* EMPAT
"Apabila
seseorang mengikuti pemimpin yang mencari nama besar, maka sang pemimpin yang
akan diagungkan. Pemimpin tersebut akan dipuja dan akhirnya menggeser kedudukan
Tuhan. Jikalau seseorang mengikuti pemimpin yang berhati seorang pelayan,
Tuhanlah yang akan diagungkan. Pemimpin-peminpin semacam ini akan berbicara
tentang Tuhan, kuasa Tuhan, pekerjaan Tuhan, nama Tuhan, firman Tuhan, Tuhan
... semuanya untuk kemuliaan Tuhan."
Charles R. Swindoll,
penulis buku "Improving Your Serve"
KAMPUNG
WAFOR, Distrik Supiori Timur, Mei 2013. Segenap warga Kampung
Wafor begitu khidmat dalam kebersamaan doa ucap syukur. Syukur berkat
pembangunan 20 unit rumah warga masyarakat layak huni program Rp1 miliar per
kampung tahap pertama berjalan sukses dikerjakan 100 persen. Syukur pula
lantaran kampung mereka menjadi salah satu kampung tercepat dalam pembangunan
20 unit rumah, disusul Kampung Sorendiweri dan Kampung Duber yang semuanya
berada di Distrik Supiori Timur.
Program pembangunan rumah
layak huni dengan pembiayaan melalui dana Otonomi Khusus (Otsus) Supiori Rp1
Miliar per kampung per tahun tahap pertama sukses besar. Untuk mewujudkan rasa syukur
atas keberhasilan pelaksanaan program tersebut, bersama masyarakat Kampung
Wafor Distrik Supiori Timur, segenap jajaran aparatur Pemerintah Kabupaten
Supiori, pada tanggal 22 Mei 2013, menggelar doa bersama.
Lalu sebagai wujud apresiasi
atas kesuksesan tersebut, pada kelanjutan pelaksanaan program Rp1 miliar per
kampung tahap II, Pemerintah Kabupaten Supiori menambah dana bagi Kampung Wafor
yang terlepas dari program Rp1 miliar tahap II. Selain apresiasi tersebut, secara
terbuka, Bupati Supiori Fredrik Menufandu SH MH MM juga mengumumkan dan
mengangkat kembali Kristopus Dimara sebagai Kepala Kampung Wafor.
“Karena Kampung Wafor mendukung
program ini, terbukti menjadi kampung tercepat, lalu atas usul Wakil Bupati, kami
(Pemkab Supiori) menambah dana ke Kampung Wafor, dana ini di luar dari dana Rp1
miliar per kampung yang sebentar lagi diluncurkan ke kampung-kampung untuk
kegiatan yang sama,” jelas Bupati Supiori, Fredrik Menufandu SH MH MM, di
sela-sela ritual doa syukuran di Kampung Wafor, Distrik Supiori Timur.
“Dan untuk saudara kepala
kampung, karena saudara sudah menunjukkan komitmen kesuksesan program ini serta
berhasil membangun partisipasi serta keterlibatan langsung warga masyarakat
untuk ikut membangun rumah-rumah ini, maka saudara kepala kampung resmi kembali
menjabat kepala kampung untuk periode satu tahun ke depan. Karena jabatan
kepala kampung di 38 kampung sudah hampir selesai dan harus dipilih kembali,” tambah
Bupati Fred.
Dalam kesempatan
tersebut, Bupati Fred menerangkan, 20 unit rumah warga masyarakat layak huni
yang dibangun di kampung-kampung dilengkapi meteran listrik berkekuatan 900 Kwh,
jaringan air bersih dan satu unit pesawat televisi lengkap antena UHV.
“Kami geser 14 kriteria
keluarga miskin itu. Rumah-rumah ini sudah terbangun, listrik akan masuk, air
bersih langsung ke rumah-rumah, dan kami akan berikan gratis ke setiap rumah
satu unit televisi lengkap antena UHV yang tidak perlu lagi parabola. Kami
sudah membangun stasiun televisi dan pemancarnya di beberapa titik untuk memancarkan
siaran ke seluruh wilayah Supiori. Warga masyarakat bisa relay siaran TV
lainnya dan Pemkab juga bisa membuat siaran sendiri,” kata Bupati Fred yang
disambut tepuk tangan dan teriakan apresiasi masyarakat.
Secara terpisah, Kepala Kampung
Wafor, Kristopus Dimara, mengakui bahwa sejak program Rp1 miliar per kampung digulirkan
fokusnya untuk kegiatan pembangunan rumah masyarakat layak huni. Warga masyarakat
di Kampung Wafor menyambut antusias program tersebut. Hal ini ditunjukkan warga
masyarakat dengan aktif terlibat langsung pada setiap proses pembangunan 20
unit rumah tanpa meminta imbalan uang.
