Wednesday, March 12, 2014

Sepuluh Nasehat: Hadiah untuk Istri

Umamah binti al-Harits al-Taghlabiyah menjadi istri Auf bin Muhallam bin Dzahl bin Syaiban. Dia melahirkan Ummu Iyas binti Auf, lalu al-Harits bin Amr al-Kindi –Raja Kindah– menikahinya.
Ketika Umamah ingin menyerahkan anaknya, dia berkata kepadanya, "Anakku, kalau keutamaan adab atau kemuliaan nasab bisa ditinggalkan, akan aku tinggalkan bersamamu. Tetapi itu adalah peringatan untuk orang yang berakal dan pengingat untuk orang yang lalai.
Anakku, kalau seorang anak perempuan merasa cukup dari suaminya daripada kekayaan ayahnya, maka kau akan menjadi orang yang paling kaya. Tetapi kita diciptakan untuk laki-laki dan mereka diciptakan untuk kita. Anakku, kau akan meninggalkan tempat kelahiranmu dan meninggalkan sarangmu menuju sarang yang belum kau kenal dan teman yang belum kau ketahui. Dia akan menjadi rajamu di kerajaannya, maka jadilah hambanya, dia akan menjadi hambamu. Jagalah 10 hal ini:
Pertama dan kedua, Layani dia dengan qana'ah dan taat, karena dalam qana'ah ada kesenangan hati dan dalam melayaninya dengan ketaatan ada ridha Allah SWT.
Ketiga dan keempat, Perhatikan keadaan mata dan hidungnya. Jangan sampai matanya melihatmu dalam keadaan yang buruk dan jangan sampai hidungnya mencium yang kurang sedap darimu. Ketahuilah, celak adalah riasan terbaik dan air adalah mewangian yang paling wangi.
Kelima dan keenam, Perhatikan waktu makan dan jagalah ketenangan saat dia tidur, karena panasnya lapar akan membuat marah dan tidur yang kurang nyenyak juga akan menyulut kemarahan.
Ketujuh dan kedelapan, Jagalah harta dan rumahnya, pelihara para pembantunya dan keluarganya, karena menjaga harta termasuk dari kebaikan penilaian dan menjaga keluarga dan pembantu termasuk kebaikan pengaturan.
Kesembilan dan kesepuluh, Jangan sekali-kali membuka rahasianya dan jangan membantah perintahnya, karena jika kau membuka rahasianya, kau tidak aman dari tipu dayanya dan jika kau membantah perintahnya, dadanya akan penuh dengan kemarahan. Berhati-hatilah untuk bergembira di saat dia sedih atau bersedih di saat dia bergembira, karena sikap pertama menunjukkan kekurangan dan sikap kedua menunjukkan keburukan. Semakin kau mengagungkannya, dia akan semakin menghormatimu. Memperbanyak untuk menyetujuinya lebih baik daripada menemaninya.
Ketahuilah, kau tidak akan mampu melakukannya sampai kau mengutamakan keinginannya dari keinginanmu, ridhanya dari ridhamu dalam hal yang kau suka atau kau benci." Kemudian dia melepasnya dan putrinya meninggalkannya.

Keluhan Wanita yang Cerdas
Zubair bin Bakar bertutur, "Seorang wanita datang menemui Umar bin Khattab r.a. Dia berkata, Wahai Amirul Mukminin, suamiku puasa pada siang hari dan melakukan qiyamullail pada malam hari. Aku tidak suka mengeluh kepadamu sedangkan dia melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Lalu Umar berkata, Alangkah mulianya suamimu! Lalu wanita itu kembali mengulangi kata-katanya dan Umar juga mengulangi jawabannya.
Kemudian Ka'ab al-Asadi berkata kepada Umar, "Wahai Amirul Mukminin, wanita ini mengeluhkan suaminya yang menjauhinya dari tempat tidurnya!" Umar pun berkata, "Sebagaimana kau pahami ucapannya, selesaikan urusannya." Lantas Ka'ab berkata, "Panggil suaminya." Suaminya dipanggil, lalu Ka'ab berkata kepadanya, "Istrimu mengadukanmu." Suami wanita itu berkata, "Dalam makanan atau minuman? " Ka'ab berkata, "Bukan." Lalu wanita itu berkata:                       
Wahai hakim yang bijaksana keputusannya
Kekasihku telah dilalaikan oleh masjidnya dari tempat tidurku
Ibadahnya membuatnya menghindari tempat tidurku
Maka putuskanlah, wahai Ka'ab dan jangan ragu-ragu
Siang dan malamnya dia tidak tidur
Dan aku tidak memujinya dalam masalah wanita
Lalu suaminya menukas:
Allah telah membuatku meninggalkan tempat tidur dan rumahnya
Aku laki-laki yang dibuat bingung oleh apa yang Dia turunkan
Dalam surat an-Nahl dan dalam tujuh surat panjang[1]
Dalam kitab Allah ada ancaman yang besar
Lalu Ka'ab berpesan:
Wahai laki-laki, dia memiliki hak atasmu
Nafkahilah dia setiap empat hari untuk orang yang berakal
Berikanlah itu padanya dan jangan mencari alasan
Sesungguhnya Allah telah menghalalkan wanita untukmu, dua, tiga dan empat dan kau bisa beribadah pada Tuhanmu tiga hari tiga malam.
Lalu Umar berujar, "Demi Allah, aku tidak tahu dalam hal yang mana aku mengagumimu, Ka'ab? Dalam kepahamanmu terhadap masalah mereka atau dalam keputusanmu terhadap mereka? Pergilah, aku mengangkatmu sebagai Qadhi (hakim) di Bashrah."


