Saturday, December 6, 2014

Titian Menuju Kursi Wali Kota Solok

* EMPAT


Tak seorang pun pernah diberikan kehormatan atas apa yang diterimanya. Kehormatan diterima sebagai imbalan atas apa yang diberikannya.
Calvin Coolidge, Presiden ke-30 Amerika Serikat, 1923-1929

KRISIS multidimensi 1998. Pada ambang tumbang Orde Baru (Orba) di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, krisis moneter yang berujung krisis multidimensi melanda negeri Republik Indonesia tercinta. Nilai tukar rupiah jatuh di titik terendah, sampai sekitar Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) sehingga daya beli masyarakat turun drastis dan orang miskin baru bermunculan. Namun tidak semua orang jatuh tersungkur gara-gara krisis yang membuat Soeharto kehilangan legitimasi tersebut. Ada orang-orang tertentu –terutama pada mereka yang memiliki tabungan dalam mata uang dolar—justru menuai berkah di balik musibah.
Salah satu sosok yang mendapat berkah di balik krisis multidimensi 1998 tersebut adalah Irzal Ilyas yang ketika itu bekerja sebagai pelaut pada sebuah perusahaan pelayaran multinasional di Singapura. Irzal yang pernah bekerja di Negeri Singa itu sejak awal 1990-an merasa telah memiliki tabungan yang lumayan dalam bentuk mata uang dolar. Diperkirakan, bila dikurs-kan, mencapai miliaran rupiah.
Di tengah zona nyaman bekerja di Singapura, tahun 1998 itu dia pulang kampung ke Kota Solok. Dia berhenti melaut. Dalam benaknya berkecamuk bisikan, “kalau selamanya di laut, maka tidak akan ada akhirnya.”
Secara logika, keputusan Irzal pulang kampung terasa bakal merugikannya. Terlebih lagi, saat itu kondisi perusahaan tempatnya bekerja sedang maju dan berkembang pesat. Sebab itu, dengan berat hati, dia menjelaskan kepada perusahaan bahwa dirinya mesti pulang kampung serta harus hidup normal berkumpul bersama anak dan isteri.
Kata Irzal penuh kenangan, “Saya pikir saya sudah bisa pulang kampung. Saya ingin pulang kampung saja. Nggak ada bayangan berlayar lebih lama lagi. Saya ingin punya rumah, beli satu mobil, sore-sore cuci mobil, santai, makan pisang goreng, sederhana sekali kan. Saya wujudkan semua itu. Tahun 1998 saya pulang. Setahun saya membangun rumah, waktu itu anggaran sekitar satu miliar rupiah. Tahun 2000 selesailah rumah saya di Kota Padang. Habis itu kan nggak ada kerjaan. Karena saya sudah terbiasa  bekerja, ada saja pekerjaan. Sekali waktu ke Jakarta bersama keluarga, pulang beli barang lalu jual lagi di Padang.”
Memang, berbekal tabungannya selama bekerja di Singapura, dia membeli tanah dan membangun rumah di atasnya untuk keluarga. Dia bangun rumah di Kota Padang. Baru tahun 2000 dia berhasil menuntaskan pembangunan rumahnya yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar Rp1 miliar. Di kota kelahirannya, Irzal pun membuka usaha untuk meneruskan perjalanan hidupnya setelah tidak lagi berlayar.
Tutur Irzal Ilyas lebih jelas ihwal aktivitasnya di masa-masa awal pulang kampung:
“Saya dagang mobil, macam-macam saja, di Kota Padang. Baru kemudian saya buka usaha di Kota Solok, di kampung. Saya sempat buka restoran. Saya bangun mushola, karena ibu saya nggak bisa naik haji lagi. Terus saya bangun dealer mobil di Kota Solok. Juga membuka usaha gilingan padi. Ada pula yang mengajak buka usaha batubara dan kayu, tapi saya nggak tertarik. Saya ingin hidup tenang. Kalau bisnis kayu itu ya main kayu. Begitu pun batubara, harus main dengan polisi.  Saya mau yang normal-normal saja lah.    
Saya terus berusaha. Bawa mobil L-300 mengangkut sayur dari Sumatera Barat ke Riau sana. Yang cukup membantu ekonomi saya ya investasi sawah, ada rumah kontrakan. Kebetulan isteri orang kampung juga punya lahan. Jadi beras tidak perlu beli, rumah tidak sewa. Semua itu cukup membantu itu. Dan saya masih produktif.”


