* DELAPAN
Segalanya
diciptakan dua kali. Ada ciptaan mental atau pertama, dan ada ciptaan fisik
atau kedua.
Stephen R. Covey, Pakar Kepemimpinan
SEJATINYA,
pembangunan merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, secara terus-menerus
tiada henti. Ikhtiar dan kerja keras mewujudkan visi dan misi pembangunan tidak
berlangsung instan namun membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pembangunan,
menurut Irzal Ilyas, berarti kerja keras yang membutuhkan keikhlasan dan konsistensi
guna meraih visi dan misi yang telah diformulasikan jauh-jauh hari --sebelum
dirinya memangku amanah sebagai Wali Kota Solok pada 2010. Dia telah
menciptakan jendela mental (visi) sebelum menggapai kursi orang nomor satu di
Kota Solok. Lantas, dia bekerja keras pula berupaya mengimplementasikan dalam
wujud program-program pembangunan yang bersifat fisik yang diarahkan bagi
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat-masyarakat
Setidak-tidaknya, Irzal
Ilyas sudah menjawab kepercayaan rakyat-masyarakat Kota Solok dengan, minimal,
meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi pembangunan kota ini ke depan.
Memperoleh kepercayaan dari rakyat-masyarakat Kota Solok pantas disyukuri
sekaligus menjadi beban tanggung-jawab baginya untuk segera mewujudkan harapan
mereka akan peningkatan kesejahteraan. Mewujudkan visi masyarakat yang beriman,
bertaqwa, sehat, edukatif dan sejahtera dengan pemerintah yang baik dan bersih
menuju Kota perdagangan dan jasa yang maju dan modern.
Laiknya wilayah-wilayah
dengan sumber daya alam yang relatif terbatas, rakyat-masyarakat Kota Solok tidak
memiliki banyak pilihan untuk melanjutkan kehidupan dan meningkatkan
kemakmuran. Dalam kondisi seperti ini, pemimpin yang hadir bagai teropong yang
mampu melihat secara tajam potensi apa yang sekiranya mampu menggerakkan denyut
perekonomian masyarakat. Di sinilah betapa pentingnya kehadiran sosok pemimpin
yang cerdas, antisipatif, dan bersifat forward
looking.
Saat terpilih dan usai
Irzal Ilyas dilantik sebagai Wali Kota Solok (Agustus 2010), ciptaan fisik
(kedua) berupa program-program yang telah dilaksanakan pada dasarnya telah
selesai dalam ciptaan pertama melalui visi dan misi yang disusun jauh sebelum
dia memimpin Kota Solok. Visi dan misi tersebutlah yang menggerakkan dirinya
menjalankan amanah besar tersebut.
Seorang pemimpin yang
berjalan tanpa visi dan misi bagai seseorang yang berjalan tanpa arah. Visi dan
misi merupakan kekuatan penuntun di belakang segala sesuatu yang dilakukan oleh
sebuah rezim pemerintahan. Kedengarannya hal ini sesuatu yang gampang, namun
pemikiran ini tidak mampu diterjemahkan secara baik oleh setiap pemimpin.
Banyak organisasi atau
rezim pemerintahan mengalami kegagalan lantaran pemimpinnya tidak mampu
menerjemahkan dan mengejawantahkan visi dan misi. Dan organisasi berjalan tanpa
arah tujuan yang jelas, hanya bergerak berdasarkan peraturan belaka. Program
yang berjalan tidak lebih daripada sekadar rutinitas biasa. Mereka berjalan hanya
mengikuti tradisi pemimpin sebelumnya. Terjebak cuma melaksanakan rutinitas
tanpa memiliki orientasi ke masa depan yang lebih berpengharapan.
Selain hanya menjalankan
aturan, pemerintahan di bawah pemimpin yang tak mampu menerjemahkan visi-misi
secara membumi tidak akan mampu berbuat banyak. Dalam pandangan Osborne dan
Gaebler (1993), pemerintahan semacam ini dikategorikan sebagai pemerintahan
yang digerakkan oleh peraturan, bukan visi dan misi. Osborne dan Gaebler
menggaris-bawahi beberapa keunggulan pemerintahan di bawah pemimpin yang tahu
benar visi-misinya, antara lain:
·
Pemerintahan berjalan lebih efisien.
