Sunday, May 25, 2014

Wisata Kuliner Sambil Belajar Filosofi di Warung Telaga Opa

Wisata Kuliner Sambil Belajar Filosofi di Warung Telaga Opa - wto8.JPG
POS KUPANG/NOVEMY LEO
POS KUPANG/NOVEMY LEO SEMAR --- Patung semar di Warung Telaga Opa (WTO) Kupang yang sarat makna filosofinya.
Wisata Kuliner Sambil Belajar Filosofi di Warung Telaga Opa - wto6.JPG
POS KUPANG/NOVEMY LEO
LOPO WTO --- Lopo atau bangunan terbuka yang menggunakan atau daun gewang di Warung Telaga Opa (WTO) Kupang-NTT.
 




Warung Telaga Opa (WTO) merupakan salah satu tempat wisata kuliner di Kota Kupang yang menyajikan berbagai makanan Indonesia. Dengan sembilan bangunan/lopo (rumah beratap daun gewang, red) dan sebuah open chair terbuka, WTO bisa menampung sekitar 60-an tamu. 

WTO bukan hanya sebagai tempat makan/minum sebagaimana yang kebanyakan ada pada rumah makan atau restoran atau kafe lainnya di Kota Kupang. WTO memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri.

Karena selain menawarkan berbagai kuliner menarik dan lezat, WTO juga 'menyuguhkan' pemandangan alam yang indah plus arsitektur bangunan yang unik serta asrinya taman. Bahkan selama di WTO Anda bisa belajar filosofi tentang sejarah kebudayaan beberapa daerah yang ditampilkan melalui arsitektur dan ornamen di WTO.

Dari segi arsitektur bangunan, WTO menyajikan perpaduan harmonis antara arsitektur daerah Timor, Toraja, Bali dan Jawa.  Sentuhan arsitektur bergaya Bali, bisa langsung tampak saat memasuki area WTO. Ada sebuah tembok pembatas di depan yang disebut aling-aling dalam bahasa Bali, terhias manis dengan tulisan Warung Telaga Opa. Plus 'kesejukan' air di kolam rendah di bawah aling-aling yang terus bergemericik.

Setelah aling-aling, Anda akan melewati jalan setapak yang bisa mengantar Anda untuk memilih lopo sebagai tempat makan. Saat melewat jalan setapak, Anda akan langsung 'merasakan’ etnis Jawa dengan kehadiran Patung Semar berukuran sedang yang berdiri tepat di belakang aling-aling di tengah jalan setapak yang dikeliling tanaman berwarna ungu.
Melihat Patung Semar khas Jawa sarat makna ini (baca filosofi patung semar, red) Anda seakan disambut dengan ucapan Selamat Datang ke TWO oleh si Semar.

Sementara itu 'aroma' Toraja dan Timor-NTT, bisa Anda saksikan pada sejumlah bangunan atau lopo yang berjejer rapi di sebelah kanan WTO.

Lopo 'terbuka’ dengan langit-langit yang tinggi plus bentuk atap serta tiang dan palang kayu berukuran besar akan mengingatkan Anda pada langit-langit pendopo di Toraja. Bukan tanpa maksud manajemen WTO membuat langit lopo yang tinggi.

Tak lain fungsinya untuk menyalurkan udara panas sehingga bagian dalam ruangan lebih teduh karena udara panas bergerak naik ke atas. Apalagi bangunan ini tidak tertutup sehingga hembusan angin dan kicauan burung di sawah saat memasuki musim panen, bisa terdenar terlinga pengunjung yang datang ke WTO.

Tak mau meninggalkan kesan 'Timor-NTT, manajemen WTO menggunakan daun gewang atau pohon lontar (pohon khas NTT) sebagai penutup/atap pada setiap lopo.

Jika Anda suka makan sambil duduk di kursi dan meja tinggi, Anda bisa memilih satu dari enam lopo yang berjejer rapi di sebelah kanan (enam unit) dan sebalah kiri (satu unit). Setiap Lopo bisa ditempati oleh 2-8 tamu.

