Abdul Wahid bin Zaid berkata, "Aku melihat seorang wanita di Bahrain menangisi akhirat dengan tersedu-sedu.” Setiap kali terisak, wanita itu berujar, "Nafsunya keluar bersamanya." Abdul Wahid berkata, "Aku ingin sekali mengambil satu kebaikan darinya, tetapi aku tidak bisa melakukannya. Pertama dan terakhir yang aku ingat, dia berkata, ‘Wahai laki-laki, sibuklah dengan dirimu, karena demi Allah, aku tidak ingin memberi nasehat pada orang lain kecuali keadaanku yang kurang antara aku dan itu. Seorang tidak memberi nasehat pada orang lain sampai dia bisa mengambil pelajaran. Iblis dapat masuk ke dalam jiwanya untuk mengendalikannya kapan dia mau. Demi Allah, aku ini bukan orang yang pantas memuji diriku sendiri dalam hal itu. Anak iblis bisa melakukannya pada setiap makhluk sebagaimana dia melakukannya padaku. Seseorang hendaknya tidak menganjurkan untuk mentaati Allah, tetapi suruhlah berbuat kebaikan meskipun kau belum bisa melakukannya dan berhati-hatilah untuk melarang keburukan dan kau melakukannya’."
Hatiku Senang
Muslim bin Yasar berkisah, "Aku
datang ke Bahrain atau Yamamah untuk berdagang. Lalu aku melihat orang-orang
datang dan pergi menuju satu rumah. Kemudian aku menuju rumah itu dan aku
melihat seorang wanita tengah duduk di
mushalla-nya, dia memakai pakaian yang kasar. Dia bersedih dan sedikit bicara.
Aku hanya melihat anaknya, pembantunya, hamba sahayanya dan orang-orang menuju
tempat mereka untuk berdagang. Aku selesaikan kebutuhanku lalu aku
mendatanginya sekaligus pamit kepadanya.”
Lantas wanita itu berkata, "Keperluan kami padamu adalah kau datangi
kami kalau kembali lagi dengan satu keperluan, maka keperluanmu akan kami
penuhi."
Muslim
berkata, "Lalu aku pulang dan tinggal sebentar. Kemudian aku kembali lagi
untuk satu keperluan. Ketika aku mendatangi wanita itu, aku tidak melihat
apa-apa selain rumahnya yang dulu aku lihat. Lalu aku datangi rumahnya dan aku
tidak melihat siapapun. Aku datangi dan aku minta dibukakan pintu. Aku mendengar
tawa dan ucapan seorang wanita. Aku dibukakan pintu, lalu aku masuk. Ternyata
dia sedang duduk di sebuah rumah dan memakai pakaian yang bagus. Tawa yang aku
dengar adalah tawa dan ucapannya. Ternyata wanita itu ada bersamanya di
rumahnya. Aku tidak percaya pada yang aku lihat dan aku berkata, ‘Aku melihatmu dalam dua keadaan yang begitu mengagumkan. Keadaanmu
saat kedatanganku yang pertama dan keadaanmu sekarang!’"
Wanita itu berujar, "Jangan heran, karena
keadaanku yang kau lihat dulu dalam kebaikan dan kaya dan aku tidak ditimpa
musibah dalam anak, pembantu dan harta. Semua
perdaganganku selamat dan aku selalu untung dari perdagangan itu. Lalu aku
takut kalau aku tidak memiliki kebaikan di sisi Allah SWT. Aku sangat sedih sekali. Kalau aku memiliki
kebaikan di sisi Allah, Dia akan memberiku musibah. Lantas datang musibah berturut-turut menimpaku. Aku
tidak punya apa-apa sekarang dan aku berharap Allah SWT menginginkan satu kebaikan untukku lalu dia memberiku
musibah. Dia mengingatkan aku lalu aku gembira dan aku pun senang."
Jangan Kau Sibukkan Aku dari Allah SWT
Seorang laki-laki melamar seorang wanita dari Mausul yang dipanggil Uluf.
Dia berkata pada utusan, "Katakan kepadanya aku tidak senang engkau
menjadi budakku dan semua milikmu jadi milikku, kau akan menyibukkanku dari
mengingat Allah SWT dalam sekejap
mata."
