Thursday, March 20, 2014

Penyanyi Wanita yang Bertaubat


Dikisahkan oleh Ismail bin Abdullah al-Khuza'i bahwa seorang laki-laki datang dari Mahalabah ke Basrah pada zaman Baramikah untuk beberapa keperluan. Ketika urusannya telah selesai, dia akan kembali ke Basrah bersama seorang budak miliknya dan seorang jariyah. Ketika berada di Sungai Dajlah, tiba-tiba ada seorang pemuda di pinggir sungai. Dia memakai jubah bulu domba dan memegang tongkat besi dan bekalnya. Dia meminta seorang pelaut membawanya ke Basrah dan bersedia membayar sewanya. Lalu datang  laki-laki tadi. Ketika laki-laki tersebut melihat pemuda itu, dia berbaik hati. Dia berkata kepada nakhoda, "Mendekatlah dan bawalah dia bersamamu berlayar." Lalu nakhoda itu membawanya.
Pada saat makan siang, laki-laki itu meminta sufrah (alas untuk makan), lalu dia berkata kepada nakhoda, "Panggil pemuda itu, ajak dia ke sini." Pemuda itu menolaknya. Tapi laki-laki itu terus memintanya dan akhirnya dia mau bergabung. Kemudian mereka makan dan setelah selesai, pemuda itu ingin bangkit, namun laki-laki itu mencegahnya. Lantas dia meminta gelas yang di dalamnya terdapat minuman dan dia minum satu gelas.
Laki-laki itu menuangi jariyah, kemudian menyodorkannya pada pemuda tersebut. Si pemuda  menolak dan berkata, "Aku suka jika kau membiarkan aku."
Laki-laki itu menjawab, "Duduklah bersama kami." Lalu dia menuangi jariyah dan berkata, "Berikan apa yang kau punya." Lalu jariyah itu mengeluarkan gitar oud miliknya dari sebuah kantung, lalu dia memainkannya dengan bagus kemudian mulai bernyanyi. Laki-laki itu berkata, "Wahai pemuda, kau bisa bagus seperti dia?"
Pemuda itu berkata, "Aku jauh lebih bagus darinya." Lalu pemuda itu memulai dengan basmalah, dilanjutkan dengan,
" Katakanlah, Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan." (QS an-Nisaa, 77-78)
Pemuda itu memang memiliki suara bagus. Lalu laki-laki itu melemparkan gelasnya ke laut dan berucap, "Sungguh, ini lebih bagus dari yang aku dengar tadi! Ada lagi yang lain?" Pemuda itu menjawab, "Ya."
Dan Katakanlah, “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS al-Kahfi [18]: 29)
Ayat itu menghunjam dalam hati laki-laki itu. Dia meminta gelas lalu melemparkannya ke laut dan mengambil oud lantas memecahkannya. Kemudian dia berkata, "Wahai pemuda, apakah di sini ada kemudahan?" Pemuda itu menjawab, "Ya."
Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah  mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS az-Zumar [39]: 53)
Kemudian laki-laki itu berteriak sangat keras dan tidak sadarkan diri. Mereka melihatnya dan ternyata dia sudah meninggal. Saat itu mereka sudah dekat ke Basrah. Lalu orang-orang berteriak dan berkumpul  ternyata laki-laki itu orang yang terkenal di Muhalabah. Lantas dia dibawa ke rumahnya. Pemuda tersebut belum pernah melihat jenazah yang diiringi orang sebanyak itu. Dia berkata, "Telah sampai berita kepadaku bahwa jariyah yang bernyanyi itu telah mengenakan baju dari bulu domba dan dilapisi oleh jubah dari kulit domba. Dia bangun malam dan berpuasa di waktu siang. Dia tinggal selama 40 hari, kemudian di suatu malam, dia mendengar ayat ini,
Dan Katakanlah, "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS: al-Kahfi [18]: 29)
Dan pagi harinya, mereka menemukannya telah meninggal.[1]

Sebentar lagi Dia Datang
Diceritakan oleh Raja' bin Umar an-Nakha'i bahwa dahulu di Kufah ada seorang pemuda yang tampan wajahnya, rajin ibadah dan termasuk orang yang zuhud. Dia tinggal di sebelah kaum dari Nakha'. Dia melihat seorang jariyah yang cantik, lalu dia tertarik padanya dan terus memikirkannya. Perasaan yang sama pun dirasakan oleh jariyah. Lalu pemuda itu mengirim utusan untuk melamar jariyah itu pada ayahnya. Lantas ayahnya mengabarkan bahwa dia telah dilamar oleh anak pamannya. Maka makin bertambah sakit hati mereka karena cinta.
Kemudian jariyah itu mengirim utusan pada pemuda tersebut, "Telah sampai kabar kepadaku tentang besarnya cintamu kepadaku dan begitu tersiksanya aku dengan cintaku padamu. Jika kau mau, aku akan mengunjungimu atau jika kau mau, kau boleh ke rumahku."
Pemuda itu berkata kepada utusan, "Tidak, karena satu dari dua hal ini:
Katakanlah,"Sesungguhnya aku takut akan adzab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku." (QS Al-An'am [6]:15).
Aku takut pada neraka yang panasnya tidak padam."
Ketika utusan itu kembali dan mengabarkan hal itu pada jariyah, dia berkata, "Aku melihatnya dengan keadaan seperti ini menjadi seorang zahid yang takut kepada Allah SWT? Demi Allah, tidak ada yang lebih pantas daripada yang lain. Semuanya sama saja." Kemudian dia melepaskan dunia, melemparkan semua hubungannya dengan dunia lalu dia memakai baju dari bulu dan mulai beribadah dengan giat. Meskipun begitu, dia meleleh dan kurus karena cintanya pada pemuda itu, sampai dia mati merindukannya.
Pemuda itu mendatangi kuburannya, lalu dia melihatnya dalam mimpi seakan-akan dalam keadaan yang paling indah. Lalu pemuda itu bertanya, "Bagaimana keadaanmu dan apa yang kau jumpai?" Jariyah menjawab:
Cinta yang paling indah adalah cintamu, kekasihku
Cinta yang membawa pada kebaikan
Pemuda itu bertanya, "Kau akan ke mana?"
Jawab jariyah:
Menuju kenikmatan dan hidup yang tidak ada akhirnya
Di surga yang kekal dan tidak binasa.
Pemuda itu berpesan, "Ingatlah aku di sana, karena aku tidak melupakanmu."
Jariyah itu berkata, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Aku akan memohon pada Tuhanku, agar Dia menolongku untuk itu." Kemudian dia berpaling.
Pemuda itu bertanya, "Apa yang kau lihat?"
Jariyah menjawab, "Kau akan datang sebentar lagi." Tujuh hari kemudian pemuda itu meninggal. Semoga Allah SWT merahmati mereka berdua.[2]


[1]Al-Tawwâbûn (112).
[2]Al-Tawwâbûn (110).

No comments:

Post a Comment