POS KUPANG/NOVEMY LEO
POS KUPANG/NOVEMY LEO
SEMAR --- Patung semar di Warung Telaga Opa (WTO) Kupang yang sarat makna filosofinya.
POS KUPANG/NOVEMY LEO
LOPO WTO --- Lopo atau bangunan terbuka yang menggunakan atau daun gewang di Warung Telaga Opa (WTO) Kupang-NTT.
Warung Telaga Opa (WTO) merupakan
salah satu tempat wisata kuliner di Kota Kupang yang menyajikan berbagai
makanan Indonesia. Dengan sembilan bangunan/lopo (rumah beratap daun gewang,
red) dan sebuah open chair terbuka, WTO bisa menampung sekitar 60-an tamu.
WTO bukan hanya sebagai tempat makan/minum sebagaimana yang
kebanyakan ada pada rumah makan atau restoran atau kafe lainnya di Kota Kupang.
WTO memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri.
Karena selain menawarkan berbagai kuliner menarik dan lezat,
WTO juga 'menyuguhkan' pemandangan alam yang indah plus arsitektur bangunan
yang unik serta asrinya taman. Bahkan selama di WTO Anda bisa belajar filosofi
tentang sejarah kebudayaan beberapa daerah yang ditampilkan melalui arsitektur
dan ornamen di WTO.
Dari segi arsitektur bangunan, WTO menyajikan perpaduan
harmonis antara arsitektur daerah Timor, Toraja, Bali dan Jawa. Sentuhan arsitektur bergaya Bali, bisa
langsung tampak saat memasuki area WTO. Ada sebuah tembok pembatas di depan
yang disebut aling-aling dalam bahasa Bali, terhias manis dengan tulisan Warung
Telaga Opa. Plus 'kesejukan' air di kolam rendah di bawah aling-aling yang
terus bergemericik.
Setelah aling-aling, Anda akan melewati jalan setapak yang
bisa mengantar Anda untuk memilih lopo sebagai tempat makan. Saat melewat jalan
setapak, Anda akan langsung 'merasakan’ etnis Jawa dengan kehadiran Patung
Semar berukuran sedang yang berdiri tepat di belakang aling-aling di tengah
jalan setapak yang dikeliling tanaman berwarna ungu.
Melihat Patung Semar khas Jawa sarat makna ini (baca
filosofi patung semar, red) Anda seakan disambut dengan ucapan Selamat Datang
ke TWO oleh si Semar.
Sementara itu 'aroma' Toraja dan Timor-NTT, bisa Anda
saksikan pada sejumlah bangunan atau lopo yang berjejer rapi di sebelah kanan
WTO.
Lopo 'terbuka’ dengan langit-langit yang tinggi plus bentuk
atap serta tiang dan palang kayu berukuran besar akan mengingatkan Anda pada
langit-langit pendopo di Toraja. Bukan tanpa maksud manajemen WTO membuat
langit lopo yang tinggi.
Tak lain fungsinya untuk menyalurkan udara panas sehingga
bagian dalam ruangan lebih teduh karena udara panas bergerak naik ke atas.
Apalagi bangunan ini tidak tertutup sehingga hembusan angin dan kicauan burung
di sawah saat memasuki musim panen, bisa terdenar terlinga pengunjung yang
datang ke WTO.
Tak mau meninggalkan kesan 'Timor-NTT, manajemen WTO
menggunakan daun gewang atau pohon lontar (pohon khas NTT) sebagai penutup/atap
pada setiap lopo.
Jika Anda suka makan sambil duduk di kursi dan meja tinggi,
Anda bisa memilih satu dari enam lopo yang berjejer rapi di sebelah kanan (enam
unit) dan sebalah kiri (satu unit). Setiap Lopo bisa ditempati oleh 2-8 tamu.
Namun jika Anda datang bersama keluarga besar dengan jumlah
enam orang ke atas, Anda bisa memilih lopo lebih besar yang ada di sebelah kiri
setelah melewati Patung Semar.