·
Lebih efektif dan mendatangkan hasil yang
lebih baik daripada sekadar bertumpu pada peraturan.
·
Lebih inovatif, fleksibel, memiliki
semangat dan etos kerja yang lebih tinggi.
Selama hampir lima tahun
memimpin Kota Solok, Irzal Ilyas berusaha membumikan visi-misinya secara baik,
fleksibel, dan inovatif. Kendati begitu, dia tetap taat azas atau peraturan
yang berlaku dalam sebuah pemerintahan yang otonom.
A.
Bantu
Orang Namun Jangan Sampai Bermasalah
Ya, Irzal Ilyas ingin
sampai di tapal batas pengabdian dengan penuh rasa aman, jauh dari kekhawatiran
dicokok penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagaimana banyak menimpa
mantan kepala daerah dan bekas wakil rakyat. Katanya lebih lanjut:
“Sesuai dengan cita-cita
semula, saya ingin aman, tidak bermasalah. Saya ingin bantu orang namun tetap
tidak bermasalah, tetap dalam koridor peraturan yang berlaku. Artinya, lima
tahun ini saya merasa bersih. Tidak terlibat kasus apa pun. Saya nggak khawatir petugas KPK akan turun
karena nggak ada perbuatan saya yang
menyalahi aturan. Sampai akhir tahun ini (2014), kami memperoleh tiga
penghargaan, kemarin (pekan ketiga November 2014) kami dapat apresiasi sebagai daerah
tertib ukur, penyerahan penghargaan oleh Kementerian Perdagangan dilakukan di
Semarang, Jawa Tengah. Jadi daerah kami tertib perdagangannya, punya alat ukur.
Kemudian di Hari Kesehatan Nasional dapat Lencana Ksatria Bakti Husada Kartika
dari Kementerian Kesehatan RI, karena anggaran yang cukup untuk program
kesehatan. Itu diperiksa sampai Puskesmas oleh Kementerian Kesehatan. Dan akhir
November 2014 kami menerima penghargaan tersebut di Jakarta. Kemudian bulan Desember (2014), bersamaan dengan
Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, kami memperoleh penghargaan bidang kepedulian
sosial dan penyerahannya dilakukan di Jambi. Pemberian penghargaan ini cukup ketat.
Harus bebas dari KPK, tidak terlibat kasus pidana. Itu ada surat rekomendasinya
dan kami tinggal formalitas menerima penganugerahannya di Jambi nanti.
Sekali lagi saya ingin
aman, keluarga tidak ada masalah dan warga masyarakat sejahtera. Saya enak
tidur di rumah dinas, rumah sendiri, bangun tidur warga masyarakat saya juga
segar dan sehat. Itu yang saya impikan, warga tidak buta huruf dan tidak
miskin. Sebab itu selama lima tahun ini kami tanamkan pola kerja keras. Miskin
itu harus diubah dengan bekerja. Sebab itu, kami letakkan dana bantuan itu di
masjid, mushola, dan mereka harus bekerja. Karena orang sukses itu tidak ada
yang malas.”
Irzal Ilyas yang mantan
pelaut ini mengakui bahwa selama dirinya memimpin Kota Solok acapkali mengalami
godaan dan gangguan oleh banyak orang –tak terkecuali dari keluarga sendiri.
Banyak orang mengira bahwa jabatan wali kota itu bergelimang uang. Lalu, mereka
pun meminta bantuan, entah apapun bentuknya.
Wali Kota yang akan habis
masa baktinya pada Agustus 2015 ini sebisa mungkin berusaha menolong
orang-orang yang membutuhkan bantuan. Salah satu caranya, jelas dia, berupaya
mengelola sisa-sisa anggaran dalam APBD dengan menggelontorkan program atau
proyek yang dapat dilakukan dengan penunjukan langsung (PL). “Kami berupaya memberdayakan
putera daerah untuk pekerjaan-pekerjaan yang bisa PL. Ketika selesai mereka
sampaikan rasa terima kasih, namun tidak sedikit juga yang mengatakan rugi,”
tutur Irzal.
