Thursday, May 15, 2014

Taubatnya Pemudi Setelah Mendengar Ayat al-Quran



Pemudi ini berkata:
"Aku tumbuh dalam rumah yang agamis dan orang tua yang saleh dan mengenal Allah SWT. Aku adalah putri mereka satu-satunya. Mereka sangat ingin aku tumbuh menjadi anak yang salehah. Mereka menasehatiku untuk mentaati perintah Allah SWT, khususnya shalat. Saat aku mendekati masa akil baligh, aku terseret arus dan aku terbuai pada iklan-iklan yang menyesatkan, mentereng dan berdusta yang dilakukan musuh dengan kekuatan dan fasilitas yang mereka miliki. Tadinya aku seorang yang sangat pemalu dan jarang bergaul dengan orang. Tetapi –maaf– penyimpangan dan kesesatanku semakin bertambah besar setelah aku mendapat suami yang menyimpang yang tidak aku tanya agamanya terlebih dulu. Akhlak dan perilakunya sama denganku. Dia memperkenalkan aku kaset-kaset porno yang menghabiskan agama yang tersisa dalam diriku sehingga aku jadi terbiasa mendengar senda gurau yang keji itu. Aku menikahinya dan kapak berada di kepalaku. Pesta pernikahanku pada awalnya adalah fitnah yang paling besar dengan alat-alat musik, alat-alat untuk tabdzir, melampaui batas, kelompok yang sesat dan penari telanjang yang mencegah orang-orang yang hadir dari mengingat Allah SWT pada malam itu.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku menjalaninya bersama suami yang menjadi sebab pertama dalam penyimpangan dan jauhnya aku dari Allah SWT. Akhirnya aku meninggalkan shalat, melepaskan hijab yang tadinya aku kenakan, karena aku tidak mengamalkan hadits Nabi Saw, "Jika datang kepada kalian orang yang kalian ridha pada agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia." [1]
Aku memutuskan hubungan dengan Allah SWT lalu Dia menyerahkanku pada diri dan nafsuku. Alangkah sengsaranya keadaanku ini:
"Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS Al-Kahfi [18]: 28).
Aku tidak merasakan kebahagiaan, justru kesengsaraan dan kebinasaan. Aku selalu gelisah, kosong yang aku rasakan dalam diriku, suamiku memberikan perhiasan dunia yang akan hilang. Suamiku telah membawaku ke tempat yang rendah, menuju kesia-siaan, menuju kelalaian. Aku selalu gelisah dan tidak tenang, galau dan tekanan batin. Aku juga suka bersolek agar dilihat laki-laki dan suamiku menjulurkan lidahnya di belakang wanita. Dia meninggalkanku sendirian merasakan kesepian dan kesia-siaan, aku tersesat dalam gelapnya kebodohan dan kesesatan.
Berulang kali aku mencoba bunuh diri agar aku terlepas dari hidup yang menyedihkan ini. Tetapi usahaku senantiasa gagal dan aku bersyukur kepada Allah SWT. Lalu dengan karunia dan rahmat-Nya, aku mendengar kaset Ahmad al-Ajami yang membaca ayat-ayat al-Quran dengan suara yang menyentuh hati. Ayat-ayat yang mulia mulai masuk dalam pikiranku dan menggerakkan asaku. Amat berkesan. Aku merindukan hidayah, namun aku tidak mampu. Lalu aku lari menuju Allah SWT dan berlindung pada-Nya di malam hari, agar dia membukakan pintu hidayah kepadaku dan menambah keimanan dalam hatiku, membuat-Nya menyukaiku dan menolak kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan dariku. Aku selalu berdoa kepada Allah SWT dengan doa Nabi Ibrahim al-Khalil a.s.:

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku." (QS Ibrahim [14]: 40).
Allah SWT menganugerahiku hidayah, maka aku menjaga shalat pada waktunya, aku mengenakan hijab yang Islami, aku memahami perkara agamaku. Aku membaca kitab Allah yang Mulia dengan kontinyu, hadits-hadis Nabi Saw, sirahnya yang harum dan banyak buku-buku yang bermanfaat. Aku juga ikut serta dalam dakwah. Semua itu aku dapatkan setelah aku berpisah dengan suamiku yang menyimpang dan tidak teratur mengerjakan shalat kendati aku mencintainya, aku lebih memilih dekat dengan pencipta dan Tuhanku. Tidak ada kebaikan pada suami yang durhaka yang mencegahku dari mengingat Allah SWT. "Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik daripada itu."
Alhamdulillah, sekarang aku menjalani kehidupan cahaya yang efek-efeknya tampak dalam hati dan wajahku. Ini menurut kesaksian saudari-saudari kaum Muslimat. Mereka berkata kepadaku bahwa wajahku seperti lampu yang bersinar. Mereka memperhatikan bahwa cahaya terpancar dari sana. Ini adalah karunia yang sangat besar dari Allah SWT. Aku memohon kepada Allah SWT agar Dia memantapkan aku dan seluruh kaum Muslimin dalam agama-Nya." [2]


[1]Al-Tirmidzi (1084), Ibnu Majah (1967), al-Hakim (2695) dan al-Thabrani dalam “al-Awsath” (449) dari Abu Hurairah.
[2]Al-'Aidûn Ila Allah (4/41-44).

No comments:

Post a Comment