* EMPAT
Tak
seorang pun pernah diberikan kehormatan atas apa yang diterimanya. Kehormatan
diterima sebagai imbalan atas apa yang diberikannya.
Calvin Coolidge, Presiden ke-30 Amerika Serikat,
1923-1929
KRISIS
multidimensi 1998. Pada ambang tumbang Orde Baru (Orba) di
bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, krisis moneter yang berujung krisis multidimensi
melanda negeri Republik Indonesia tercinta. Nilai tukar rupiah jatuh di titik
terendah, sampai sekitar Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) sehingga daya
beli masyarakat turun drastis dan orang miskin baru bermunculan. Namun tidak
semua orang jatuh tersungkur gara-gara krisis yang membuat Soeharto kehilangan
legitimasi tersebut. Ada orang-orang tertentu –terutama pada mereka yang
memiliki tabungan dalam mata uang dolar—justru menuai berkah di balik musibah.
Salah satu sosok yang mendapat
berkah di balik krisis multidimensi 1998 tersebut adalah Irzal Ilyas yang
ketika itu bekerja sebagai pelaut pada sebuah perusahaan pelayaran
multinasional di Singapura. Irzal yang pernah bekerja di Negeri Singa itu sejak
awal 1990-an merasa telah memiliki tabungan yang lumayan dalam bentuk mata uang
dolar. Diperkirakan, bila dikurs-kan, mencapai miliaran rupiah.
Di tengah zona nyaman
bekerja di Singapura, tahun 1998 itu dia pulang kampung ke Kota Solok. Dia
berhenti melaut. Dalam benaknya berkecamuk bisikan, “kalau selamanya di laut, maka
tidak akan ada akhirnya.”
Secara logika, keputusan
Irzal pulang kampung terasa bakal merugikannya. Terlebih lagi, saat itu kondisi
perusahaan tempatnya bekerja sedang maju dan berkembang pesat. Sebab itu,
dengan berat hati, dia menjelaskan kepada perusahaan bahwa dirinya mesti pulang
kampung serta harus hidup normal berkumpul bersama anak dan isteri.
Kata Irzal penuh
kenangan, “Saya pikir saya sudah bisa pulang kampung. Saya ingin pulang kampung
saja. Nggak ada bayangan berlayar
lebih lama lagi. Saya ingin punya rumah, beli satu mobil, sore-sore cuci mobil,
santai, makan pisang goreng, sederhana sekali kan. Saya wujudkan semua itu.
Tahun 1998 saya pulang. Setahun saya membangun rumah, waktu itu anggaran
sekitar satu miliar rupiah. Tahun 2000 selesailah rumah saya di Kota Padang.
Habis itu kan nggak ada kerjaan. Karena
saya sudah terbiasa bekerja, ada saja
pekerjaan. Sekali waktu ke Jakarta bersama keluarga, pulang beli barang lalu
jual lagi di Padang.”
Memang, berbekal
tabungannya selama bekerja di Singapura, dia membeli tanah dan membangun rumah
di atasnya untuk keluarga. Dia bangun rumah di Kota Padang. Baru tahun 2000 dia
berhasil menuntaskan pembangunan rumahnya yang diperkirakan menghabiskan dana
sekitar Rp1 miliar. Di kota kelahirannya, Irzal pun membuka usaha untuk
meneruskan perjalanan hidupnya setelah tidak lagi berlayar.
Tutur Irzal Ilyas lebih
jelas ihwal aktivitasnya di masa-masa awal pulang kampung:
“Saya dagang
mobil, macam-macam saja, di Kota Padang. Baru kemudian saya buka usaha di Kota Solok,
di kampung. Saya sempat buka restoran. Saya bangun mushola, karena ibu saya nggak bisa naik haji lagi. Terus saya
bangun dealer mobil di Kota Solok. Juga membuka usaha gilingan padi. Ada pula
yang mengajak buka usaha batubara dan kayu, tapi saya nggak tertarik. Saya ingin hidup tenang. Kalau bisnis kayu itu ya
main kayu. Begitu pun batubara, harus main dengan polisi. Saya mau yang normal-normal saja lah.