Beberapa Berita Ruqayyah al-‘Abidah
Dari Ubaidillah bin Umar bin Ubaidillah al-Ma'mari bahwa kakeknya memberitakan bahwa dirinya menerima kabar dari Fath al-Mausuli yang mendengar
seorang wanita yang ahli ibadah di kampung kami berkelus-kesah, "Tuhanku, kalau Kau mengadzabku dengan
semua adzab-Mu pasti kedekatanku pada-Mu selama ini lebih besar bagiku daripada adzab itu. Kalau Kau beri aku nikmat dengan
semua kenikmatan ahli surga, kelezatan cinta-Mu dalam hatiku lebih besar daripada itu." Menurut Ibnu al-Jauzi, wanita ahli ibadah itu adalah Ruqayyah.
Manshur bin Muhamad bertutur bahwa Ruqayyah al-Mausuli berkata, "Aku sangat mencintai Tuhanku. Kalau Dia
menyuruhku ke neraka, aku tidak akan merasakan panasnya karena cinta-Nya dan
kalau Dia menyuruhku ke surga, aku tidak merasakan kelezatan karena cinta-Nya
telah menguasaiku."
Muhamad bin Katsir al-Mashishi mengisahkan Ruqayyah yang tinggal di Mausul
berkata, "Haram bagi hati yang ada kerahiban makhluk untuk merasakan
manisnya iman. Hati mereka disibukkan dengan dunia dari mengingat Allah SWT dan kalau mereka meninggalkannya hati mereka
akan terang di alam Malakut lalu kembali kepada mereka dengan berbagai
kata-kata yang bermanfaat."
Dia pernah berkata, "Pahamilah mazhab-mazhab ikhlas dan jangan pahami
apa yang membuat kalian menaiki unta."
Wanita yang
Takut pada Allah SWT
Abu
al-Walid Rabah bin Abu Jarah al-Abdi bercerta, "Aku tidak pernah melihat
sama sekali orang seperti Umayyah binti Abi al-Muwarri' al-Maushuliyah. Dia
termasuk orang yang takut kepada Allah. Jika mengingat neraka, dia berkata, ‘Mereka dimasukkan ke neraka, mereka diberi makan dari neraka, mereka
diberi minum dari neraka dan mereka hidup.’ Lalu dia menangis. Tangisnya
semakin panjang dan dia seperti jubah di atas penggorengan. Bila dia mengingat neraka, dia menangis sampai mengeluarkan darah dan
aku belum pernah melihat orang yang amat takut dan menangis sepertinya."
Manisnya Pahala
Abu Abdillah
al-Hashri mengungkapkan bahwa dirinya mendengar Fath
al-Mausili[1]
berkata, "Seorang wanita yang ahli ibadah yang dipanggil Muwafaqah
melewatiku. Dia tergelincir dan kuku jempolnya copot, lalu dia tertawa. Lalu
dia ditanya, ‘Wahai Muwafaqah, jari jempolmu copot
lalu kau tertawa?’ Dia menjawab, ‘Sesungguhnya manis pahala-Nya telah menghilangkan sakitnya dalam
hatiku’."
Dari
Abdullah bin Habiq, "Seorang wanita yang ahli ibadah yang dipanggil
Muwafaqah melewatiku. Dia tergelincir dan kuku jempolnya copot, lalu dia
tertawa. Kemudian dia ditanya, ‘Wahai Muwafaqah, kuku jari jempolmu
copot lalu kau tertawa?’ Dia menjawab, ‘Sesungguhnya manis pahala-Nya telah menghilangkan sakitnya dalam
hatiku’.” Diriwayatkan bahwa kisah ini terjadi pada istri Fath al-Mausili.
Zaid
bin Abi al-Zarqa' bercerita bahwa istri
Fath al-Mausili tergelincir dan kukunya copot, lalu dia tertawa. Dia ditanya,
"Kenapa kau tidak merasakan sakit?" Dia menjawab, "Sesungguhnya
manis pahala-Nya telah menghilangkan sakitnya dalam hatiku."
No comments:
Post a Comment