A.   Membangun Keluarga di Kampung
Irzal mengungkapkan, dengan modal yang ada, setahap demi setahap, dia membangun lahan keluarga yang selama ini tidak produktif. Secara perlahan, kehidupan ekonomi keluarganya pun membaik, bahkan bisa dikatakan termasuk terpandang.
Sepulang di Kota Solok, pada sela-sela kesibukan membesarkan “kapal” bisnisnya, dia terundang untuk aktif di bidang sosial-kemasyarakatan. Dan gayung bersambut, dia tidak menampik undangan atau ajakan untuk berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Di lingkungan sekitar tempat tinggalnya, dia aktif dalam kegiatan sosial dan agama yang dibuktikan dengan menerima amanah untuk menjadi pengurus masjid. Dia ikhlas menerima amanah untuk memakmurkan masjid terdekat di lingkungan rumahnya.
Dalam perjalanan berikutnya, kiprah aktivitas sosial Irzal Ilyas tidak berhenti di masjid saja. Bahkan, dia berusaha aktif pada sesuatu yang menjadi hobi dan minatnya. Dia tidak segan-segan bergabung dengan kelompok yang mendukung tujuan tertentu seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Di tengah aktivitas bisnis dan masjid, pada tahun 2004, diadakan acara silaturahmi antara warga masyarakat yang menetap di Kota Solok dan kaum perantau. Dan disepakati pula pembentukan organisasi yang dinamai Badan Kerjasama Kerukunan Masyarakat Solok (BKKMS). Dia pun terpilih menjadi Ketua BKKMS.
Tujuan pembentukan organisasi BKKMS adalah untuk mengkoordinasikan masyarakat setempat dengan perantau guna memikirkan bagaimana perkembangan Kota Solok di masa depan. Konsekuensi sebagai Ketua BKKMS, memaksa dirinya untuk banyak terlibat aktif dalam berbagai kegiatan, misalkan dalam taklim, peringatan hari besar Islam dan pemberian santunan anak yatim.   
Lelaki yang pernah bekerja serabutan di Jakarta ini menikmati betul aktivitas di organisasi-organisasi yang cenderung bersifat sosial-kemasyarakatan tersebut. Dari sana dia merasa menemukan media untuk senantiasa dekat dengan orang-orang yang dikasihinya dan memberi arti pada orang-orang yang membutuhkan kehadirannya. Dari sana juga, Irzal menemukan kebahagiaan hidup yang sejati.
Menurut Irzal, kehidupan yang bahagia adalah kehidupan yang dapat dilalui bersama dengan teman-teman, keluarga dan warga masyarakat. Semakin kuat hubungan pribadi yang kita miliki serta kerap berinteraksi bersama teman, keluarga dan warga masyarakat, dia meyakini dirinya semakin bahagia. Sebab itu, dalam kondisi sesibuk apapun, dia tidak pernah lupa senantiasa menjalin tali silaturahmi dengan teman, keluarga dan warga masyarakat sekitar.
Satu hal yang juga dikedepankan sosok yang bekerja sebagai Chief Engineer pada MV AN HUI tahun 1995-1996 ini setelah kembali ke kampung adalah menjaga pikiran positif. Baginya, salah satu kerugian manusia lantaran selalu membiarkan dirinya didominasi oleh hal-hal negatif dan tidak menyisakan waktu untuk merefleksikan hal-hal yang berhasil mereka raih secara positif. Kendati, tentu saja, merupakan hal yang alami bagi seseorang untuk mengoreksi keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka dan memfokuskan diri pada hal tersebut, namun harus terdapat keseimbangan dalam menempatkan diri Anda.
Menurut pemegang Certificado Transitorio De Compencia dari Republica De Panama tahun 1987 ini, selain demikian penting untuk merefleksikan hal-hal baik yang kita peroleh, kita pun mesti mengoreksi hal-hal yang buruk agar tidak terulang kembali. Dalam kaitan dengan hal ini, sangat rasional sekali bila mengingat secara terus-menerus terhadap kesuksesan pribadi yang kita raih, sehingga akan memiliki dampak positif yang sangat berarti dalam kebahagiaan emosional kita.