Wanita dari Bani Tamim
Al-Sya'bi mengisahkan bahwa Syuraib mengingatkan, "Hai Sya'bi, hati-hati terhadap wanita Bani Tamim. Aku melihat mereka memiliki akal.
Al-Sya'bi bertanya, "Apa yang kau lihat dari mereka?"
Jawab Syuraib, "Pada waktu Dzuhur, aku mendatangi satu jenazah, lalu aku melewati kumpulan mereka. Tiba-tiba aku melihat seorang wanita tua di pintu rumah dan di sampingnya seorang gadis yang sangat cantik. Lantas aku menghampiri mereka dan meminta minum, padahal aku tidak haus. Wanita itu bertanya, Minuman apa yang kau sukai? Aku berkata, Seadanya saja. Dia berkata, Anakku, berikan susu untuknya karena aku mengira orang ini orang asing."
Lalu Syuraib bertanya pada wanita tua, "Siapa gadis ini?"
Wanita tua itu menjawab, "Dia Zainab binti Jariri, seorang wanita Hazhalah."
Kembali Syuraib bertanya, "Masih sendiri atau bersuami?"
Wanita tua itu menjawab, "Masih sendiri."
Syuraib memohon, "Nikahkan aku dengannya."
Jawab wanita tua itu, "Jika kau setimpal dengan dia."
Lalu Syuraib pergi ke rumah dan ingin tidur sebentar, tetapi dia tidak bisa tidur. Selesai melaksanakan shalat dzuhur, Syuraib menemui teman-temannya ahli qira'at yang mulia lalu dia pergi mencari paman gadis tadi. Paman si gadis menyambut Syuraib dan berkata, "Wahai Abu Umayyah, apa keperluanmu?" Syuraib menjawab, "Aku ingin menikahi Zainab, anak saudaramu." Kata  paman si gadis, "Baik, kalau dia tidak menolakmu." Lalu dia menikahkan Syuraib dengan Zainab.
Ketika Zainab sudah menjadi istri Syuraib, dia menyesal dan bergumam, "Apa yang telah aku perbuat pada wanita Bani Tamim?" Lalu Syuraib menyebutkan kekerasan hati mereka dan akan menceraikannya. Kemudian Syuraib bergumam lagi, "Tidak, tetapi aku akan mempertahankannya jika aku melihat yang aku sukai darinya, kalau tidak maka aku akan menceraikannya. Wahai Sya'bi, seandainya kau melihatku. Para wanita datang  memberinya petunjuk sampai dia dibawa kepadaku.”
Syuraib bertutur, "Sesungguhnya di antara sunnah, jika wanita menemui suaminya, maka suaminya shalat dua raka'at lalu dia memohon kebaikannya pada Allah SWT dan berlindung dari keburukannya. Lalu aku shalat dan memberi salam. Ternyata, dia berada di belakangku mengikuti shalatku. Setelah selesai shalat, teman-temannya menghampiriku, mengambil pakaianku dan memakaikan baju tidur yang diwarnai kuning.”
Setelah mereka semua pulang, Syuraib dekati istrinya. Syuraib ulurkan tangan ke arah istrinya, lalu si istri mengucap, "Perlahan-lahan saja." Ucapnya lebih lanjut, "Segala puji bagi Allah, aku memuji dan minta pertolongan-Nya. Aku bershalawat pada Muhamad dan keluarganya. Aku adalah wanita asing. Aku tidak tahu akhlakmu, maka sebutkan apa yang kau sukai, aku akan memberikannya dan sebutkan apa yang kau benci agar aku menjauhinya. Kau bisa saja menikah dengan kaummu dan aku juga demikian. Tetapi jika Allah sudah berkehendak, semua bisa terjadi. Kau telah memilikiku maka lakukanlah apa yang telah Allah  perintahkan padamu:
"Talak yang dapat setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik." (QS Al-Baqarah [2]: 229).
Inilah kata-kataku dan aku memohon ampun pada Allah untukku dan untukmu."
