ini sungguh sangat mengagumkan.
Jika kau pikir kau mau menceritakannya padaku, lakukanlah.’ Dia menjawab, ‘Baiklah’.”
Ceritanya pada suatu hari, si tukang pandai besi sedang duduk di kedai dan dia
banyak bergaul. Tiba-tiba datang seorang wanita yang sangat cantik dan dia belum pernah melihat wanita yang secantik itu. Si tukang pandai besi berkata, "Saudaraku, apakah kau memiliki sesuatu untuk
disedekahkan karena Allah SWT?" Ketika melihatnya, si tukang pandai besi tergoda. Lalu dia berkata, "Maukah kau pergi
bersamaku ke rumahku dan akan aku berikan apa yang kau inginkan?"
Wanita cantik itu sangat lama memandangi si tukang
pandai besi, lalu ia pergi dan menghilang cukup lama.
Kemudian ia kembali dan berujar,
"Saudaraku, keperluanku sudah sangat mendesak seperti yang kau tahu."
Si tukang pandai besi berkata, "Lalu aku menutup kedai dan membawanya
ke rumahku."
Lalu wanita cantik itu mengucap, "Aku memiliki beberapa orang anak
yang masih kecil dan aku meninggalkan mereka dalam keadaan yang sangat sulit. Kalau
kau pikir kau mau memberiku sesuatu, aku akan membawanya kepada mereka dan aku
akan kembali kepadamu, maka lakukanlah."
Si tukang pandai besi bercerita, "Lalu aku membuat perjanjian
dengannya dan aku berikan dia beberapa dirham, lalu dia pergi, menghilang
selama satu jam lalu kembali. Aku membawanya masuk ke dalam rumah, lalu aku
mengunci pintu.”
Wanita itu bertanya, "Kenapa kau lakukan ini?"
Si tukang pandai besi menjawab, "Aku takut dilihat orang."
Dia kembali bertanya, "Lalu kenapa kau tidak takut dilihat Allah SWT?"
Jawab si tukang pandai besi, "Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan
Maha Penyayang."
Lalu si tukang pandai besi mendekatinya dan dia gemetar ketakutan seperti daun
kering ditiup angin yang kencang, air matanya membasahi pipinya. Si tukang
pandai besi bertanya, "Kenapa kau gemetar dan menangis?"
Wanita itu menjawab, "Aku takut kepada Allah SWT." Katanya lebih
lanjut, "Jika kau meninggalkanku karena Allah, aku akan jamin Allah tidak akan
menyiksamu dengan api baik di dunia atau di akhirat."
Si tukang pandai besi itu bertutur, "Lalu aku berdiri dan aku berikan
semua milikku dan aku berkata kepadanya, ‘Aku meninggalkanmu karena takut
kepada Allah Swt’.” Ketika wanita itu meninggalkan si tukang pandai besi, dia
mengantuk, lantas dia tertidur. Kemudian dia bermimpi melihat wanita yang
sangat cantik. Di atas kepalanya ada mahkota dari permata merah. Dia berkata
kepadaku, "Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan." Si tukang pandai
besi bertanya, "Siapa kau?" Ia menjawab, "Aku ibu anak-anak yang
datang kepadamu lalu kau meninggalkan aku karena takut kepada Allah SWT. Allah tidak
akan membakarmu dengan api baik di dunia atau di akhirat." Si tukang pandai
besi pun bermohon, "Perkenalkan dirimu dan dari keturunan
siapa kau?" Ia menjawab, "Aku dari keturunan
Rasulullah Saw." Ia mengingatkan firman Allah SWT:
"Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai Ahlul Bait dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya." (QS Al-Ahzab [33]: 33).
Kemudian
si tukang pandai besi bangun dari
tidurnya dan sejak itu, api tidak membahayakannya dan dia berharap api juga tidak membakarnya di akhirat kelak."[1]
No comments:
Post a Comment