B.    Menjadi Orang Nomor Dua Kota Solok
Berkat keaktifannya pada aksi-aksi bernuansa sosial dan religius, sosok Irzal Ilyas semakin dikenal oleh warga Kota Solok. Ya, Kota Solok yang terdiri dari dua kecamatan (Kecamatan Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung Harapan) dengan jumlah penduduk sekitar 63 ribu jiwa di tahun 2013.
Dia tidak menyangka bila keaktifannya di berbagai kegiatan sosial-masyarakat mengantarkan dirinya dikenal semakin banyak orang di Kota Solok. Sampai kemudian, warga masyarakat Kota Solok mendukung dirinya buat mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung di tahun 2005. “Saya melihat warga masyarakat Kota Solok tulus dalam memberikan dukungannya kepada saya,” kenang sosok yang tidak pernah bercita-cita menjadi orang nomor dua di Kota Solok ini.
Tawaran publik tersebut membuat Irzal Ilyas yang belum sekalipun masuk ke dunia politik praktis berpikir secara serius dan intens. Dia berkonsultasi dengan orang-orang terdekat dan juga berbagai kalangan guna mendapatkan masukan dan pendapat dari mereka ihwal pencalonan dirinya.
Sekadar pengetahuan, sejalan dengan tuntutan perkembangan era reformasi, UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dipandang perlu mendapat perubahan dan penyempurnaan. Setelah melalui pembahasan dan persetujuan DPR, Pemerintah menerbitkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. UU ini pun merangkum aspirasi rakyat yang menginginkan kepala daerah dipilih secara langsung. Dan, UU tersebut mengamanatkan bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu paket melalui pemilihan secara langsung.
Ya, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah harus dalam satu paket. Sebenarnya tidak terpikir oleh Irzal apakah dirinya hendak menjadi orang nomor satu atau nomor dua di dalam pemerintahan Kota Solok. Yang jelas, dia ingin mengapresiasi aspirasi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Kota Solok waktu itu.
Waktu itu sudah ada beberapa tokoh masyarakat Kota Solok yang mencalonkan diri untuk bertarung dalam pemilihan kepala daerah yang berlangsung pada pertengahan 2005. Salah satunya adalah Syamsu Rahim --sosok yang dikenal luas karena daerah tugas dan pengalaman kerjanya. Dia mengawali karir sebagai dosen di APDN Bukittinggi. Kemudia dia memasuki karir sebagai birokrat di Kota Sawahlunto. Beberapa jabatan eselon III dan II pernah didudukinya. Sukses sebagai pejabat karir, SR –sapaan akrabnya-- lalu bergabung ke Partai Golkar di Kota Sawahlunto.
Sukses memimpin Partai Golkar mengantarkannya sebagai anggota DPRD Kota Sawahlunto. Di DPRD Kota Sawahlunto, SR sempat dipercaya sebagai Ketua DPRD selama dua periode, 1999-2004 dan 2004-2009. Ketika masih berada di kursi Ketua DPRD Kota Sawahlunto itulah, Syamsu Rahim terpanggil untuk mengikuti pertarungan perebutan kursi eksekutif Wali Kota Solok tahun 2005. Dia pun melirik beberapa calon yang sekiranya layak mendampinginya sebagai calon wakil wali kota. Dan, pilihan jatuh ke sosok Irzal Ilyas.
Gayung bersambut. Irzal menerima pinangan Syamsu Rahim. Mengapa Syamsu Rahim menarik hatinya? Kata Irzal, “Saya tidak mau maju bersama orang yang cacat, saya hanya ingin berpasangan dengan orang yang mempunyai kualitas, integritas dan komitmen yang tinggi.”
“Terus terang, seluruh kandidat kepala daerah saat itu ingin berpasangan dengan saya, karena dianggap sebagai putera daerah yang berhasil dan dinilai pantas, baik dari segi ekonomi maupun kehidupan keluarga. Padahal, saya tidak punya pengalaman di pemerintahan,” kata suami dari Darlinda Wati ini.
Irwali –demikian Irzal Ilyas akrab disapa— lantas melihat rekam jejak Syamsu Rahim yang baik. Dia juga merasakan adanya kapasitas, kualitas, figur dan kesamaan visi, misi serta pandangan dalam membangun Kota Solok. Di akhir tahun 2004, tim sukses Syamsu Rahim secara resmi menyambanginya. Mereka pun bersepakat berpasangan sebagai calon wali kota dan calon wakil wali kota pada perhelatan demokrasi pilkada Kota Solok pertengahan 2005.