Saya terus
berusaha. Bawa mobil L-300 mengangkut sayur dari Sumatera Barat ke Riau sana.
Yang cukup membantu ekonomi saya ya investasi sawah, ada rumah kontrakan.
Kebetulan isteri orang kampung juga punya lahan. Jadi beras tidak perlu beli,
rumah tidak sewa. Semua itu cukup membantu itu. Dan saya masih produktif.”
A.
Membangun
Keluarga di Kampung
Irzal mengungkapkan,
dengan modal yang ada, setahap demi setahap, dia membangun lahan keluarga yang
selama ini tidak produktif. Secara perlahan, kehidupan ekonomi keluarganya pun
membaik, bahkan bisa dikatakan termasuk terpandang.
Sepulang di Kota Solok, pada
sela-sela kesibukan membesarkan “kapal” bisnisnya, dia terundang untuk aktif di
bidang sosial-kemasyarakatan. Dan gayung bersambut, dia tidak menampik undangan
atau ajakan untuk berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Di lingkungan sekitar
tempat tinggalnya, dia aktif dalam kegiatan sosial dan agama yang dibuktikan
dengan menerima amanah untuk menjadi pengurus masjid. Dia ikhlas menerima
amanah untuk memakmurkan masjid terdekat di lingkungan rumahnya.
Dalam perjalanan berikutnya,
kiprah aktivitas sosial Irzal Ilyas tidak berhenti di masjid saja. Bahkan, dia
berusaha aktif pada sesuatu yang menjadi hobi dan minatnya. Dia tidak
segan-segan bergabung dengan kelompok yang mendukung tujuan tertentu seperti
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Di tengah aktivitas
bisnis dan masjid, pada tahun 2004, diadakan acara silaturahmi antara warga
masyarakat yang menetap di Kota Solok dan kaum perantau. Dan disepakati pula pembentukan
organisasi yang dinamai Badan Kerjasama Kerukunan Masyarakat Solok (BKKMS). Dia
pun terpilih menjadi Ketua BKKMS.
Tujuan pembentukan
organisasi BKKMS adalah untuk mengkoordinasikan masyarakat setempat dengan
perantau guna memikirkan bagaimana perkembangan Kota Solok di masa depan. Konsekuensi
sebagai Ketua BKKMS, memaksa dirinya untuk banyak terlibat aktif dalam berbagai
kegiatan, misalkan dalam taklim, peringatan hari besar Islam dan pemberian santunan
anak yatim.
Lelaki yang pernah
bekerja serabutan di Jakarta ini menikmati betul aktivitas di
organisasi-organisasi yang cenderung bersifat sosial-kemasyarakatan tersebut. Dari
sana dia merasa menemukan media untuk senantiasa dekat dengan orang-orang yang
dikasihinya dan memberi arti pada orang-orang yang membutuhkan kehadirannya. Dari
sana juga, Irzal menemukan kebahagiaan hidup yang sejati.
Menurut Irzal, kehidupan
yang bahagia adalah kehidupan yang dapat dilalui bersama dengan teman-teman,
keluarga dan warga masyarakat. Semakin kuat hubungan pribadi yang kita miliki
serta kerap berinteraksi bersama teman, keluarga dan warga masyarakat, dia
meyakini dirinya semakin bahagia. Sebab itu, dalam kondisi sesibuk apapun, dia
tidak pernah lupa senantiasa menjalin tali silaturahmi dengan teman, keluarga
dan warga masyarakat sekitar.
Satu hal yang juga
dikedepankan sosok yang bekerja sebagai Chief Engineer pada MV AN HUI tahun
1995-1996 ini setelah kembali ke kampung adalah menjaga pikiran positif.