“Saya pribadi, dan warga masyarakat
saya, sangat bersyukur dan terima kasih kepada Bapak Bupati dan Wakil Bupati
yang menggulirkan program untuk perbaikan rumah-rumah ini. Kami di sini bekerja
secara gotong royong. Walaupun hanya 20 unit, tapi semua terlibat bekerja,
karena mereka tahu bahwa program ini akan berlanjut,” ungkap Dimara.
Kepala Distrik Supiori
Timur, Drs. Budi Mansoben, juga menyampaikan hal yang senada dengan ujaran Dimara.
Untuk kesuksesan program prioritas Bupati dan Wakil Bupati, kata Budi, ia dan
stafnya secara estafet dan rutin turun langsung mengawasi dan mengontrol pelaksanaan
pembangunan rumah warga masyarakat di kampung-kampung di Distrik Supiori Timur.
Hasilnya, lanjut dia, tiga kampung yang pekerjaan pembangunan rumahnya tepat
waktu dan tidak bermasalah berada di wilayah Distrik Supiori Timur.
“Ya, ini karena kita
semua ingin Supiori maju, kami memang tidak terlibat secara langsung dalam
kegiatan pembangunan rumah layak huni. Tapi, sebagai kepala distrik dan ini
untuk kepentingan masyarakat setempat, kami merasa bertanggung-jawab. Dan kami
terus turun ke kampung-kampung di wilayah kami, mengecek, dan mendorong aparat
serta warga masyarakat kampung agar bahu-membahu membangun kampung,” tandas
Budi.
Dalam laporannya selaku
penanggung-jawab pelaksanaan pembangunan rumah masyarakat layak huni, Kepala
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kampung (BPPMK) Ester Afasedanya
mengatakan bahwa kegiatan pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat kampung
dilakukan di 38 kampung. Pelaksanaan pembangunan rumah layak huni ini mulai
dilakukan pada Desember 2012 lalu dan selesai 100 persen di tahun 2013.
Sekadar diketahui,
melalui program ini, sedikitnya 760 KK di Kabupaten Supiori, yang selama ini
tinggal di rumah yang tidak layak huni dan belum bisa menikmati listrik,
dipastikan mulai tahun 2013 dapat tinggal di rumah yang layak dan juga
menikmati aliran listrik serta fasilitas pro-rakyat lainnya yang digulirkan Pemerintah
Kabupaten Supiori.
Pembangunan pro-rakyat di
Kabupaten Supiori tidak hanya sebatas membangun atau memperbaiki rumah warga
sampai layak huni. Warga Kampung Syurdori, Distrik Supiori Timur, Jaksen Karma,
mengungkapkan bahwa hampir sebagian besar warga masyarakat Syurdori telah
menikmati dana Otsus secara baik. Salah satunya, puluhan warga masyarakat
kampung telah mendapatkan rumah layak huni serta setiap bulan memperoleh jatah
raskin (beras miskin) secara gratis.
“Kami akui Pemkab Supiori
telah menyalurkan dana Otsus secara baik, sehingga banyak warga masyarakat yang
kini dapat menikmatinya,” ujar Jaksen Karma sebagaimana dikutip tabloid Bintang Papua (Maret 2014).
Melihat warga masyarakat
Kabupaten Supiori yang semakin meningkat kesejahteraan dan kualitas hidupnya,
sebagai pemimpin, Bupati Supiori Fredrik Menufandu tampak berusaha menerangi
dan melayani warga yang telah memberinya mandat untuk memimpin mereka. Sebagai
penganut Kristen taat, dalam bahasa iman, Bupati Fred menerapkan prinsip
pemimpin berhati gembala.
A.
Tiga
Makna Gembala
Dalam bahasa Ibrani
terdapat tiga kata yang bermakna ‘gembala’. Setiap kata dari tiga kata sinonim
untuk gembala itu pada dasarnya mempunyai arti dan makna yang sama, namun
setiap kata menegaskan segi yang berlainan: (1) ‘mengamati dengan cermat’,
‘menjaga dengan dengan penuh perhatian’; (2) selalu siap dan berjaga-jaga,
siaga dan sedia menghadapi bahaya yang datang; (3) menyelidiki, melihat ke
depan dan merencanakan. Pendekatan arti kata-kata ini menjelaskan kepada kita,
bahwa seorang gembala adalah seseorang, yang membawakan tiga arti kata tadi secara
bersama-sama. Ia selalu berjaga-jaga, siaga, waspada, siap-sedia, cermat tajam,
lagi penuh perhatian, dan tentunya dia bukan seorang penakut.
Pada zaman sebelum Yesus
lahir, para gembala dinilai negatif. Di mata hukum –-yang memang hampir tidak
mungkin dipenuhi oleh mereka dalam praktik-– para gembala disejajarkan dengan
para pencuri dan pembunuh. Namun demikian orang Yahudi tetap tidak lupa akan nubuatan tentang gembala yang akan
datang. Yesus menggenapi nubuat
tersebut. Pada kenyataannya, selain orang-orang Majus, para gembala di Padang
Efrata merupakan orang-orang pertama yang memperoleh pemberitaan oleh malaikat
tentang kelahiran Yesus (Luk 2:8-20).