Syuraib berujar, "Wahai Sya'bi, dia membuatku susah untuk berkhutbah di situasi seperti itu. Segala puji bagi Allah, aku memuji dan minta pertolongan-Nya. Aku bershalawat dan memberi salam pada Muhamad dan keluarganya. Kau telah mengatakan satu ucapan yang bila kau patuhi, kau akan beruntung dan bila kau meninggalkannya akan menjadi hujjah atasmu. Aku suka ini dan itu dan aku benci ini dan itu. Kita adalah satu, maka jangan berpisah. Kalau kau lihat kebaikan, sebarkanlah. Tetapi kalau kau melihat keburukan, tutupilah."
Kemudian istrinya bertanya, "Kau suka kunjungan keluarga?"
Jawab Syuraib, "Aku tidak suka mertuaku membuatku bosan."
Istrinya bertanya lagi, "Siapa tetanggamu yang kau suka dia masuk rumahmu lalu aku izinkan mereka dan siapa yang kau tidak sukai supaya aku juga tidak suka?"
Syraib menjawab, "Bani Fulan dan Fulan kaum yang shalih sedangkan Bani fulan dan fulan kaum yang buruk."
Lalu Syuraib bermalam dengan malam yang paling nikmat. Dia tinggal bersama Syraib satu tahun dan Syuraib hanya melihat yang disukainya. Lalu pada awal tahun Syuraib datang dari pengadilan, lalu Syuraib mendengar suara wanita tua menyuruh dan melarang dalam rumahnya. Syuraib bertanya, "Siapa ini?" Istrinya menjawab, "Ini mertuamu." Lenyap semua yang selama ini Syuraib temukan. Ketika Syuraib duduk, wanita tua itu menghampirinya dan berkata, "Assalamu'alaik, Abu Umayyah." Jawab Syuraib, "Wa'alaikissalam. Kau siapa?"
Wanita tua itu menjawab, "Aku Fulanah, mertuamu." Syuraib berucap, "Semoga Allah  mendekatimu."
Wanita tua itu bertanya, "Bagaimana istrimu?"
Jawab Syuraib, "Istri yang paling baik."
Wanita tua itu pun bertutur, "Abu Umayyah, wanita itu tidak lebih buruk dalam dua keadaan, saat melahirkan anak atau saat berhubungan dengan suaminya. Kalau kau ragu, kau cambuk dia. Demi Allah, tidaklah laki-laki berkuasa di rumahnya lebih buruk daripada wanita yang manja."
Syuraib berkata, "Demi Allah, kau telah mendidik istriku dengan baik dan kau telah mengajarinya dengan baik."
Lalu wanita tua itu bertanya, "Kau suka kalau mertuamu mengunjungimu?"
Syuraib menjawab, "Sesuka mereka." Katanya lebih lanjut, "Dia mengunjungiku setiap awal tahun dan berpesan padaku dengan pesan itu. Istriku telah tinggal bersamaku selama 20 tahun, aku tidak pernah mencelanya, kecuali satu kali. Itu pun karena aku telah mendzaliminya. Muadzin telah mengumandangkan iqamah setelah aku melakukan shalat fajar di rumah. Aku adalah imam kampung. Tiba-tiba, seekor kalajengking merangkak perlahan, lalu aku mengambil bejana lantas aku tutup kalajengking itu dengan bejana, kemudian aku berkata, ‘Zainab, jangan bergerak sampai aku datang.’ Kalau saja kau melihatku, Sya'bi. Aku shalat dan kembali. Ternyata kalajengking itu telah menggigitnya. Aku meminta pisau dan garam. Lalu aku urut-urut jarinya dan aku bacakan al-Fatihah dan al-Mu'awwidzatain.”[2]



[1] Dari al-Baqarah sampai al-A'raf enam surat. Ada yang berpendapat al-Anfal dan al-Taubah satu surat dan ada yang berpendapat Yunus adalah yang ketujuh.
[2]Ibn Asyakir, Tarikh Dimasq (55/88-90).

No comments:

Post a Comment