Pada bulan Januari 2005, bersama Syamsu Rahim, akhirnya Irzal Ilyas mendeklarasikan diri untuk maju sebagai Calon Wali Kota dan Calon Wakil Kota di daerah kelahirannya. Meski saat itu mereka belum memiliki kendaraan politik yang jelas, dengan segenap kekuatan, keduanya mulai mencari dukungan dari partai politik dan memperoleh dukungan dari Partai Golkar dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Kerjasama politik berbasis demokrasi yang mereka usung adalah menginginkan perubahan terstruktur lantaran calon yang lain merupakan “orang lama” di blantika politik Kota Solok.
Semangat itulah yang mampu menyedot perhatian dan hati warga masyarakat tertarik pada pasangan Syamsu Rahim – Irzal Ilyas. Waktu itu, pasangan ini harus bertarung dalam pilkada langsung dengan tiga pasangan kandidat yang lain. Dalam pilkada yang berlangsung cukup satu putaran saja, pasangan Syamsu Rahim – Irzal Ilyas yang tidak memiliki banyak dana mampu meraup suara terbanyak. “Inilah bukti bahwa rakyat memberi dukungan tulus dan ikhlas kepada kami berdua saat itu,” tutur Irzal Ilyas.
“Memang saya sudah dididik untuk hidup mandiri, bekerja keras. Ketika saya turun dari kapal, tidak ada ketakutan. Masalah masa depan itu urusan Allah. Pokoknya kita berusaha sebatas kemampuan kita. Dengan pola hidup sederhana, jujur dan bekerja keras, saya jalani hidup ini. Walau pendidikan saya tidak sesuai dengan keilmuan birokrasi pemerintahan, saya tetap mampu melaksanakan tugas dan kewajiban saya. Kombinasi saya sebagai entrepreneur dan Pak Syamsu sebagai birokrat menjadi modal kami untuk mengemban amanah ini,” tutur sosok yang menghabiskan masa sekolah dari SD sampai STM di Kota Solok ini.
Kendati memperoleh banyak dukungan dari rakyat Kota Solok, namun perjalanan pasangan ini menuju kemenangan dapat dikatakan penuh kerikil-kerikil tajam. Di masa kampanye pilkada Kota Solok pada awal Juni 2005, sempat terjadi penyegelan dan pendudukan kantor KPU Kota Solok yang dilakukan oleh pendukung pasangan bakal calon wali kota Sabri Yusni dan bakal calon wakil wali kota Zul Elfian yang diusung oleh Partai Amanat Nasional (PAN). Kasus ini sempat masuk di PTUN Padang. PTUN Padang memutuskan KPU Kota Solok harus mencabut surat keputusan yang menggagalkan pasangan Sabri Yusni-Zul Elfian, serta menerbitkan keputusan baru yang mengesahkan keduanya maju sebagai calon wali kota dan wakil wali kota.
Hari pertama kampanye pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung di Kota Solok, Sumatra Barat, Jumat (10/6/2005), diwarnai unjuk rasa. Bahkan, ratusan pengunjuk rasa dan aparat kepolisian setempat sempat bentrok. Kontak fisik terjadi gara-gara massa yang hendak masuk ke Gedung DPRD Kota Solok dihalangi polisi.
Semula demonstrasi berlangsung damai. Pengunjuk rasa berorasi meminta DPRD Kota Solok memasukkan kembali pasangan Sabri Yusni dan Zul Efian dalam bursa calon wali kota Solok. Belakangan, demonstran ingin menyampaikan secara langsung aspirasi mereka kepada anggota Dewan.
Bentrokan pecah setelah polisi melarang mereka untuk menemui anggota Dewan karena sedang mengikuti penyampaian visi dan misi calon wali kota Solok. Alasan itu tak bisa diterima pengunjuk rasa. Mereka tetap merangsek sehingga bentrokan terjadi. Kendati begitu, tak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Gagal menembus barikade polisi, massa akhirnya membubarkan diri.
Agenda pilkada Kota Solok terus berjalan sesuai dengan rencana. Singkat cerita, pada akhir Juni 2005, rakyat Kota Solok memberikan suara mereka di TPS yang telah disediakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Solok. Setelah rekapitulasi usai, KPUD Kota Solok memutuskan pasangan Syamsu Rahim – Irzal Ilyas sebagai pemenang dan segera dilantik menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solok periode 2005-2010.
Dan pada Agustus 2005 pasangan ini dilantik oleh Gubernur Sumatera Barat atas nama Menteri Dalam Negeri sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah pilihan rakyat Kota Solok. Dengan mengusung visi menjalankan pemerintahan yang baik, fokus membangun bidang kesehatan dan pendidikan, pasangan Syamsu Rahim – Irzal Ilyas betul-betul membuktikan janji-janjinya selama masa kampanye.
Selama kepemimpinan keduanya, rakyat Kota Solok pun bisa merasakan pelayanan masyarakat yang semakin baik dan mudah. Lalu, warga masyarakat usia sekolah dapat menikmati pendidikan gratis. Dan, warga yang sakit bisa berobat ke Puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau.