Baginya, salah satu kerugian manusia lantaran selalu membiarkan dirinya
didominasi oleh hal-hal negatif dan tidak menyisakan waktu untuk merefleksikan
hal-hal yang berhasil mereka raih secara positif. Kendati, tentu saja,
merupakan hal yang alami bagi seseorang untuk mengoreksi keadaan yang tidak
sesuai dengan keinginan mereka dan memfokuskan diri pada hal tersebut, namun
harus terdapat keseimbangan dalam menempatkan diri Anda.
Menurut pemegang Certificado Transitorio De Compencia
dari Republica De Panama tahun 1987 ini, selain demikian penting untuk
merefleksikan hal-hal baik yang kita peroleh, kita pun mesti mengoreksi hal-hal
yang buruk agar tidak terulang kembali. Dalam kaitan dengan hal ini, sangat
rasional sekali bila mengingat secara terus-menerus terhadap kesuksesan pribadi
yang kita raih, sehingga akan memiliki dampak positif yang sangat berarti dalam
kebahagiaan emosional kita.
B.
Menjadi
Orang Nomor Dua Kota Solok
Berkat keaktifannya pada
aksi-aksi bernuansa sosial dan religius, sosok Irzal Ilyas semakin dikenal oleh
warga Kota Solok. Ya, Kota Solok yang terdiri dari dua kecamatan (Kecamatan
Lubuk Sikarah dan Kecamatan Tanjung Harapan) dengan jumlah penduduk sekitar 63
ribu jiwa di tahun 2013.
Dia tidak menyangka bila
keaktifannya di berbagai kegiatan sosial-masyarakat mengantarkan dirinya
dikenal semakin banyak orang di Kota Solok. Sampai kemudian, warga masyarakat
Kota Solok mendukung dirinya buat mencalonkan diri dalam pemilihan kepala
daerah (pilkada) secara langsung di tahun 2005. “Saya melihat warga masyarakat
Kota Solok tulus dalam memberikan dukungannya kepada saya,” kenang sosok yang
tidak pernah bercita-cita menjadi orang nomor dua di Kota Solok ini.
Tawaran publik tersebut
membuat Irzal Ilyas yang belum sekalipun masuk ke dunia politik praktis
berpikir secara serius dan intens. Dia berkonsultasi dengan orang-orang
terdekat dan juga berbagai kalangan guna mendapatkan masukan dan pendapat dari
mereka ihwal pencalonan dirinya.
Sekadar pengetahuan, sejalan
dengan tuntutan perkembangan era reformasi, UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dipandang perlu mendapat perubahan dan penyempurnaan.
Setelah melalui pembahasan dan persetujuan DPR, Pemerintah menerbitkan UU Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. UU ini pun merangkum aspirasi rakyat
yang menginginkan kepala daerah dipilih secara langsung. Dan, UU tersebut
mengamanatkan bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu
paket melalui pemilihan secara langsung.
Ya, pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah harus dalam satu paket. Sebenarnya tidak
terpikir oleh Irzal apakah dirinya hendak menjadi orang nomor satu atau nomor
dua di dalam pemerintahan Kota Solok. Yang jelas, dia ingin mengapresiasi
aspirasi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Kota Solok waktu itu.
Waktu itu sudah ada
beberapa tokoh masyarakat Kota Solok yang mencalonkan diri untuk bertarung
dalam pemilihan kepala daerah yang berlangsung pada pertengahan 2005. Salah
satunya adalah Syamsu Rahim --sosok yang dikenal luas karena daerah tugas dan
pengalaman kerjanya. Dia mengawali karir sebagai dosen di APDN Bukittinggi.
Kemudia dia memasuki karir sebagai birokrat di Kota Sawahlunto. Beberapa jabatan
eselon III dan II pernah didudukinya. Sukses sebagai pejabat karir, SR –sapaan
akrabnya-- lalu bergabung ke Partai Golkar di Kota Sawahlunto.
