Di masa kampanye yang bergulir sejak pekan pertama Maret 2014 lalu, berbagai tingkah calon legislator –tertutama tingkat lokal—mewarnai keseharian kita. Yang paling banyak tentulah narsis di tiang listrik, tiang telepon dan pohon-pohon di pinggir jalan. Ada pula yang tiba-tiba jadi dermawan mengucurkan adonan semen untuk betonisasi jalan lingkungan perumahan. Di perumahan tempat saya tinggal, misalkan, tercatat setidaknya terdapat tujuh ruas jalan yang kebagian kucuran adonan semen yang konon katanya merupakan hasil perjuangan seorang calon legislator (caleg) lokal. Sekadar hitungan kasar, betonisasi itu menghabiskan sekitar Rp250 juta. Perhitungan satu ruas jalan memakan sekitar tujuh truk molen dengan banderol adonan semen sekitar Rp5 juta per truk molen.
Rasa ingin tahu
saya bergolak. Perjuangan macam apa yang dilakukan sang caleg? Dari obrolan
dengan beberapa tetangga, sang caleg ini bukan legislator incumbent. Dia baru calon, belum masuk ke legislatif yang memang
biasa menjadi partner kepala daerah dalam membahas alokasi anggaran belanja
daerah. Jadi model perjuangan seperti apa diperjuangan? Lewat saluran (lembaga)
apa di memperjuangan betonisasi jalan lingkungan perumahan?
Setahu saya,
usulan perbaikan jalan dari warga masyarakat tidak akan serta merta memperoleh
alokasi anggaran dari pemeritah kota. Perlu ada perjuangan dari dalam
legislatif. Arti kata, ada legislator yang bersuara (membawakan aspirasi warga)
saat rapat bersama eksekutif. Rasa ingin tahu sedikit terobati tatkala seorang
tetangga yang mengenal cukup dekat sang caleg mengungkapkan bahwa sang caleg
adalah kerabat sangat dekat sang kepala daerah yang tengah berkuasa.
Saya sedikit
menghela nafas. Caleg macam beginikah yang akan kita pilih pada tanggal 9 April
nanti? Caleg beginikah yang bakal duduk di legislatif 2014-2019. Sepertinya
caleg macam ini yang bakal terpilih kalau tidak ada campur tangan Tuhan. Sebab,
usai malam betonisasi, esok harinya langsung terpasang spanduk ucapan terima
kasih warga dan siap mendukung sang caleg. Dan, bila hal ini terjadi, maka kota
ini akan dikendalikan oleh segelintir orang dari satu keluarga. Politik dinasti
akan tetap lestari. Korupsi tetap pula terus menggurita pada dinasti yang
turun-temurun.
Mari kita berusaha
menjadi pemilih yang cerdas dan bijak membaca tanda-tanda dan gelagat kelanggengan
dinasti yang korup. Ingat tidak ada betonisasi jalan yang gratis. Kritislah
terhadap setiap kelakuan caleg yang saat-saat injury time. Terutama pada caleg-caleg (dengan rekam jejak serakah)
yang memanfaatkan jalan rusak, kemiskinan, dan bantuan sosial. (BN)
No comments:
Post a Comment