Dia membuka kartu bahwa orang
Kota Solok itu ingin ditegur dan dimanjakan. Padahal jelas, sebagai orang nomor
satu di Kota Solok, Irzal mengaku tidak akan dapat menyenangkan orang satu per
satu warganya yang berjumlah 63.541 jiwa (data tahun 2013). Kendati begitu sebagian
besar warga Kota Solok merasa senang dengan program-program yang telah
dijalankan segenap aparatur Pemerintah Kota Solok di bawah kepemimpinan Irzal
Ilyas. “Warga merasa senang pada program Wajib Belajar 12 tahun tanpa biaya, program
jaminan kesehatan, dan program Mabit. Semua program berjalan baik dan diterima
oleh warga masyarakat. Alhamdulillah, semua itu tidak terlepas dari kerja keras
dan kerja ikhlas kami,” tutur pemegang Lencana Manggala Karya Kencana dari
BKKBN RI tahun 2013 ini.
Boleh jadi urusan dengan
warga masyarakat (eksternal), Irzal cukup berhasil memberikan perhatian yang
relatif baik sehingga tidak terlalu terdengar isu-isu yang kadang menyudutkan.
Dia mengaku agak sedikit malu hati menghadapi orang-orang terdekat dalam keluarga
besar Ilyas. Tegasnya, “Ada saja keluarga yang merecoki. Kami ini kan keluarga
besar, satu sama lain tidak sama. Karena mereka terjanjur hidup manja,
bergantung pada orang lain. Mungkin dengan walikota yang dulu bisa minta bon
minyak. Saya tidak kasih lagi. Saya sampaikan asal you usaha, saya kasih. Sebagian besar dukung, terutama yang sudah
sukses. Yang kurang-kurang itu yang menggantungkan diri pada kami. Memang ada
kakak yang kemudian sekarang menjadi tanggung jawab saya. Alhamdulillah anak-anak
dan isteri tidak ngrecoki. Saya
selalu menekankan bahwa dulu kita ini orang swasta yang bebas, sekarang sudah jadi
pejabat, kan semuanya dilihat, dinilai dan terukur.”
B.
Melek
Investor untuk Melumasi Roda Perekonomian
Hal yang juga masih
menjadi mimpi Irzal Ilyas adalah melumasi roda perekonomian kota yang saat ini berjalan
relatif lamban. Sebagai kota yang diarahkan menjadi kota jasa dan perdagangan
yang modern, roda perekonomian haruslah dipacu untuk berputar secara cepat. Saat
ini, Kota Solok telah memiliki pasar yang cukup baik namun denyutnya terasa
lambat. Sementara banyak aset yang kurang optimal dimanfaatkan.
Sebab itu, sejak awal
memimpin Kota Solok, Irzal sudah membuka lebar-lebar bagi investor untuk
menanamkan modalnya di kota yang mengusung motto “Kota BERAS”. Ya, Kota Solok
yang Bersih, Elok, Rapi, Aman dan Sejahtera.
Berkat
pengalamannya melanglang buana dan menjalani sedikit noktah kehidupannya di
luar Kota Solok, Irzal (yang sempat mengadu nasib di Jakarta dan kuliah di
Semarang) memperoleh pelajaran berharga. Setidaknya, sebuah perekonomian kota
akan berdenyut dinamis bilamana ada kehadiran etnis Cina. Sudah menjadi semacam
suratan tangan kaum Cina, mereka cenderung meniti kehidupan di jalur
perdagangan dan bisnis. Mereka memiliki jejaring bisnis yang sangat kuat dan luas.
Sejauh
ini, pelaku ekonomi Kota Solok hanya diramaikan oleh putera daerah dengan
permodalan yang relatif terbatas. Dan Pemerintah Kota Solok sendiri tidak
mungkin mendongkrak denyut perekonomian lokal tanpa campur tangan pemilik modal.