Sukses memimpin Partai
Golkar mengantarkannya sebagai anggota DPRD Kota Sawahlunto. Di DPRD Kota
Sawahlunto, SR sempat dipercaya sebagai Ketua DPRD selama dua periode,
1999-2004 dan 2004-2009. Ketika masih berada di kursi Ketua DPRD Kota
Sawahlunto itulah, Syamsu Rahim terpanggil untuk mengikuti pertarungan
perebutan kursi eksekutif Wali Kota Solok tahun 2005. Dia pun melirik beberapa
calon yang sekiranya layak mendampinginya sebagai calon wakil wali kota. Dan,
pilihan jatuh ke sosok Irzal Ilyas.
Gayung bersambut. Irzal
menerima pinangan Syamsu Rahim. Mengapa Syamsu Rahim menarik hatinya? Kata
Irzal, “Saya tidak mau maju bersama orang yang cacat, saya hanya ingin
berpasangan dengan orang yang mempunyai kualitas, integritas dan komitmen yang
tinggi.”
“Terus terang, seluruh
kandidat kepala daerah saat itu ingin berpasangan dengan saya, karena dianggap sebagai
putera daerah yang berhasil dan dinilai pantas, baik dari segi ekonomi maupun
kehidupan keluarga. Padahal, saya tidak punya pengalaman di pemerintahan,” kata
suami dari Darlinda Wati ini.
Irwali –demikian Irzal
Ilyas akrab disapa— lantas melihat rekam jejak Syamsu Rahim yang baik. Dia juga
merasakan adanya kapasitas, kualitas, figur dan kesamaan visi, misi serta
pandangan dalam membangun Kota Solok. Di akhir tahun 2004, tim sukses Syamsu
Rahim secara resmi menyambanginya. Mereka pun bersepakat berpasangan sebagai
calon wali kota dan calon wakil wali kota pada perhelatan demokrasi pilkada
Kota Solok pertengahan 2005.
Pada bulan Januari 2005,
bersama Syamsu Rahim, akhirnya Irzal Ilyas mendeklarasikan diri untuk maju sebagai
Calon Wali Kota dan Calon Wakil Kota di daerah kelahirannya. Meski saat itu
mereka belum memiliki kendaraan politik yang jelas, dengan segenap kekuatan,
keduanya mulai mencari dukungan dari partai politik dan memperoleh dukungan
dari Partai Golkar dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Kerjasama politik
berbasis demokrasi yang mereka usung adalah menginginkan perubahan terstruktur
lantaran calon yang lain merupakan “orang lama” di blantika politik Kota Solok.
Semangat itulah yang
mampu menyedot perhatian dan hati warga masyarakat tertarik pada pasangan
Syamsu Rahim – Irzal Ilyas. Waktu itu, pasangan ini harus bertarung dalam
pilkada langsung dengan tiga pasangan kandidat yang lain. Dalam pilkada yang
berlangsung cukup satu putaran saja, pasangan Syamsu Rahim – Irzal Ilyas yang tidak
memiliki banyak dana mampu meraup suara terbanyak. “Inilah bukti bahwa rakyat
memberi dukungan tulus dan ikhlas kepada kami berdua saat itu,” tutur Irzal
Ilyas.
“Memang saya sudah
dididik untuk hidup mandiri, bekerja keras. Ketika saya turun dari kapal, tidak
ada ketakutan. Masalah masa depan itu urusan Allah. Pokoknya kita berusaha
sebatas kemampuan kita. Dengan pola hidup sederhana, jujur dan bekerja keras,
saya jalani hidup ini. Walau pendidikan saya tidak sesuai dengan keilmuan
birokrasi pemerintahan, saya tetap mampu melaksanakan tugas dan kewajiban saya.
Kombinasi saya sebagai entrepreneur dan Pak Syamsu sebagai birokrat menjadi
modal kami untuk mengemban amanah ini,” tutur sosok yang menghabiskan masa
sekolah dari SD sampai STM di Kota Solok ini.