Namun jika Anda datang bersama keluarga besar dengan jumlah enam orang ke atas, Anda bisa memilih lopo lebih besar yang ada di sebelah kiri setelah melewati Patung Semar.

Tidak hanya itu, manajemen WTO pun menawarkan dua tempat makan lainnya yang dirancang lebih unik. Yakni Sebuah lopo lesehan yang berada di sebelah kiri, tepat didepan kolam ikan. Di lopo lesehan ini, Anda bisa menikmati kuliner sambil duduk berlesehan.

Atau jika ingin lebih 'unjuk gigi' Anda bisa memilih bangunan 'open chair' atau sebuah tempat terbuka tanpa atap yang bisa digunakan oleh 6-8 tamu. Di tempat ini, tamu bisa lebih leluasa menikmati makanan atau sekadar minum kopi atau teh plus memesan kuliner ringan seperti roti bakar, gado-gado dan lainnya.

Di manapun Anda memilih tempat duduk,  Anda bisa menikmati sejumlah kuliner sambil menikmati pemandangan tanpa halangan, seperti hijaunya area persawahan yang berada tepat di belakang WTO, juga taman yang ditata menarik dan asri.

Apalagi jika Anda datang sore hari menjelang sunset atau matahari terbenam. Saat ini Anda akan mendapatkan plus service 'gratis', dimana Anda bisa leluasa menikmati eksotiknya alam saat sunset. Langit cantik berwarna orange merah, diiringi 'goyangan' tanaman padi yang ditiup angin sepoi-sepoi serta nada harmonis dari kicauan burung sawah yang mengiringi sang surya 'menghilang’ atau 'tenggelam' di areal persawahan.

Jangan sampai lupa mengabadikan moment romantis yang pastinya tidak akan terulang sama persis lagi seperti itu di WTO. Itulah berbagai keunggulan saat Anda berkunjung ke WTO. Pengunjung WTO tidak saja bisa menikmati berbagai kuliner dengan harga terjangkau, namun juga bisa berwisata alam, belajar filosofi dan budaya daerah.

Juga bernarsis-narsisan mengabadikan berbagai momen menarik dan indah di lopo, taman, areal persawahan dan berbagai tempat menarik lain yang tersedia di WTO. Jangan lupakan berfoto 'bersama' si Semar yang kaya makna.

Owner WTO, Krisentia Assan, dan Rofat, didampingi Manajer WTO, Daniel Dian Hernandian Ardista, mengatakan, selain tempat makan dan pariwisata, WTO juga bisa digunakan untuk menyelenggarakan acara pernikahan outdoor, acara ulang tahun atau pertemuan terbatas.

Bahkan dengan tersedianya panggung mini berukuran sekitar 10 x 12 meter dengan tinggi 1 meter, WTO siap menyelenggarakan acara pentas seni, musik dan tari, fashion show dan acara lainnya.

WTO merupakan tempat makan yang sangat cocok untuk mereka yang menyukai 'suasana berbeda' atau mereka yang bosan menikmati kuliner di dalam bangunan modern 'tertutup’ yang sekarang makin banyak bermunculan di Kota Kupang.

Bahkan arsitektur dan desain WTO yang dirancang sendiri oleh Krisentia itu diperuntukan bagi mereka yang menyukai sesuatu yang natural, romatis, serta yang suka menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur 'daerah', beradab.

Jangan tunggu lagi, jika ingin menikmati makanan dengan 'sensasi' berbeda yang kental dengan nuansa alam, maka datanglah ke WTO.

WTO berada di di Jalan Kejora Nomor 69. Jika Anda berjalan dari Kantor Korem 161/Kupang Anda bisa menuju ke ruas jalan samping GOR Oepoi lalu belok ke kanan menuju ke Taman Budaya Oepoi. Nah, Warung Telaga Opa itu berada di samping Taman Budaya Oepoi. (kupang.tribunnews.com)

No comments:

Post a Comment