Tentang mimpinya menghadirkan investor dan etnis Cina melumasi roda ekonomi
Kota Solok, tutur pemegang Lencana Kehormatan Bakti Koperasi dan UKM dari
Kementerian Koperasi dan UKM RI tahun 2014 ini lebih jelas dan gamblang:
“Kami butuh
investor karena kami tidak kuat dengan kemampuan keuangan daerah saja. Saat
berusaha menggandeng investor, saya terkendala di DPRD. Saat menjalin kerjasama
dengan investor untuk memanfaatkan aset-aset daerah, kawan-kawan di DPRD Kota
Solok melihat langkah ini bernuansa politik. ‘Ini Pak Wali cari populer lagi.’
Saya berusaha membuka jalan tanpa pamrih apapun. Sementara kolega saya di DPRD melihat
fee-nya dulu buat daerah. Ini yang
membuat saya terus-menerus berbeda pandangan. Akibatnya sampai sekarang belum
ada investor yang masuk. Padahal saya sudah buka di website dan melakukan lobi-lobi.
Saat investor
datang, respon masyarakat dan elit politik terasa kurang bagus. Sepertinya orang-orang
lokal itu mesti keluar dulu, merantau ke daerah lain. Mereka tidak pernah
merantau. Bagi saya orang-orang etnis Cina itu teman, bukan musuh. Orang Kota
Solok diprovokasi agar tidak menerima etnis Cina. Kalau nggak ada Cina, ekonomi kita lambat.
Investor sangat
dibutuhkan mengingat kami butuh dana untuk membangun hotel dan pusat
perbelanjaan sebagai fasilitas pundukung kota jasa. Ada beberapa investor
sempat datang namun tiba-tiba minat mereka menurun setelah merasa respon kurang
kondusif. Bahkan, ada yang sudah deal
dengan saya, namun terbentur hal-hal seperti teknis di DPRD.”
Di masa pengabdiannya
yang masih tersisa beberapa bulan lagi ini, Irzal berusaha mengajak warga
masyarakat (termasuk kalangan wakil rakyat di DPRD) Kota Solok untuk ramah
terhadap kehadiran investor, tanpa pandang bulu siapa si investor tersebut. Bila
hanya mengandalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang relatif kecil, maka
pembangunan Kota Solok bisa mengalami kemandekan (stagnant).
C.
Segalanya
Diciptakan Dua Kali
Dalam perjalanan hidup
mengabdikan dirinya pada Kota Solok yang semakin dekat dengan tapal batas, ayah
dari lima orang anak ini merasakan masih banyak pekerjaan rumah yang belum
mampu diselesaikannya secara optimal. Bahkan, tidak sedikit program-program
pro-rakyat yang mesti diteruskan sehingga warga masyarakat Kota Solok
benar-benar merasakan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran.
Karena itulah, bila suara
rakyat menghendaki, Irzal Ilyas ingin melanjutkan kembali program-program
pembangunan yang belum tergarap secara baik. Meminjam pendapat Stephen R.
Covey, bahwa visi-misi yang telah direntang Irzal sebagai ciptaan mental (pertama)
harus disempurnakan atau diwujudkan ke dalam penciptaan fisik (kedua). Dia
ingin mewujudkan kota jasa dan perdagangan modern dengan fasilitas yang lengkap
seperti adanya mal, hotel, dan stadion bertaraf nasional. Sedikit tentang
obsesinya menjelang akhir masa pengabdian sebagai Wali Kota Solok 2010-2015:
“Obsesi saya,
kalau bisa berlanjut, kesempatan ada, warga masyarakat percaya, tentu saya
ingin melanjutkan pengabdian. Karena masih ada pekerjaan rumah yang tertunda.
Di antaranya membangun stadion, mal dan hotel. Kami merencanakan Kota Solok jadi
kota jasa dan perdagangan yang modern. Yang lain-lain sudah kami persiapkan
sebelumnya.”
Sebuah totalitas seorang
Irzal Ilyas dalam menunaikan amanah tugas kepemimpinan sebagai Wali Kota Solok.