Kendati memperoleh banyak
dukungan dari rakyat Kota Solok, namun perjalanan pasangan ini menuju
kemenangan dapat dikatakan penuh kerikil-kerikil tajam. Di masa kampanye
pilkada Kota Solok pada awal Juni 2005, sempat terjadi penyegelan dan pendudukan
kantor KPU Kota Solok yang dilakukan oleh pendukung pasangan bakal calon wali kota
Sabri Yusni dan bakal calon wakil wali kota Zul Elfian yang diusung oleh Partai
Amanat Nasional (PAN). Kasus ini sempat masuk di PTUN Padang. PTUN Padang
memutuskan KPU Kota Solok harus mencabut surat keputusan yang menggagalkan
pasangan Sabri Yusni-Zul Elfian, serta menerbitkan keputusan baru yang
mengesahkan keduanya maju sebagai calon wali kota dan wakil wali kota.
Hari pertama kampanye
pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung di Kota Solok, Sumatra Barat,
Jumat (10/6/2005), diwarnai unjuk rasa. Bahkan, ratusan pengunjuk rasa dan aparat
kepolisian setempat sempat bentrok. Kontak fisik terjadi gara-gara massa yang
hendak masuk ke Gedung DPRD Kota Solok dihalangi polisi.
Semula demonstrasi
berlangsung damai. Pengunjuk rasa berorasi meminta DPRD Kota Solok memasukkan
kembali pasangan Sabri Yusni dan Zul Efian dalam bursa calon wali kota Solok.
Belakangan, demonstran ingin menyampaikan secara langsung aspirasi mereka
kepada anggota Dewan.
Bentrokan pecah setelah
polisi melarang mereka untuk menemui anggota Dewan karena sedang mengikuti
penyampaian visi dan misi calon wali kota Solok. Alasan itu tak bisa diterima
pengunjuk rasa. Mereka tetap merangsek sehingga bentrokan terjadi. Kendati
begitu, tak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Gagal menembus barikade
polisi, massa akhirnya membubarkan diri.
Agenda pilkada Kota Solok
terus berjalan sesuai dengan rencana. Singkat cerita, pada akhir Juni 2005,
rakyat Kota Solok memberikan suara mereka di TPS yang telah disediakan oleh
Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Solok. Setelah rekapitulasi usai, KPUD Kota
Solok memutuskan pasangan Syamsu Rahim – Irzal Ilyas sebagai pemenang dan
segera dilantik menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solok periode 2005-2010.
Dan pada Agustus 2005
pasangan ini dilantik oleh Gubernur Sumatera Barat atas nama Menteri Dalam
Negeri sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah pilihan rakyat Kota Solok.
Dengan mengusung visi menjalankan pemerintahan yang baik, fokus membangun
bidang kesehatan dan pendidikan, pasangan Syamsu Rahim – Irzal Ilyas
betul-betul membuktikan janji-janjinya selama masa kampanye.
Selama kepemimpinan
keduanya, rakyat Kota Solok pun bisa merasakan pelayanan masyarakat yang
semakin baik dan mudah. Lalu, warga masyarakat usia sekolah dapat menikmati
pendidikan gratis. Dan, warga yang sakit bisa berobat ke Puskesmas dengan
pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau.
C.
Maju
Menjadi Orang Nomor Satu
Di ujung perjalanan (tahun
2010) bersama Wali Kota Syamsu Rahim, Irzal Ilyas merasa ada celah buat
mencalonkan diri menjadi orang nomor satu di Kota Solok. Saat itu Syamsu Rahim
tidak ingin mencalonkan lagi pada pilkada Kota Solok 2010. Dia merasa
tertantang untuk berkompetisi di pilkada Kabupaten Solok untuk memperebutkan
posisi Bupati Solok periode 2010-2015. “Kalau ada celah, saya jalan. Bilamana
tidak ada celah, saya berhenti,” tutur Irzal suatu waktu.
Pencalonan Irzal kali ini
tidak menemui hambatan yang berarti, termasuk soal tunggangan partai politik.
Ketika masih menjabat Wakil Wali Kota Solok (2005-2010), dia menerima amanah
sebagai Ketua DPC Partai Demokrat periode 2007-2011. Pada musyawarah cabang
pertama tahun 2007 silam, mantan pelaut ini dipercaya menakhodai Partai
Demokrat secara aklamasi.