Gembala
yang Baik. Keterlibatan dan rasa tanggung jawab seorang gembala
terhadap keselamatan kawanan dombanya sebagaimana digambarkan oleh Perjanjian
Lama tercermin dalam diri Yesus, “Sang Gembala Baik”. Gambaran Yesus sebagai
Gembala Baik merupakan gambaran kesayangan umat Kristiani Perdana. Banyaknya
lukisan dan ukiran di katakomba, yang menggambarkan gembala baik yang
menggendong seekor domba, membuktikan kenyataan itu.
Yesus bersabda, “Inilah
kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah
diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang” (Yoh 6:39; bdk Yeh 34:16). Menjelang sengsara-Nya di Taman
Getsemani, Yesus berdoa untuk persatuan para murid-Nya (dikenal sebagai ‘Doa Imam
Besar/Agung’). Doa-Nya tersebut, antara lain, berbunyi sebagai berikut: “Selama
Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu yang telah Engkau
berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari
mereka yang binasa selain dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya
digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci” (Yoh
17:12). Bahkan, sebelum terangkat ke surga pun Yesus masih memberi pesan
kepada para murid-Nya: “Ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir
zaman” (Mat 28:20 atau kalimat
terakhir dalam Injil Matius).
“Akulah gembala yang
baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya …” (Yoh 10:11); “Akulah gembala yang baik
dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku ..., dan Aku
memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku” (Yoh
10:14-15). Dalam perumpamaan ini (Yoh
10:1-18), Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai gembala yang baik. Dengan
demikian Ia menyabdakan banyak kekayaan tentang pribadi-Nya sendiri dan tentang
Tuhan Allah. Lihat misalnya ayat 4: Ia berjalan di depan mereka dan domba-domba
itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Ini jelas berbeda dengan
penggembala bebek di Brebes, misalnya, yang berjalan di belakang kawanan bebek
yang digembalakannya. Perumpamaan ini didasarkan pada kebiasaan di zaman Yesus
hidup. Beberapa kawanan pada malam hari dikumpulkan dalam sebuah kandang. Pada
waktu pagi setiap gembala memanggil domba-domba yang digembalakannya.
Domba-domba itu mengenal suara gembalanya dan mengikutinya ke padang rumput.
Nah, saling mengenal antara domba dan gembala itu begitu mengesankan, sehingga
Yesus menyamakannya dengan hubungan mesra antara dia dan Tuhan di surga (Yoh 10:15). Sejauh suara gembala baik
mengumandang, di situ pula ada shalom, rasa aman, perlindungan dan makanan.
Sebuah
permenungan. Yesus Kristus, Sang Gembala Baik,
mengidentifikasikan diri-Nya dengan kita, umat-Nya. Dia tidak meninggalkan kita
pada saat-saat kita mengalami kesulitan. Sebagai Gembala yang baik, Hati-Nya
penuh dengan belarasa bagi kita, domba-domba-Nya. Dia mengenal kita satu per satu
secara pribadi, dan Dia ingin kita mengenal-Nya secara mendalam pula. Karena
cinta kasih-Nya kepada kita, Dia mengundang kita untuk datang kepada-Nya, agar
dapat mengenali suara-Nya –-bahkan di tengah-tengah kesulitan yang sedang kita
alami. Dalam diri Yesus kita mengenal Hati seorang Gembala yang baik, yang
mengenal masing-masing domba dan bahkan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Yang
hilang akan dicari sedangkan yang tersesat akan dibawa pulang. Yesus
menunjukkan kepada kita keprihatinan Tuhan Allah, terlebih bagi mereka yang
dipandang sebagai orang-orang yang tidak berarti dan tidak dipedulikan
hak-haknya.
Karena kita terbilang
sebagai ‘domba-domba’ milik-Nya, maka tidak salahlah bila dikatakan, bahwa
Yesus mempunyai kepentingan atas kesejahteraan jiwa-raga kita. Manakala Iblis -–‘srigala’ dalam perumpamaan Yesus (10:12)-– mencoba untuk mencerai-beraikan kita, Yesus adalah
perlindungan kita yang kokoh-pasti. Bagi mereka yang mengenal-Nya, maka
suara-Nya memberikan kenyamanan dan rasa aman.
Kita biasa mengatakan
bahwa sebagai Sang Gembala Baik, Yesus begitu memperhatikan kita masing-masing,
begitu baik Hati-Nya, demikian mengasihi kita, karena di mata-Nya setiap kita
ini sangatlah berharga. Pernyataan ini sama sekali tidak salah. Tapi, seseorang
belumlah menghargai sepenuhnya betapa dalam dan intens cinta kasih Yesus
kepadanya, hanya dengan mendengarkan dan/atau membaca tulisan tentang hal itu.
