Uwaid bin Abi Imran al-Juni bercerita, "Ibuku pernah melakukan qiyamullail sampai kedua betisnya diperban dengan kain.” Lalu Abu Imran al-Juni meminta, "Cobalah kau kurangi sedikit qiyamullail-mu.” Dia menjawab, "Ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan berdiri saat Hari Perhitungan kelak." Abu Imran pun terdiam.
Siapa yang Menipuku denganmu, Riyah?
Abu
Yusuf al-Bazzaz berkata, "Riyah al-Qisi menikahi seorang wanita, lalu dia
tinggal bersamanya. Pagi harinya, wanita itu pergi menggiling gandum.” Riyah al-Qisi mengucap, "Kalau
kau mencari seorang wanita, cukuplah yang seperti ini.” Lalu istrinya berkata, "Aku menikah dengan Riyah al-Qisi dan
aku tidak menikahi seorang yang kejam dan bengis.”
Malam harinya, Riyah tidur untuk menguji istrinya. Lalu istrinya melakukan
qiyamullail seperempat malam kemudian memanggilnya, "Bangunlah,
Riyah." Riyah menjawab, "Aku akan bangun." Tetapi dia tidak bangun.
Lalu istrinya melakukan qiyamullail seperempat malam lagi kemudian memanggilnya,
"Bangunlah, Riyah." Riyah menjawab, "Aku akan bangun." Namun
dia tidak bangun. Lalu istrinya melakukan qiyamullail seperempat malam lagi
kemudian memanggilnya, "Bangunlah, Riyah." Riyah menjawab, "Aku
akan bangun." Lalu istrinya berkata, "Malam telah berlalu. Orang-orang
baik telah berkumpul untuk perang, sedangkan kau tidur. Siapa yang telah
menipuku denganmu, Riyah?" Riyah berkata, "Lalu istriku melakukan qiyamullail
seperempat malam terakhir."
Dari
Abdullah bin al-Harits, "Syumaith bin al-Ajalan menikahkan Riyah al-Qisi
dengan seorang wanita. Ketika Riyah duduk bersama istrinya, tiba-tiba istrinya
memandang langit lalu berteriak sangat keras dan tidak sadarkan diri."
Riyah
berkata, "Aku pernah gelisah memikirkan satu urusan dunia. Lalu istriku
berkata, ‘Aku melihat kau sedang gelisah memikirkan satu urusan dunia yang
telah menipuku denganmu, Riyah’." Kemudian istrinya mengambil bulu
mata dari balik cadarnya dan berkata, "Dunia itu lebih kecil dari
ini."
Sayyar berkata bahwa Riyah bercerita
kepadanya, "Seorang wanita disebutkan kepadaku, lalu aku pun
menikahinya. Lalu istrinya itu ketika melaksanakan shalat Isya' memakai minyak
wangi dan bakhur serta memakai pakaiannya kemudian mendatangi dan berkata, ‘Kau perlu sesuatu?’ Jika aku menjawab, ‘Ya,’ dia akan bersamaku dan bila aku menjawab, ‘Tidak,’ dia
bangkit lalu mengganti pakaiannya, lalu melakukan qiyamullail sampai
pagi."
Cukuplah Seorang Disebut Bodoh Jika Dia Mengagumi Ilmunya
Sufyan
al-Tsauri bertutur, "Aku menemui anak perempuan
Hasan al-Asadi dan di keningnya hita, seperti
punggung kambing karena bekas sujud. Aku berkata kepadanya, ‘Wahai anak Ummi Hasan, tidakkah kau menemui Abdullah bin Syihab bin
Abdullah? Kalau kau mengadukan keadaanmu kepadanya, dia akan memberikan zakat
hartanya kepadamu agar kau bisa membeli beberapa keperluanmu.’ Lalu dia minta diambilkan kain penutup kepala lalu melipatkannya
di kepala dan berkata, ‘Wahai Sufyan, hatiku suka pada
sifatmu, tetapi sekarang Allah telah menghilangkan sikap suka itu dari hatiku.
Sufyan, apakah kau menyuruhku meminta dunia pada orang yang tidak memilikinya?’"
Sufyan
berujar, "Jika malam tiba, dia masuk ke mihrabnya, menutupnya dan
berkata, ‘Tuhanku, semua kekasih telah menyepi dengan kekasihnya dan aku
menyepi dengan-Mu, Kekasih. Tidak ada penjara yang akan ditempati orang yang
durhaka kepadamu selain Jahanam dan tidak ada siksa selain neraka’."
Sufyan
bertutur, "Aku menemuinya setelah sepertiga malam dan dia dalam
keadaan lapar yang tampak di wajahnya. Lalu aku berkata kepadanya, ‘Wahai anak perempuan Ummi Hasan, kau tidak akan bisa mendapatkan
lebih banyak daripada yang diberikan Allah pada Musa dan
Khidir ketika mereka mendatangi penduduk kampung lalu keduanya memberi makan
mereka.’ Dia menjawab, ‘Sufyan, ucapkanlah Alhamdulillah.’ Aku berkata, ‘Alhamdulillah.’ Lalu dia berkata, ‘Mau aku beritahu tentang syukur?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Dia
berkata, ‘Kau harus mengetahui syukur itu sebagai syukur dan dua syukur itu
sebagai syukur yang tidak akan selesai untuk selamanya’."
Sufyan berkata, "Demi Allah, ilmuku amat dangkal." Lalu Sufyan
berpaling untuk pulang dan dia berkata, "Sufyan, cukuplah seorang disebut
bodoh jika dia bangga pada ilmunya dan cukuplah seorang disebut alim jika dia
takut kepada Allah SWT. Ketahuilah hati tidak akan bersih dari kerusakan sampai
semua keinginannya hanyalah untuk Allah SWT semata." Sufyan
berkata, "Demi Allah, dirimu telah membuatku kecil."
No comments:
Post a Comment