Dikisahkan oleh Ismail bin Abdullah al-Khuza'i bahwa seorang laki-laki datang dari Mahalabah ke Basrah pada zaman Baramikah untuk beberapa keperluan. Ketika urusannya telah selesai, dia akan kembali ke Basrah bersama seorang budak miliknya dan seorang jariyah. Ketika berada di Sungai Dajlah, tiba-tiba ada seorang pemuda di pinggir sungai. Dia memakai jubah bulu domba dan memegang tongkat besi dan bekalnya. Dia meminta seorang pelaut membawanya ke Basrah dan bersedia membayar sewanya. Lalu datang laki-laki tadi. Ketika laki-laki tersebut melihat pemuda itu, dia berbaik hati. Dia berkata kepada nakhoda, "Mendekatlah dan bawalah dia bersamamu berlayar." Lalu nakhoda itu membawanya.
Pada saat makan siang, laki-laki itu meminta sufrah (alas untuk makan), lalu
dia berkata kepada nakhoda, "Panggil pemuda itu, ajak dia ke sini."
Pemuda itu menolaknya. Tapi laki-laki itu terus memintanya dan akhirnya dia mau
bergabung. Kemudian mereka makan dan setelah selesai, pemuda itu ingin bangkit,
namun laki-laki itu mencegahnya. Lantas dia meminta gelas yang di dalamnya terdapat
minuman dan dia minum satu gelas.
Laki-laki itu menuangi jariyah, kemudian menyodorkannya pada pemuda tersebut.
Si pemuda menolak dan berkata, "Aku
suka jika kau membiarkan aku."
Laki-laki itu menjawab, "Duduklah bersama kami." Lalu dia
menuangi jariyah dan berkata, "Berikan apa yang kau punya." Lalu
jariyah itu mengeluarkan gitar oud miliknya dari sebuah kantung, lalu dia
memainkannya dengan bagus kemudian mulai bernyanyi. Laki-laki itu berkata, "Wahai pemuda, kau bisa bagus seperti
dia?"
Pemuda itu berkata, "Aku jauh lebih bagus darinya." Lalu pemuda
itu memulai dengan basmalah, dilanjutkan dengan,
" Katakanlah, Kesenangan di dunia ini hanya
sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu
tidak akan dianiaya sedikitpun. Di mana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan
jika mereka memperoleh kebaikan." (QS an-Nisaa, 77-78)
Pemuda itu memang memiliki suara bagus. Lalu laki-laki itu melemparkan
gelasnya ke laut dan berucap, "Sungguh, ini lebih bagus dari yang aku
dengar tadi! Ada lagi yang lain?" Pemuda itu menjawab, "Ya."
Dan Katakanlah, “Kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.” Sesungguhnya kami Telah
sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.
dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air
seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling
jelek. (QS al-Kahfi [18]: 29)
Ayat itu menghunjam dalam hati laki-laki itu. Dia meminta gelas lalu
melemparkannya ke laut dan mengambil oud lantas memecahkannya. Kemudian dia
berkata, "Wahai pemuda, apakah di sini ada kemudahan?" Pemuda itu
menjawab, "Ya."
Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang
malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS az-Zumar [39]: 53)
Kemudian laki-laki itu berteriak sangat keras dan tidak sadarkan diri. Mereka
melihatnya dan ternyata dia sudah meninggal. Saat itu mereka sudah dekat ke
Basrah. Lalu orang-orang berteriak dan berkumpul –ternyata laki-laki itu orang yang terkenal di Muhalabah. Lantas dia dibawa ke rumahnya. Pemuda tersebut belum pernah melihat jenazah yang diiringi orang sebanyak itu. Dia
berkata, "Telah sampai berita kepadaku bahwa jariyah yang bernyanyi itu
telah mengenakan baju dari bulu domba dan dilapisi oleh jubah dari kulit domba.
Dia bangun malam dan berpuasa di waktu siang. Dia tinggal
selama 40 hari, kemudian di suatu malam, dia mendengar ayat ini,
Dan Katakanlah, "Kebenaran itu datangnya
dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." Sesungguhnya kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung
mereka. Dan jika mereka
meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek. (QS: al-Kahfi [18]: 29)
Dan pagi harinya, mereka menemukannya telah meninggal.[1]
Sebentar lagi
Dia Datang
Diceritakan oleh Raja' bin Umar
an-Nakha'i bahwa dahulu di Kufah ada seorang pemuda yang tampan wajahnya, rajin
ibadah dan termasuk orang yang zuhud. Dia tinggal di sebelah kaum dari Nakha'.
Dia melihat seorang jariyah yang cantik, lalu dia tertarik padanya dan terus
memikirkannya. Perasaan yang sama pun dirasakan oleh jariyah. Lalu pemuda itu
mengirim utusan untuk melamar jariyah itu pada ayahnya. Lantas ayahnya mengabarkan bahwa dia telah dilamar oleh anak pamannya.
Maka makin bertambah sakit hati mereka karena cinta.
Kemudian jariyah itu mengirim utusan pada pemuda tersebut, "Telah
sampai kabar kepadaku tentang besarnya cintamu kepadaku dan begitu tersiksanya
aku dengan cintaku padamu. Jika kau mau, aku akan mengunjungimu atau jika kau
mau, kau boleh ke rumahku."
Pemuda itu berkata kepada utusan, "Tidak, karena satu dari dua hal ini:
Katakanlah,"Sesungguhnya aku takut akan adzab hari yang besar (hari
kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku." (QS Al-An'am
[6]:15).
Aku
takut pada neraka yang panasnya tidak padam."
Ketika utusan itu kembali dan mengabarkan hal itu pada jariyah, dia berkata,
"Aku melihatnya dengan keadaan seperti ini menjadi seorang zahid yang
takut kepada Allah SWT? Demi Allah, tidak ada yang lebih pantas daripada yang lain. Semuanya sama saja." Kemudian
dia melepaskan dunia, melemparkan semua hubungannya dengan dunia lalu dia
memakai baju dari bulu dan mulai beribadah dengan giat. Meskipun begitu, dia
meleleh dan kurus karena cintanya pada pemuda itu, sampai dia mati
merindukannya.
Pemuda itu mendatangi kuburannya, lalu dia melihatnya dalam mimpi
seakan-akan dalam keadaan yang paling indah. Lalu pemuda itu bertanya,
"Bagaimana keadaanmu dan apa yang kau jumpai?" Jariyah menjawab:
Cinta yang paling indah adalah cintamu, kekasihku
Cinta yang membawa pada kebaikan
Pemuda
itu bertanya, "Kau akan ke mana?"
Jawab jariyah:
Menuju kenikmatan dan hidup yang tidak ada akhirnya
Di surga yang kekal dan tidak binasa.
Pemuda itu berpesan, "Ingatlah aku di sana, karena aku tidak melupakanmu."
Jariyah itu berkata, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Aku akan
memohon pada Tuhanku, agar Dia menolongku untuk itu." Kemudian dia
berpaling.
Pemuda itu bertanya, "Apa yang kau lihat?"
Jariyah menjawab, "Kau akan datang sebentar lagi." Tujuh hari
kemudian pemuda itu meninggal. Semoga Allah SWT merahmati mereka berdua.[2]
No comments:
Post a Comment