Orang itu harus merenungkannya manakala dia melakukan pertobatan hari demi
hari, sampai pada suatu hari … hatinya merasa begitu tersentuh … betapa besar
cinta kasih Yesus kepadanya, sehingga disposisi hati, sikap dan perilakunya
sehari-hari pun akan diinspirasikan oleh suatu rasa syukur yang aktif bekerja
dalam dirinya, karena dia mempunyai seorang Gembala Baik yang sejati dan agung.
Dengan demikian, dia pun akan menghasilkan ‘buah-buah yang sesuai dengan
pertobatan’ (Luk 3:8).
B.
Menerangi,
Melayani dan Merajut Komunikasi
Bupati Fred menerapkan
prinsip-prinsip Yesus Kristus Sang Gembala Yang Baik. Gembala yang menerangi dan melayani umat (rakyat)
yang tidak semata-mata dalam angan belaka atau sebagai ujaran di atas mimbar gereja.
Dia berusaha mengimplementasikan benar secara fisik dalam kehidupan warga yang
dipimpinnya. Dan ketika memulai memimpin Supiori, sekadar contoh, dia awali
dengan menghadirkan jaringan/aliran listrik PLN dan jejaring infrastruktur telekomunikasi.
Dalam berbagai
kesempatan, Bupati Fredrik Manufandu mengungkapkan upaya percepatan pembangunan
di berbagai sektor di wilayah Kabupaten Supiori terus dipacu. Berbagai kegiatan
yang telah dilakukan dan terus akan dilaksanakan dibagi dalam beberapa fase.
Hal itu dimaksudkan supaya kebijakan pembangunan berjalan secara terprogram dan
terarah.
Fase pembangunan yang
dimaksud tidak dilakukan begitu saja namun tetap melalui rancangan dan
pergumulan intelektual dengan melihat kondisi nyata di lapangan. “Jadi sejak
saya bersama Pak Wakil Bupati terpilih, kami melakukan pergumulan pemikiran dan
rancangan program, tentunya dengan melihat kebutuhan dasar lalu dibagi dalam
beberapa fase,” ungkap Bupati Fredrik Manufandu.
Menurut dia, untuk fase pertama, selama kurang lebih 6
bulan (pada tahun 2011) setelah dilantik dinilai sebagai fase transisi. Pada
fase transisi, pihaknya lebih cenderung melakukan aksi pengenalan dan orientasi
program serta kebijakan dalam rangka membangun tataran kepemimpinan baru guna
menyelesaikan persoalan-persoalan ikutan sebelumnya sembari melaksanakan dan memperkenalkan
program-program prioritas utama seturut kemampuan anggaran yang masih tersedia
saat itu.
Fase
kedua, dikatakan, bahwa anggaran tahun 2012 merupakan awal
fase peletakan dasar-dasar pembangunan yang berfokus pada penyiapan
infrastruktur sarana dan prasana pembangunan daerah sebagai bagian dari program
prioritas utama sambil tetap menuntaskan penyelesaian fase transisi yang ada.
Dijelaskan oleh Bupati
Fred, pada fase peletakan dasar-dasar pembangunan daerah, program lebih
diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat seperti pembangunan
perumahan layak huni, pembangunan jalan dan pengaspalan serta pembangunan
jembatan yang dimulai dari wilayah perkotaan. Hal itu dimaksudkan sebagai upaya
untuk membangun wajah ibu kota Kabupaten Supiori.
Selain itu, lanjutnya,
juga sekaligus membangun jalan dan jembatan yang menghubungkan pusat-pusat
pemukiman warga masyarakat. Tak hanya itu, disinggung pula soal program raskin
gratis yang menganut azas bagi habis dan adil, pelayanan kesehatan dan pendidikan
gratis, pembangunan jaringan listrik dan telekomunikasi masuk ke wilayah Supiori.
“Listrik PLN belum ada
ketika kami belum menjabat, setelah mulai menjabat kami upayakan itu dan kini
sudah ada listrik PLN 24 jam, termasuk telekomunikasi. Demikian halnya untuk
raskin kami talangi dana distribusinya sehingga tidak ada alasan masyarakat
tidak menerima raskin secara gratis,” ujarnya.
Sekadar pengetahuan,
sebelumnya masyarakat belum bisa menikmati listrik PLN yang menyala selama 24 jam
non-stop, termasuk jaringan sinyal telekomunikasi (terutama Tekomsel), di tahun
pertama kepemimpinan Bupati Fred dan
wakilnya langsung diadakan dan kini telah dapat dinikmati masyarakat. Pemkab
Supiori langsung menyambung tiang listrik sejak sekitar 90 Kilometer dari Biak
ke Supiori dan membangun pembangkit listrik berkekuatan 150 MW. Sebuah langkah
menerangi rakyat dalam arti fisik.
Bahkan mulai tahun 2015,
Kabupaten Supiori memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
Wabudori. Dan PLTMH Wadubori menjadi program percontohan Kementerian Energi
Sumber Daya Mineral.