Tidak hanya itu, manajemen WTO pun menawarkan dua tempat
makan lainnya yang dirancang lebih unik. Yakni Sebuah lopo lesehan yang berada
di sebelah kiri, tepat didepan kolam ikan. Di lopo lesehan ini, Anda bisa
menikmati kuliner sambil duduk berlesehan.
Atau jika ingin lebih 'unjuk gigi' Anda bisa memilih
bangunan 'open chair' atau sebuah tempat terbuka tanpa atap yang bisa digunakan
oleh 6-8 tamu. Di tempat ini, tamu bisa lebih leluasa menikmati makanan atau
sekadar minum kopi atau teh plus memesan kuliner ringan seperti roti bakar,
gado-gado dan lainnya.
Di manapun Anda memilih tempat duduk, Anda bisa menikmati sejumlah kuliner sambil
menikmati pemandangan tanpa halangan, seperti hijaunya area persawahan yang
berada tepat di belakang WTO, juga taman yang ditata menarik dan asri.
Apalagi jika Anda datang sore hari menjelang sunset atau
matahari terbenam. Saat ini Anda akan mendapatkan plus service 'gratis', dimana
Anda bisa leluasa menikmati eksotiknya alam saat sunset. Langit cantik berwarna
orange merah, diiringi 'goyangan' tanaman padi yang ditiup angin sepoi-sepoi
serta nada harmonis dari kicauan burung sawah yang mengiringi sang surya
'menghilang’ atau 'tenggelam' di areal persawahan.
Jangan sampai lupa mengabadikan moment romantis yang
pastinya tidak akan terulang sama persis lagi seperti itu di WTO. Itulah
berbagai keunggulan saat Anda berkunjung ke WTO. Pengunjung WTO tidak saja bisa
menikmati berbagai kuliner dengan harga terjangkau, namun juga bisa berwisata
alam, belajar filosofi dan budaya daerah.
Juga bernarsis-narsisan mengabadikan berbagai momen menarik
dan indah di lopo, taman, areal persawahan dan berbagai tempat menarik lain
yang tersedia di WTO. Jangan lupakan berfoto 'bersama' si Semar yang kaya
makna.
Owner WTO, Krisentia Assan, dan Rofat, didampingi Manajer
WTO, Daniel Dian Hernandian Ardista, mengatakan, selain tempat makan dan
pariwisata, WTO juga bisa digunakan untuk menyelenggarakan acara pernikahan
outdoor, acara ulang tahun atau pertemuan terbatas.
Bahkan dengan tersedianya panggung mini berukuran sekitar 10
x 12 meter dengan tinggi 1 meter, WTO siap menyelenggarakan acara pentas seni,
musik dan tari, fashion show dan acara lainnya.
WTO merupakan tempat makan yang sangat cocok untuk mereka
yang menyukai 'suasana berbeda' atau mereka yang bosan menikmati kuliner di
dalam bangunan modern 'tertutup’ yang sekarang makin banyak bermunculan di Kota
Kupang.
Bahkan arsitektur dan desain WTO yang dirancang sendiri oleh
Krisentia itu diperuntukan bagi mereka yang menyukai sesuatu yang natural,
romatis, serta yang suka menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur 'daerah',
beradab.
Jangan tunggu lagi, jika ingin menikmati makanan dengan
'sensasi' berbeda yang kental dengan nuansa alam, maka datanglah ke WTO.
WTO berada di di Jalan Kejora Nomor 69. Jika Anda berjalan
dari Kantor Korem 161/Kupang Anda bisa menuju ke ruas jalan samping GOR Oepoi
lalu belok ke kanan menuju ke Taman Budaya Oepoi. Nah, Warung Telaga Opa itu
berada di samping Taman Budaya Oepoi. (kupang.tribunnews.com)
No comments:
Post a Comment