Dan saat maju ke kancah
kompetisi pilkada Kota Solok 2010, Irzal pun cukup mengendarai Partai Demokrat
–partai berlambang bintang mercy yang kini diketuai oleh mantan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Tanpa kesulitan pula, Irzal menggandeng Zul Elfian yang pada
tahun 2005 gagal maju ke Pilkada Kota Solok lewat Partai Amanat Nasional (PAN).
Pilkada Kota Solok yang
berlangsung akhir Juni 2010 diikuti oleh tujuh pasang calon wali kota dan calon
wakil wali kota, masing-masing: nomor urut 1 pasangan Irzal Ilyas – Zul Elfian;
nomor urut 2 pasangan Ori Affilo - Yanuardi; nomor urut 3 pasangan Yumler Lahar
- Monsuhendra; nomor urut 4 pasangan Hendri Dunand - Ilzam Sumartha; nomor urut
5 pasangan Risman Siranggi - Sukardi; nomor urut 6 pasangan Rainir - Sabri
Yusni; dan nomor urut 7 pasangan Zulkhairi - Amrinofias.
Setelah melalui
penghitungan suara dan rapat pleno pada tanggal 5 Juli 2010 di Gedung Kubung
Tigo Baleh, KPUD Kota Solok menetapkan pasangan calon wali kota dan calon wakil
wali kota Solok bernomor urut 1, Irzal Ilyas - Zul Elfian, sebagai calon wali kota
dan calon wakil wali kota terpilih pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada)
2010 untuk masa bakti 2010-2015.
Setelah direkap dari
perolehan suara di dua kecamatan di Kota Solok, pasangan yang diusung oleh
Partai Demokrat ini memperoleh 39 persen dari suara sah atau 10.736 suara.
Pasangan calon yang
memperoleh suara terbanyak kedua adalah pasangan bernomor urut 3, Yumler Lahar -
Monsuhendra, dengan perolehan suara 4.420. Lalu pasangan calon bernomor urut 7,
Zulkhairi - Amrinofias, dengan perolehan suara 2.937 berada di urutan ketiga.
Berikutnya urutan keempat
adalah pasangan calon bernomor urut 2, Ori Affilo - Yanuardi, dengan perolehan
suara 2.842. Selanjutnya peringkat lima adalah pasangan calon nomor urut 5,
Risman Siranggi – Sukardi, yang meraup suara 2.610. Berada di peringkat enam adalah
pasangan calon bernomor urut 4, Hendri Dunand - Ilzam Sumartha, dengan
perolehan suara 2.183. Dan terakhir, pasangan calon yang memperoleh suara paling
sedkit, yakni pasangan calon bernomor urut 6, Rainir - Sabri Yusni, dengan raihan
suara 2.072.
Dengan demikian Pilkada
Kota Solok 2010 yang menelan biaya sekitar Rp6,42 miliar tersebut cukup
dilangsungkan satu putaran saja. Kemudian, pada bulan Agustus 2010, H. Irzal
Ilyas Dt. Lawik Basa, MM dan H. Zul
Elfian, SH, M.Si dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solok periode
2010-2015 pilihan rakyat. Keduanya pun langsung menyingsingkan lengan baju
memimpin segenap aparatur Pemerintah Kota Solok melayani rakyat-masyarakat yang
telah memberinya amanah. Menjawab janji-janji selama masa kampanye dengan
program-program pembangunan yang langsung menyentuh aspirasi dan kebutuhan
rakyat-masyarakat Kota Solok agar tidak tertinggal dibandingkan kota-kota lain
di Provinsi Sumatera Barat.
D.
Mengusung
Visi Kepeloporan dan Perubahan
Dalam memimpin dan
membangun Kota Solok, sebagaimana telah dia tegas pada berbagai kesempatan dan
kampanye, Irzal Ilyas mengusung visi “Terwujudnya masyarakat beriman, bertaqwa,
sehat, edukatif dan sejahtera dengan pemerintahan yang baik dan bersih menuju
kota perdagangan dan jasa yang maju dan modern”.