Staf Khusus Bupati
Supiori Yohanis M. Koroh mengatakan pelelangan proyek fisik PLTMH Wabudori
dilakukan pada Juni 2014. "Kapasitas pasokan listrik manakala PLMTH Wabudori
beroperasi 2015 mencapai tiga megawatt, bisa memenuhi kebutuhan masyarakat
Supiori dan Kabupaten Biak Numfor," jelasnya.
Koroh mengakui pertengahan
2014 Pemkab Supiori sudah mengantongi rekomendasi Gubernur Papua Lukas Enembe
untuk diajukan ke Menteri Kehutanan di Jakarta terkait dengan persetujuan
pengajuan alih fungsi lahan hutan lindung dan cagar alam untuk proyek PLTMH.
Dia mengatakan keberadaan
PLTMH yang memanfaatkan air Sungai Kampung Waryai, Distrik Supiori Barat, itu cukup
potensial untuk mensuplai listrik warga masyarakat yang membutuhkan. Dia
menyebutkan alokasi dana dari Kementerian ESDM untuk membangun PLTHM Wabudori
diperkirakan mencapai Rp150 miliar.
"Pemkab Supiori di
bawah kepemimpinan Bupati Fredrik Menufandu dan Wabup Yan Imbab setiap waktu
mewujudkan program pro-rakyat, di antaranya pendidikan, kesehatan, perumahan,
infrastruktur jalan dan jembatan, air bersih, aliran listrik, beras untuk
masyarakat miskin gratis, serta beberapa program lain," kata Koroh.
Selain itu, Bupati pun
memberi motivasi pelayanan keagamaan kepada lembaga gereja serta mendorong
peningkatan kedisiplinan dan kompetensi kerja aparatur. Program bantuan sosial dana sarana keagamaan
setiap tahun dianggarkan Pemkab Supiori mulai APBD 2012.
"Dengan adanya dukungan
anggaran pemerintah kabupaten diharapkan dapat menunjang berbagai kegiatan
organisasi denominasi gereja bersangkutan dalam membina pembangunan mental
spritual warga jemaat gereja," ungkap Bupati Supiori Fredrik Menufandu
seusai peresmian Gereja GKI Yamoi Jeng Wafur Distrik Supiori Barat, beberapa
waktu lalu.
Dalam melaksanakan
pembinaan warga jemaat gereja, demikian kata Bupati Fred, Pemkab Supiori telah
mengembangkan pola tiga tungku, yakni adat, pemerintah dan lembaga keagamaan.
"Adanya kerja sama
tiga tungku ini diharapkan dapat lebih efektif membina bidang mental spiritual
warga jemaat, ya dukungan Pemkab salah satunya memberikan dana sarana
keagamaan," tandas Bupati Fred.
Sebagai contoh nyata,
lanjut sosok Bupati Fred yang amat sederhana ini, untuk menyelesaikan
pembangunan sarana fisik Gereja GKI Yamoi Jeng Wafur Distrik Supiori Barat,
Pemkab Supiori memberikan bantuan dana keagamaan sebesar Rp200 juta dan rumah
pastori lewat APBD Supiori.
"Berkat bantuan dana
Pemkab Supiori, masyarakat Wafur, Distrik Supiori Barat, pada tanggal 8 Juli
2012 sudah dapat menggunakan fasilitas fisik gedung gereja GKI Yamoi Jeng untuk
beribadah," kata Bupati Menufandu usai meresmikan gereja tersebut.
Kemudian soal peningkatan
kualitas aparatur. Salah satunya diwujudkan dengan peningkatan kualitas tata
kelola keuangan dan aset daerah sebagai bagian dari program reformasi
birokrasi, termasuk pemberdayaan ekonomi rakyat yang juga merupakan program
prioritas.
Di fase ketiga disebutkan bahwa fase ini terkait dengan pembangunan
bidang unggulan dan peningkatan kualitas dan promosi bidang unggulan.
Selanjutnya, kata Bupati, akan memasuki fase kemandirian yang unggul dalam
bidang kelautan, perikanan dan kepariwisataan menuju masyarakat Supiori yang
sejahtera, maju dan adil.
“Tahun 2014 adalah tahun
keempat saya dengan Wakil Bupati memimpin Supiori, di tahun ini masih merupakan
lanjutan dari fase peletakan dasar-dasar pembangunan. Bahwa di tahun ini akan
fokus pada penyelesaian pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Kabupaten
Supiori. Pembangunan akan dilanjutkan ke wilayah Supiori Selatan, Kepulauan
Aruri, Utara sampai ke Supiori Baray,” paparnya.
“Jadi percepatan pembangunan Kabupaten Supiori
yang disaksikan dan dirasakan warga masyarakat saat ini bukan hadir begitu
saja, namun melalui suatu pergumulan pemikiran yang berat dan dilandasi
komitmen yang kuat serta tulus untuk membangun masyarakat di Kabupaten
Supiori,” tandas Bupati Fred Manufandu.
C.
Gembala
yang Rendah Hati
Sosok Bupati Fred
berusaha keras meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat yang dipimpinnya.
