Penembakan Ipda Hanafi di Bima menambah jumlah polisi yang tewas dengan misterius. Peluru yang menjadi amunisi senjata polisi justru bersarang di tubuh para anggota sendiri.
Kebanyakan penembakan ini dilakukan oleh orang tak dikenal yang mahir menggunakan senjata api. Institusi Bhayangkara dibuat ketar ketir dengan semakin banyak anggota gugur.
Bukan cuma soal keselamatan melainkan juga jaminan yang harus ditanggung Polri sebagai institusi yang menaungi para polisi tersebut. Sebab tak jarang para polisi yang tewas ini meninggalkan anak dan istri dalam keadaan susah.
Komisi Kepolisian Indonesia (Kompolnas) menyebut memang ada asuransi dari PT Asabri bisa menyantuni keluarga korban. Namun asuransi ini tidak jelas penggunaannya. "Itu asuransi Asabri dipotong dari gaji setiap bulan dan jumlahnya kecil," kata Komisoner Kompolnas M Nasser kepada merdeka.com, Jumat (28/3).
Nasser menginginkan polisi mendapat asuransi terpisah dan itu diharapkan diperoleh dari kantong negara. "Polisi yang melakukan tugas berisiko terhadap nyawanya, mereka ditembak, mereka yang harus mendapat asuransi. Untuk administrasinya bisa nanti," kata Nasser lagi.
Suara-suara polisi ini dimasukkan ke dalam draf RUU Polri. Dengan harapan negara mau memperhatikan para polisi punya tugas berbahaya.
"Itu yang diperjuangkan karena perlu ada asuransi dari negara. Kita belum ada asuransi jiwa yang seimbang dengan tugas. Kecuali kita mengajukan pribadi," jelas Kadiv Humas Polri Irjen Pol Ronny Sompie.
Wacana ini juga kerap dikampanyekan oleh Kapolri Jenderal Pol Sutarman. Berkali-kali Sutarman memasukkan perihal jaminan dan asuransi Polri dalam sisipan-sisipan pidato amanat di Upacara Serah Terima Jabatan beberapa waktu lalu. (www.merdeka.com)
No comments:
Post a Comment