C.   Maju Menjadi Orang Nomor Satu
Di ujung perjalanan (tahun 2010) bersama Wali Kota Syamsu Rahim, Irzal Ilyas merasa ada celah buat mencalonkan diri menjadi orang nomor satu di Kota Solok. Saat itu Syamsu Rahim tidak ingin mencalonkan lagi pada pilkada Kota Solok 2010. Dia merasa tertantang untuk berkompetisi di pilkada Kabupaten Solok untuk memperebutkan posisi Bupati Solok periode 2010-2015. “Kalau ada celah, saya jalan. Bilamana tidak ada celah, saya berhenti,” tutur Irzal suatu waktu.
Pencalonan Irzal kali ini tidak menemui hambatan yang berarti, termasuk soal tunggangan partai politik. Ketika masih menjabat Wakil Wali Kota Solok (2005-2010), dia menerima amanah sebagai Ketua DPC Partai Demokrat periode 2007-2011. Pada musyawarah cabang pertama tahun 2007 silam, mantan pelaut ini dipercaya menakhodai Partai Demokrat secara aklamasi.
Dan saat maju ke kancah kompetisi pilkada Kota Solok 2010, Irzal pun cukup mengendarai Partai Demokrat –partai berlambang bintang mercy yang kini diketuai oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tanpa kesulitan pula, Irzal menggandeng Zul Elfian yang pada tahun 2005 gagal maju ke Pilkada Kota Solok lewat Partai Amanat Nasional (PAN).
Pilkada Kota Solok yang berlangsung akhir Juni 2010 diikuti oleh tujuh pasang calon wali kota dan calon wakil wali kota, masing-masing: nomor urut 1 pasangan Irzal Ilyas – Zul Elfian; nomor urut 2 pasangan Ori Affilo - Yanuardi; nomor urut 3 pasangan Yumler Lahar - Monsuhendra; nomor urut 4 pasangan Hendri Dunand - Ilzam Sumartha; nomor urut 5 pasangan Risman Siranggi - Sukardi; nomor urut 6 pasangan Rainir - Sabri Yusni; dan nomor urut 7 pasangan Zulkhairi - Amrinofias.
Setelah melalui penghitungan suara dan rapat pleno pada tanggal 5 Juli 2010 di Gedung Kubung Tigo Baleh, KPUD Kota Solok menetapkan pasangan calon wali kota dan calon wakil wali kota Solok bernomor urut 1, Irzal Ilyas - Zul Elfian, sebagai calon wali kota dan calon wakil wali kota terpilih pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) 2010 untuk masa bakti 2010-2015.
Setelah direkap dari perolehan suara di dua kecamatan di Kota Solok, pasangan yang diusung oleh Partai Demokrat ini memperoleh 39 persen dari suara sah atau 10.736 suara.
Pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak kedua adalah pasangan bernomor urut 3, Yumler Lahar - Monsuhendra, dengan perolehan suara 4.420. Lalu pasangan calon bernomor urut 7, Zulkhairi - Amrinofias, dengan perolehan suara 2.937 berada di urutan ketiga.
Berikutnya urutan keempat adalah pasangan calon bernomor urut 2, Ori Affilo - Yanuardi, dengan perolehan suara 2.842. Selanjutnya peringkat lima adalah pasangan calon nomor urut 5, Risman Siranggi – Sukardi, yang meraup suara 2.610. Berada di peringkat enam adalah pasangan calon bernomor urut 4, Hendri Dunand - Ilzam Sumartha, dengan perolehan suara 2.183. Dan terakhir, pasangan calon yang memperoleh suara paling sedkit, yakni pasangan calon bernomor urut 6, Rainir - Sabri Yusni, dengan raihan suara 2.072.
Dengan demikian Pilkada Kota Solok 2010 yang menelan biaya sekitar Rp6,42 miliar tersebut cukup dilangsungkan satu putaran saja. Kemudian, pada bulan Agustus 2010, H. Irzal Ilyas Dt. Lawik Basa, MM dan  H. Zul Elfian, SH, M.Si dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solok periode 2010-2015 pilihan rakyat. Keduanya pun langsung menyingsingkan lengan baju memimpin segenap aparatur Pemerintah Kota Solok melayani rakyat-masyarakat yang telah memberinya amanah. Menjawab janji-janji selama masa kampanye dengan program-program pembangunan yang langsung menyentuh aspirasi dan kebutuhan rakyat-masyarakat Kota Solok agar tidak tertinggal dibandingkan kota-kota lain di Provinsi Sumatera Barat.