Kendati hasil-hasil pembangunan yang dilakukan Pemkab Supiori telah dapat dinikmati
sebagian besar warga masyarakat, sebagai umat Kristiani, dia selalu berusaha
rendah hati. Bahwa semua itu bukan semata-mata hasil kerja dirinya. Tapi, hasil
kerja segenap aparatur dan kemurahan Tuhan Yang Maha Kasih. Dia meyakini bahwa
Tuhan memerintahkan kita pengikut-Nya untuk hidup dengan penuh kerendahan hati.
Ya, kendati sudah berada
di puncak singgasana dan memberikan arti hidup bagi rakyat yang dipimpinnya,
Bupati Fred tetap rendah hati dalam menghadapi rakyat dan para pihak yang ikut
membangun wilayah Kabupaten Supiori.
Bagaimana sosok Bupati
Fred menjaga kerendah-hatiannya? Di mata Bupati Fred, kerendahan hati bukanlah
sebuah sikap tubuh yang merendah-rendah. Di dalam banyak budaya, sikap
merendahkan tubuh dianggap sebagai kerendahan hati. Padahal, sesungguhnya
kerendahan hati bukanlah sikap tubuh melainkan sikap hati, yang tidak
mementingkan diri, malah sebaliknya lebih mengedepankan kepentingan orang lain.
Marilah kita lihat dengan
saksama ciri orang yang rendah hati sebagaimana diuraikan di Filipi 2:3 dengan cara mengkontraskannya
dengan sikap orang yang tinggi hati, "dengan tidak mencari kepentingan
sendiri atau puji-pujian yang sia-sia . . . menganggap yang lain lebih utama
daripada dirinya sendiri. "
Orang yang tinggi hati
akan mencari kepentingan diri sendiri, sedangkan orang yang rendah hati lebih
mengutamakan kepentingan orang lain. Orang yang tinggi hati akan selalu
berpikir, "Apa untungnya buat saya?" Dengan kata lain, orang yang
tinggi hati sukar melakukan sesuatu murni untuk kepentingan orang lain.
Sebaliknya, orang yang rendah hati bersedia berkorban melakukan sesuatu yang
tidak berkaitan atau tidak memberi keuntungan bagi dirinya.
Orang yang tinggi hati
akan mencari puji-pujian orang terhadap dirinya, sedangkan orang yang rendah
hati tidak memikirkan hal ini. Sewaktu orang yang tinggi hati melakukan
sesuatu, dia akan memikirkan efeknya-apakah hasil perbuatannya akan dihargai
orang atau tidak. Dengan kata lain, jika dia beranggapan bahwa efek karyanya
tidak hendak mengundang pujian orang, dia tidak mau melakukannya. Tidak heran,
orang yang tinggi hati cepat marah dan tersinggung, bila orang tidak memberi
respon terhadap karyanya sesuai dengan keinginannya. Sebaliknya, orang yang
rendah hati akan melakukan segala sesuatu sebaik-baiknya, "dengan segenap
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23) Orang yang rendah hati melihat Tuhan sebagai
"penonton" perbuatannya; dia tidak memusingkan penilaian atau
penglihatan sesama manusia. Fokus utamanya adalah mempersembahkan hasil karya
hidupnya untuk Tuhan; jadi, terpenting baginya adalah membuat Tuhan senang.
Kalau sampai orang memuji dirinya, itu adalah efek samping yang tidak
dicarinya.
Orang yang tinggi hati
akan menomor-satukan diri sendiri sementara itu orang yang rendah hati berupaya
menomor-duakan dirinya. Orang yang tinggi hati beranggapan bahwa dia lebih
utama dan lebih baik daripada orang lain. Itu sebabnya orang yang tinggi hati
sering kali menuntut perlakuan khusus atau istimewa sebab dia beranggapan dia
tidak sama dengan orang lain. Dia berharap orang akan membebaskannya dari
kewajiban yang biasanya dituntut pada kebanyakan orang, oleh karena baginya, dia
bukanlah orang biasa. Sebaliknya, orang yang rendah hati tidak melihat dirinya
sebagai orang yang istimewa dan selayaknya menerima perlakuan khusus. Dia akan
menempatkan dirinya sejajar dengan yang lain, bahkan dia cepat menghargai
sumbangsih orang. Dengan kata lain, orang yang rendah hati cepat melihat
keistimewaan orang lain dan lambat melihat keistimewaan dirinya. Sudah barang tentu
ini tidak berarti bahwa dia buta terhadap dirinya; tidak! Dia tahu siapa
dirinya --kekuatan dan kelemahannya-- namun baginya, tidaklah penting untuk
menonjolkan kekuatannya. Baginya justru yang penting adalah bagaimana dia dapat
menolong orang yang lain mengembangkan diri sehingga akan lebih banyak orang
yang dapat melakukan apa yang baik bagi sesama dan Tuhan.
D.