Melalui visi itu, Irzal
memfokuskan pembangunan pada perbaikan kualitas kesejahteraan rakyat melalui
pendidikan, kesehatan dan membangun infrastruktur. Artinya, dia berusaha
memelopori rakyatnya untuk bangkit membangun dan mengubah nasib dirinya menjadi
lebih baik. Tidak ada yang menyangka, hanya waktu sekitar satu tahun
kepemimpinannya, Kota Solok terasa semakin maju dan sejahtera. Bahkan, dari
segi kebersihan, kota ini berhasil meraih Piala Adipura sebagai kota terbersih
dari pemerintah pusat.
Menurut sejumlah tokoh
masyarakat Kota Solok, Irzal telah mampu memposisikan dirinya sebagai agen
perubahan dari kultur negatif ke arah kultur positif yang dibutuhkan dalam
proses dan aktivitas pembangunan. Dia berusaha selalu memotivasi rakyatnya
untuk bangkit dari keterpurukan, kemalasan dan kebodohan. Sampai kemudian
rakyat Kota Solok secara perlahan bangkit menatap masa depan yang lebih cerah,
menjadikan daerahnya sebagai kota perdagangan dan jasa yang maju dan modern.
Saat itu kita memang
membutuhkan jiwa-jiwa kepeloporan dalam kebaikan dan kemajuan. Sebab itu, jiwa
kepeloporan itu harus dimiliki oleh semua orang. Setiap individu harus bisa
menjadi pelopor di lingkungannya –baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Kepeloporan itu dapat berupa hal-hal sederhana yang mengarah kebaikan dirinya,
keluarganya ataupun lingkungannya. Kepeloporan untuk hal-baik baik tersebut
bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja dan dapat diterapkan pada skala yang
lebih luas, seperti dalam suatu daerah atau negara.
Kepeloporan tidak perlu
menunggu kita menjadi orang tertinggi di dalam jabatan tertentu dulu.
Mengingat, banyak cara untuk menjadi pelopor, meskipun hal sederhana, misalkan
saja ketika di lingkungan kita tidak ada kepedulian terhadap pemakaian energi
secara boros, maka kita bisa menjadi pelopor gerakan hemat energi dengan cara
mematikan lampu ketika tidak digunakan. Kita tidak perlu berpikir itu hanya
tindakan kecil, karena bila sudah dilakukan oleh banyak orang maka tindakan
yang kita pelopori itu akan menjadi sebuah gerakan yang sangat berarti bagi kebaikan
dan kemajuan masyarakat.
Banyak kepeloporan
semenjak Irzal Ilyas memimpin Kota Solok mulai Agustus 2010. Pada masa
kepemimpinannya, warga Kota Solok menikmati pendidikan murah dan terjangkau pada
berbagai level, kesejahteraan rakyat berangsur meningkat, dan bangunan
infrastruktur kota semakin kuat.
Irzal Ilyas tampil
sebagai sosok pemimpin yang gigih dan berani. Dia tidak peduli siapa di balik
orang-orang yang hendak merusak tatanan perkotaan di Kota Solok. Sepanjang
tindakan orang-orang tersebut dinilai bakal merusak tatanan perkotaan, maka dia
langsung tampil menegakkan aturan tanpa pandang bulu. “Biar pun seseorang itu
pernah menjadi atasan saya, kalau memang ada indikasi menyimpang, maka saya
akan hadapi sampai aturan itu benar-benar tegak. Saya tidak peduli siapa yang
berada di belakang orang yang seenaknya sendiri merusak tatanan kota,” tutur
ayah dari lima orang anak ini.
Irzal Ilyas telah
berusaha memberikan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki. Dia telah
memberikan tangan, pikiran dan hatinya buat kemajuan dan kesejahteraan rakyat
Kota Solok. (*)
No comments:
Post a Comment