D.   Mengusung Visi Kepeloporan dan Perubahan
Dalam memimpin dan membangun Kota Solok, sebagaimana telah dia tegas pada berbagai kesempatan dan kampanye, Irzal Ilyas mengusung visi “Terwujudnya masyarakat beriman, bertaqwa, sehat, edukatif dan sejahtera dengan pemerintahan yang baik dan bersih menuju kota perdagangan dan jasa yang maju dan modern”.
Melalui visi itu, Irzal memfokuskan pembangunan pada perbaikan kualitas kesejahteraan rakyat melalui pendidikan, kesehatan dan membangun infrastruktur. Artinya, dia berusaha memelopori rakyatnya untuk bangkit membangun dan mengubah nasib dirinya menjadi lebih baik. Tidak ada yang menyangka, hanya waktu sekitar satu tahun kepemimpinannya, Kota Solok terasa semakin maju dan sejahtera. Bahkan, dari segi kebersihan, kota ini berhasil meraih Piala Adipura sebagai kota terbersih dari pemerintah pusat.
Menurut sejumlah tokoh masyarakat Kota Solok, Irzal telah mampu memposisikan dirinya sebagai agen perubahan dari kultur negatif ke arah kultur positif yang dibutuhkan dalam proses dan aktivitas pembangunan. Dia berusaha selalu memotivasi rakyatnya untuk bangkit dari keterpurukan, kemalasan dan kebodohan. Sampai kemudian rakyat Kota Solok secara perlahan bangkit menatap masa depan yang lebih cerah, menjadikan daerahnya sebagai kota perdagangan dan jasa yang maju dan modern.
Saat itu kita memang membutuhkan jiwa-jiwa kepeloporan dalam kebaikan dan kemajuan. Sebab itu, jiwa kepeloporan itu harus dimiliki oleh semua orang. Setiap individu harus bisa menjadi pelopor di lingkungannya –baik dalam keluarga maupun masyarakat. Kepeloporan itu dapat berupa hal-hal sederhana yang mengarah kebaikan dirinya, keluarganya ataupun lingkungannya. Kepeloporan untuk hal-baik baik tersebut bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja dan dapat diterapkan pada skala yang lebih luas, seperti dalam suatu daerah atau negara.
Kepeloporan tidak perlu menunggu kita menjadi orang tertinggi di dalam jabatan tertentu dulu. Mengingat, banyak cara untuk menjadi pelopor, meskipun hal sederhana, misalkan saja ketika di lingkungan kita tidak ada kepedulian terhadap pemakaian energi secara boros, maka kita bisa menjadi pelopor gerakan hemat energi dengan cara mematikan lampu ketika tidak digunakan. Kita tidak perlu berpikir itu hanya tindakan kecil, karena bila sudah dilakukan oleh banyak orang maka tindakan yang kita pelopori itu akan menjadi sebuah gerakan yang sangat berarti bagi kebaikan dan kemajuan masyarakat.
Banyak kepeloporan semenjak Irzal Ilyas memimpin Kota Solok mulai Agustus 2010. Pada masa kepemimpinannya, warga Kota Solok menikmati pendidikan murah dan terjangkau pada berbagai level, kesejahteraan rakyat berangsur meningkat, dan bangunan infrastruktur kota semakin kuat.
Irzal Ilyas tampil sebagai sosok pemimpin yang gigih dan berani. Dia tidak peduli siapa di balik orang-orang yang hendak merusak tatanan perkotaan di Kota Solok. Sepanjang tindakan orang-orang tersebut dinilai bakal merusak tatanan perkotaan, maka dia langsung tampil menegakkan aturan tanpa pandang bulu. “Biar pun seseorang itu pernah menjadi atasan saya, kalau memang ada indikasi menyimpang, maka saya akan hadapi sampai aturan itu benar-benar tegak. Saya tidak peduli siapa yang berada di belakang orang yang seenaknya sendiri merusak tatanan kota,” tutur ayah dari lima orang anak ini.
Irzal Ilyas telah berusaha memberikan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki. Dia telah memberikan tangan, pikiran dan hatinya buat kemajuan dan kesejahteraan rakyat Kota Solok. (*)

               

No comments:

Post a Comment