Bukan hanya dirinya yang berada di dalam nafas Kota Solok, namun Kota Solok
telah menyatu dalam hati, pikiran dan tindak-langkahnya. Tidak hanya dalam
serentang perjalanan lima tahun terakhir, tapi sejak saat kelahirannya di Korong
Lubuk Sikarah pada 4 Januari 1959. Jadi Kota Solok dan segala kronikanya telah
menyatu dalam diri dan perjalanan hidupnya. Kota Solok sudah menjadi
darah-dagingnya. Kepemimpinannya yang visioner, yang tetap berpijak pada
khazanah kearifan lokal yang dipimpinnya, yang dimotivasi dengan hati ikhlas
dan berorientasi pada aksi-aksi nyata, itulah yang kini membawa kemajuan bagi
Kota Solok. Irzal Ilyas telah menunjukkan kesejatian dirinya sebagai seorang
pemimpin. Tidak saja tahu ke arah mana Kota Solok mesti menuju, tapi dia pun
paham akan tahapan-tahapan langkah yang harus ditempuh.
Irzal paham betul bahwa
alam kehidupan ini mengajarkan sebuah hukum proses. Bahwa petani (sekitar 10,14
persen dari penduduk Kota Solok yang berjumlah 63.541 jiwa) harus punya
kesabaran dan kesungguhan yang tinggi dalam menyiram dan memupuk bibit-bibit
padi yang ditanam di sawah selama sekitar empat bulan sebelum dapat dipanen. Bahwa
pedagang (sekitar 33,43 persen) harus punya kesabaran yang tinggi dalam merawat
hubungan baik dengan pembeli agar pada giliran selanjutnya dapat menjadi
pembeli setia. Dan pelaku atau pekerja di sektor jasa-jasa (sekitar 32,21
persen) harus pula bersabar manakala menginginkan jasa yang ditawarkan menarik
calon-calon pelanggan.
Pun demikian seorang
Irzal Ilyas telah mencurahkan segenap kesabaran perasaan, pikiran dan
tindak-langkahnya guna menata ulang dan membangun kembali pondasi Kota Solok
yang lebih kokoh sebagai “jembatan” menuju kemajuan. Setelah “jembatan”
dipersiapkan, kelak kepemimpinan berikutnya harus mampu melanjutkan jejak Irzal
itu guna mengukir kemajuan Kota Solok yang jauh lebih baik. Pemimpin Kota Solok
setelah Irzal harus memiliki kearifan dan kebajikan yang jauh lebih tinggi guna
meneruskan langkah Irzal dalam meraih cita-cita Kota Solok. Seorang pemimpin
yang lebih mumpuni guna melayarkan Kota Solok dalam kancah nasional dan
internasional. Seorang nakhoda yang tidak sekadar mampu melayarkan kapal (Kota
Solok), namun juga harus tahu ke mana kapal (Kota Solok) mesti berlayar. Kini,
“jembatan emas” Kota Solok telah dibangun oleh Wali Kota Irzal Ilyas dengan
contoh, bukti dan prestasi nyata.
Sekarang, saat roda-roda
desentralisasi dan otonomi daerah telah bergulir, dibutuhkan tangan-tangan yang
lebih terampil dalam bingkai kekayaan potensi daerah untuk membangun diri. Bila
perasaan memiliki (sense of belonging)
dan tanggung jawab (sense of
responsibility) yang terpatri dalam dada orang Kota Solok terus diasah
lebih tajam lagi, tentu akan sangat memudahkan bagi Kota Solok menggapai
cita-citanya. Menjadi sebuah kota jasa dan perdagangan yang modern, hidup dalam
kemajuan dan kesejahteraan bersama. Sebagaimana harapan segenap tokoh adat,
elit politik dan warga masyarakat Kota Solok. Harapan jangka panjang Kota Solok
menjadi Kota Sentra Perdagangan, Jasa dan Pendidikan di Sumatera Bagian Tengah tahun
2025.