Mengemban
Tanggung Jawab Gembala
Masih dalam kerangka iman
Kristen, Bupati Fred menerapkan prinsip gembala jemaat yang setia pada
tanggung-jawab rumah-tangga (arti yang lebih luas rumah tangga pemerintah
kabupaten) dan pada kebenaran Allah. Gembala atau penilik haruslah orang yang
lurus hati dan ikhlas.
Salah satu tugas setiap
orang percaya setelah menerima
keselamatan dari Allah ialah menjadi saksi-Nya atau melayani-Nya. Rasul Paulus
mengatakan bahwa pekerjaan yang paling indah ialah mereka yang menghendaki
jabatan penilik atau gembala (I Tim. 3:1).
Seorang pelayan Tuhan yang menghendaki pekerjaan seorang gembala haruslah orang
yang telah mengambil keputusan untuk menyerahkan seluruh hidupnya untuk
melayani Kristus. Keputusan untuk menjadi seorang gembala hal yang perlu
dipikir dalam-dalam dan juga memiliki latar belakang hidup atau kesaksian
kehidupan yang baik.
Mengapa keputusan memilih
untuk menjadi gembala dapat berdampak sedemikian besar? Jawabannya adalah
karena seorang gembala bertanggung- jawab secara spiritual dalam kehidupan
rohani jemaatnya. Gembala menolong
jemaatnya dalam melihat, mengerti dan mendalami firman Tuhan. Bagaimana jemaat
mengerti, melakukan, dan bersaksi atas firman Tuhan ditentukan oleh pengajaran
gembalanya. Bagaimana jemaat dapat malakukan kuasa Tuhan, bagaimana jemaat
dapat mengklaim janji-janji Tuhan, dan bagaimana jemaat dapat menyaksikan
keajaiban pekerjaan Allah, semuanya ditentukan sejauh apa gembala mendidik dan
membentuk jemaatnya dalam firman Tuhan.
Untuk mendidik dan
membentuk jemaatnya dalam firman Tuhan, sang gembala atau penilik mesti
mengajarkan ajaran yang sehat, memberitakan Injil, mempertahankan iman dan
mendisiplinkan jemaat.
Ihwal mengajarkan ajaran
yang sehat, fungsi gembala jemaat ialah memimpin anggota jemaat untuk menjadi
dewasa dalam Firman Tuhan agar bisa mengambil keputusan yang tidak bertentangan
dengan Firman Tuhan serta membangun jemaat. Seorang gembala harus memberi makan
jemaatnya , yaitu firman Tuhan, agar pertumbuhan iman jemaat semakin baik dan
juga supaya tidak mudah tergeser dari kepercayaan mereka.
Pada salam pembukaan
surat Rasul Paulus kepada Timotius, dia menegaskan wewenangnya sebagai seorang
hamba Yesus Kristus. Orang-orang yang menyebabkan Timotius menghadapi kesulitan
perlu tahu bahwa Timotius adalah gembala yang melayani mereka sebab telah
menempatkan dia di sana, karena Rasul Paulus menerima wewenang dari Allah.
Masalah yang dihadapi oleh Timotius pada waktu itu ialah ada golongan Gnostik
yang mulai mengajarkan ajaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan sehingga
ada orang-orang percaya yang mulai mengikuti ajaran tersebut sehingga Paulus
mengirim suratnya untuk menasehatkan Timotius untuk tetap mengajarkan apa yang
telah mereka dengar dari Paulus kepada orang-orang percaya yang dia gembalakan.
Lantas tentang
memberitakan Injil, dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma mengatakan
bahwa Paulus mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang
Yahudi, tetapi juga orang Yunani (Roma
1:16). Sebutan Injil dalam I Timotius
1:11, yaitu Injil yang mulia dari Allah yang memberi berkat mendorong
Paulus untuk menceritakan kesaksian pribadinya sendiri. Ia adalah bukti terbaik
untuk menyatakan bahwa Injil kasih karunia Allah itu sungguh-sungguh mengubah
hidupnya (Kis. 9:1-22; 22:1-21).
Gembala merupakan pelayan
Tuhan yang telah menyerahkan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan dan juga
memiliki hati yang rindu untuk melayani jiwa-jiwa yang belum diselamatkan dan
ingin melihat orang-orang yang belum diselamatkan berubah dan berbalik kepada
Kristus. Gembala jemaat harus memiliki keyakinan akan pengajaran atau Injil
yang disampaikan kepada jiwa yang sesat. Paulus menjelaskan bahwa keselamatan
itu bukan untuk dia sendiri, tetapi juga untuk semua orang yang menerima Yesus
Kristus (I Tim. 1:15). Jika Yesus
dapat menyelamatkan Saulus dari Tarsus, orang yang paling berdosa, tentu Ia
juga dapat menyelamatkan siapa saja!
