Pemudi ini berkata:
"Aku tumbuh dalam rumah yang agamis dan orang tua yang saleh dan
mengenal Allah SWT. Aku adalah
putri mereka satu-satunya. Mereka sangat ingin aku tumbuh menjadi anak yang salehah.
Mereka menasehatiku untuk mentaati perintah Allah SWT, khususnya shalat. Saat aku mendekati masa
akil baligh, aku terseret arus dan aku terbuai pada iklan-iklan yang
menyesatkan, mentereng dan berdusta yang dilakukan musuh dengan kekuatan dan
fasilitas yang mereka miliki. Tadinya aku seorang yang sangat pemalu dan jarang
bergaul dengan orang. Tetapi –maaf– penyimpangan dan kesesatanku semakin
bertambah besar setelah aku mendapat suami yang menyimpang yang tidak aku tanya
agamanya terlebih dulu. Akhlak dan perilakunya sama denganku. Dia
memperkenalkan aku kaset-kaset porno yang menghabiskan agama yang tersisa dalam
diriku sehingga aku jadi terbiasa mendengar senda gurau yang keji itu. Aku
menikahinya dan kapak berada di kepalaku. Pesta pernikahanku pada awalnya
adalah fitnah yang paling besar dengan alat-alat musik, alat-alat untuk
tabdzir, melampaui batas, kelompok yang sesat dan penari telanjang yang
mencegah orang-orang yang hadir dari mengingat Allah SWT pada malam itu.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku menjalaninya bersama suami yang
menjadi sebab pertama dalam penyimpangan dan jauhnya aku dari Allah SWT. Akhirnya aku meninggalkan shalat, melepaskan
hijab yang tadinya aku kenakan, karena aku tidak mengamalkan hadits Nabi Saw, "Jika datang kepada kalian orang yang kalian
ridha pada agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia." [1]
Aku memutuskan hubungan dengan Allah SWT lalu
Dia menyerahkanku pada diri dan nafsuku. Alangkah sengsaranya keadaanku ini:
"Dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS Al-Kahfi [18]: 28).
Aku tidak merasakan kebahagiaan, justru kesengsaraan
dan kebinasaan. Aku selalu gelisah, kosong yang aku rasakan dalam diriku, suamiku memberikan perhiasan dunia yang akan
hilang. Suamiku telah membawaku ke tempat yang rendah, menuju kesia-siaan,
menuju kelalaian. Aku selalu gelisah dan tidak tenang, galau dan tekanan batin.
Aku juga suka bersolek agar dilihat laki-laki dan suamiku menjulurkan lidahnya
di belakang wanita. Dia meninggalkanku sendirian merasakan kesepian dan
kesia-siaan, aku tersesat dalam gelapnya kebodohan dan kesesatan.
Berulang kali aku mencoba bunuh diri agar aku terlepas dari hidup yang
menyedihkan ini. Tetapi usahaku senantiasa gagal dan aku
bersyukur kepada Allah SWT. Lalu dengan
karunia dan rahmat-Nya, aku mendengar kaset Ahmad al-Ajami yang membaca
ayat-ayat al-Quran dengan suara yang menyentuh hati. Ayat-ayat yang mulia mulai
masuk dalam pikiranku dan menggerakkan asaku. Amat
berkesan. Aku merindukan hidayah, namun aku tidak
mampu. Lalu aku lari menuju Allah SWT dan berlindung
pada-Nya di malam hari, agar dia membukakan pintu hidayah kepadaku dan menambah
keimanan dalam hatiku, membuat-Nya menyukaiku dan menolak kekafiran, kefasikan
dan kedurhakaan dariku. Aku selalu berdoa kepada Allah SWT dengan doa Nabi Ibrahim al-Khalil a.s.:
"Ya Tuhanku, jadikanlah
aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami,
perkenankanlah doaku." (QS Ibrahim [14]: 40).
Allah SWT
menganugerahiku hidayah, maka aku menjaga shalat pada waktunya, aku mengenakan
hijab yang Islami, aku memahami perkara agamaku. Aku
membaca kitab Allah yang Mulia dengan kontinyu, hadits-hadis Nabi Saw, sirahnya
yang harum dan banyak buku-buku yang bermanfaat. Aku juga ikut serta dalam
dakwah. Semua itu aku dapatkan setelah aku berpisah dengan suamiku yang
menyimpang dan tidak teratur mengerjakan shalat kendati aku mencintainya, aku lebih memilih dekat dengan pencipta dan Tuhanku.
Tidak ada kebaikan pada suami yang durhaka yang mencegahku dari mengingat Allah
SWT. "Siapa yang meninggalkan sesuatu karena
Allah, Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik daripada itu."
Alhamdulillah, sekarang aku menjalani kehidupan cahaya yang efek-efeknya
tampak dalam hati dan wajahku. Ini menurut kesaksian saudari-saudari kaum Muslimat. Mereka berkata kepadaku bahwa wajahku
seperti lampu yang bersinar. Mereka memperhatikan bahwa cahaya terpancar dari
sana. Ini adalah karunia yang sangat besar dari Allah SWT. Aku memohon kepada Allah SWT agar Dia memantapkan aku dan seluruh kaum Muslimin dalam agama-Nya." [2]
No comments:
Post a Comment