Irzal Ilyas sengaja
memilih visi dan mimpi pembangunan jangka panjang Kota Solok sebagai kota
perdagangan, jasa dan pendidikan mengingat kondisi umum daerah ini menunjukkan
bahwa kontribusi sebesar 64,9% dari nilai PDRB Kota Solok, ternyata berasal dari
kegiatan perdagangan, transportasi, dan jasa.
Begitu pula dengan
pendidikan, Kota Solok selama ini juga telah menjadi tujuan untuk melanjutkan
pendidikan bagi calon siswa dan calon mahasiswa yang berasal dari wilayah
sekitar Kota Solok. Dengan demikian, Irzal bermimpi pembangunan jangka panjang
Kota Solok yang diarahkan pada kelompok kegiatan ini diperkirakan akan dapat
mengangkat kegiatan ekonomi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta
kesejahteraan masyarakat kota secara keseluruhan. Kegiatan lainnya, seperti
pertanian dan industri, akan tetap dikembangkan sebagai kegiatan pendukung dan
penunjang.
D.
Teladan
Bagi Birokrat dan Rakyat
Lantaran lahir dan besar
di lingkungan masyarakat Minang, yang terkenal memegang teguh adat dan ajaran
agama, sisi religiusitas seorang Irzal Ilyas terasa kental dalam keseharian.
Kendati masa mudanya berada di perantauan, namun tidak menjadikan dirinya lupa
pada ajaran-ajaran yang adiluhung. Tak mengherankan bila Irzal sangat piawai
mengutip pepatah Minang yang sarat pesan moral dan ayat-ayat Al-Quran yang
penuh petuah.
Satu hal yang dia pegang
teguh bahwa dia tidak begitu saja menerima masukan atau nasehat dari sembarang
orang. Dia teguh berpegang pada adat dan agamanya. Sebagai pejabat publik, dia
pasti mendapatkan banyak opini dan pendapat dari berbagai lini dan kalangan. Dia
memang termasuk tokoh yang sangat terbuka menerima pesan dan keluh-kesah
rakyatnya tanpa kenal waktu. Dalam memilah informasi yang layak dipercaya, dia
berupaya mendengar suara hatinya. Tentu tetap tidak meninggalkan rasio dan
pemikiran yang melekat pada dirinya.
Kemampuannya untuk
senantiasa mendengar suara hati tidak terlepas dari sikap religiusitasnya
selama ini. Religiusitas tersebut tercermin pada kerajinannya melaksanakan
shalat berjamaah, menjadi imam shalat, dan tampil sebagai khatib pada berbagai
kesempatan shalat Jumat. Kisi-kisi spiritualitas yang dijalani ini berpengaruh
holistik dalam seluruh aspek kehidupan sosok Irzal Ilyas. Begitu pula dalam
pengambilan kebijakan, dia menyadari bahwa kemampuan manusia relatif terbatas.
Sebab itu, dia terus menjaga hubungan dengan Allah SWT yang memiliki
pengetahuan dan kebijakan paripurna.
Dalam prinsipnya yang
religius itu, ibadah-ibadah yang dilakukan oleh seorang manusia, sebenarnya
mendatangkan kemanfaatan bagi dirinya sendiri. Manusia membutuhkan penunaian
ibadah-ibadah. Dengan ibadah-ibadah tersebut, maka bening hati akan terdapati,
sehingga resonansi dari suara hati akan benar adanya serta tepat memutuskan.
Karena itu, bila kesulitan dalam menghafal dan menyerap ilmu, maka jauhilah
maksiat karena maksiat dapat mematikan dan memadamkan cahaya hati.
Kendati sejumlah kalangan
pernah skeptis terhadap masa depan agama. Bahkan Nietzsche mengatakan Tuhan
telah mati dan Karl Marx berpendapat bahwa agama adalah candu. Modernitas, oleh
beberapa kalangan, juga dianggap tidak compatible
dengan agama. Sosok Irzal Ilyas
tidak mempercayai teori-teori materialisme tersebut, dia tetap percaya
bahwasanya agama bersesuaian dengan modernitas. Buktinya nyata, dia tetap
mendengarkan suara hati. Bagaimanapun kalangan yang menafikan agama mengalami
kesulitan menjelaskan ihwal suara hati. Rasionalitas saja ternyata tidak cukup
sebagai penimbang dari sebuah keputusan yang dilakukan. Suara hati merupakan
unsur istimewa yang melengkapi rasionalitas dalam memutuskan sebuah kebijakan
(termasuk kebijakan publik).