Kemudian mengenai
mempertahankan iman, dalam surat Paulus kepada Timotius, ia menyerahkan
tanggung jawab kepada Timotius agar melaksanakannya, selain mengajarkan ajaran
yang sehat dan memberitakan Injil harus pula mempertahankan iman jemaat. Ini merupakan
kewajiban gembala untuk memelihara kebenaran atau doktrin Injil yang diterima
dan dianut di dalam gereja, dan mempertahankannya terhadap semua oposisi. Ini
adalah salah satu ujung utama pelayanan, salah satu sarana utama dari
pelestarian iman yang disampaikan kepada orang-orang kudus. Sebagai rasul
sering dan secara tegas mengulangi tuduhan itu kepada Timotius, dan di dalam
Dia telah sampai pada semua orang yang menerima dispensasi kata berkomitmen (I Tim 1:3. - 4, 4:6-7, 16, 6:20; II Tim
1:14, 2:25, 3:14-17).
Mempertahankan iman
jemaat adalah hal yang sangat perlu diperhatikan oleh pelayan Tuhan atau
gembala. Sebab itu, gembala harus benar-benar memperhatikan setiap iman
jemaatnya, karena, dalam jemaat lokal, anggota memiliki latar belakang yang
berbeda-beda baik dalam pengetahuan kebenaran maupun pendidikan.
Dan ihwal mendisiplinkan
jemaat, seorang gembala jemaat harus mengatur sopan santun dalam kebaktian
jemaat agar kebaktian berjalan secara teratur (I Kor. 14:26-40) serta menjalankan disiplin gereja. Yesus telah bersabda
bahwa apabila seorang percaya tidak mau tunduk dan menaati nasehat secara
pribadi maka masalah itu harus diserahkan kepada gereja untuk didisiplin (Mat. 18:17). Secara tegas sekali Paulus meminta
agar jemaat di Korintus menjalankan disiplin jemaat (I Kor. 5:13).
Tujuan untuk
mendisiplinkan jemaat yaitu:
* Untuk membawa kemuliaan kepada Allah dan
meningkatkan kesaksian kawanan domba.
* Untuk memulihkan dan
membangun anggota jemaat yang telah jatuh dalam dosa (Mat.18:15; 2 Tes. 3:14-15).
* Untuk menghasilkan iman
yang sehat, satu suara dalam doktrin (Tit.
1:13; 1 Tim. 1:19-20).
* Untuk memenangkan jiwa
bagi Kristus, jika orang berbuat dosa hanya mengaku Kristen (2 Tim. 2:24-26).
* Untuk membungkam
guru-guru palsu dan pengaruh mereka di gereja (Tit. 1:10-11).
* Untuk menetapkan contoh
bagi seluruh tubuh dan mempromosikan rasa takut yang saleh (1 Tim. 5:20).
Disiplin gereja sangat
penting untuk kesucian badan lokal dan perlindungan dari kerusakan moral dan
doktrinal yang murni. Dosa dalam kehidupan gereja mendukakan orang dari Roh
Kudus dan memadamkan kuasa-Nya. Jika dosa tetap dicentang oleh aplikasi penuh
kasih dari disiplin gereja dalam tubuh orang percaya, Roh Kudus harus
meninggalkan seperti gereja untuk sumber-dayanya sendiri duniawi. Hasil tidak
dapat dihindari akan kehilangan berkat Tuhan sampai dosa sudah ditangani.
Melihat betapa tidak
ringan menerapkan prinsip-prinsip tugas dan tanggung jawab gembala, maka benak
Bupati Fred teringat dan lekat dalam perilakunya pesan Alkitab, ”Karena itu
penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri,
dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar
orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba
uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh
anak-anaknya. Jikalau seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri,
bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? Janganlah ia seorang yang baru
bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia
juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh
ke dalam jerat Iblis.” (1 Timotius 3:1-7)
Pun teringat pada pesan
bahwa gembala jemaat janganlah menjadi orang pengejar status. Rasul Paulus
mengatakan, ”Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan
pada Apolos, karena, supaya dari teladan kami, kamu belajar apakah artinya
ungkapan: Jangan melampaui yang ada tertulis, supaya jangan ada di antara kamu
yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari yang lain.” (1 Korintus 4:6)
Gembala jemaat harus
mengajar umat Allah melalui perkataan dan perbuatan. Alkitab berkata bahwa, ”Karena
itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan
Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya
dengan darah Anak-Nya sendiri.” (Kisah
20:28)
Bupati Fred benar-benar
menjunjung tinggi prinsip dan tugas gembala yang penuh tanggung jawab. Dia
tidak larut hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia justru larut dalam
tanggung-jawabnya sebagai pemimpin rakyat Kabupaten Supiori. Bahkan, dia sangat
detil mempertanggung-jawabkan setiap alokasi anggaran yang digelontorkan buat
membangun Supiori yang berkeadilan dan berkesejahteraan.
Tidak jarang Bupati Fred
sampai harus merogoh koceknya pribadi manakala ada warga masyarakatnya yang
mengadu atau mengeluhkan kekurangan mereka. Tak pelak, penampilannya demikian
sederhana dan bersahaja. Bahkan, kelewat
sederhana untuk ukuran seorang Bupati. (*)
No comments:
Post a Comment