Menurut Irzal Ilyas,
suara hati merupakan alarm pengingat tatkala segala laku telah keluar dari
jalur kebenaran. Ketika melakukan hal yang salah, maka suara hati hadir sebagai
pengingat untuk kembali ke jalan yang benar. Sebab itu, muncullah pertentangan
akan mendengarkan suara hati yang membawa diri kembali ataukah mengikuti
bisikan setan dan dengar hawa nafsu.
Banyak cara yang dapat
dilakukan manusia untuk menjaga kebeningan hati. Bagi seorang Irzal Ilyas,
selain banyak melakukan ibadah, untuk memperoleh bening hati, dia juga sering
melakukan kontemplasi. Setidaknya dia meniru perilaku Nabi Muhammad saw yang
rutin berkontemplasi. Sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad merupakan sosok
yang kerap memikirkan tentang kondisi centang perenang Kota Makkah serta kehidupan
yang lebih luas. Beliau pun memiliki sejumlah pertanyaan dalam benaknya, di
mana diperlukan permenungan untuk menemukan jawabannya.
Sebagai bangsa di tengah
krisis multidimensi yang entah kapan berujung, kita membutuhkan kembali
kebeningan hati dalam bertindak. Dengan mendengarkan suara hati, akan menjadi
salah satu resep untuk menjawab berbagai persoalan bangsa yang datang tak
kunjung usai. Mendengarkan suara hati, membuat diri jujur dalam bersikap serta
mendasari tindakannya tidak semata-mata berdimensi keduniawian. Mendengarkan
suara hati, membuat diri dalam melaksanakan amanah. Lantaran, dalam suara hati
muncul mekanisme pengawasan independen yang tidak perlu dicangkokkan dari luar.
Mekanisme pengawasan independen tersebut tidak lain adalah diri sendiri. Dengan
mendengarkan suara hati, maka merupakan sebuah upaya sinyal pengawasan. Tentu
saja proses penjernihan hati perlu terus-menerus dilakukan melalui penunaian
berbagai ibadah dan komtemplasi.
Irzal Ilyas berusaha
menjadi teladan sosok pemimpin yang mengedepankan suara hati yang berangkat
dari sisi religiusitas. Religiusitas yang memberi makna bagi kehidupan. Dan dia
ingin memaknai setiap langkahnya dalam warna-warna yang dapat dirasakan oleh
warga masyarakat yang dipimpinnya. Dia menyadari benar, seorang pemimpin tidak
hanya bertindak sebagai individu, melainkan mesti mampu menimbulkan spektrum
pengaruh kepada rakyat dan segenap aparatur yang dipimpinnya.
Model kepemimpinan Irzal
Ilyas telah memberikan makna pada masyarakat dan segenap aparatur yang
dipimpinnya. Kepemimpinan yang ditunjukkannya telah mampu mengangkat derajat
dan kehormatan mereka. Bagaimana pun Kota Solok di bawah kepemimpinannya
mengalami banyak kemajuan, memperoleh banyak penghargaan, angka kemiskinan
menurun, dan gelagat menuju kota jasa/perdagangan modern mulai terlihat.
Dalam kepemimpinannya,
Irzal Ilyas telah menelorkan konsep pembangunan yang jitu dan berpengaruh
secara langsung terhadap kehidupan rakyatnya. Dia ingin keadaan ini terus
berlanjut dengan teladan-teladan lain yang lebih membumi dan dekat bersama
rakyat. Dia ingin terus aktif memantik optimisme rakyat dan mendengarkan suara
hati rakyat yang membutuhkan aksi-aksi nyata sosok pemimpinnya. (*)
No comments:
Post a Comment