Pada tahun 2014, semua keluarga miskin di Sulawesi Utara (Sulut)
diupayakan telah memiliki jaminan kesehatan. Pada tahun itu pula semua warga masyarakat
miskin akan dilindungi oleh jaminan kesehatan dari pemerintah.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulut, dr. Maxi Rondonuwu, menjelaskan, jaminan kesehatan
untuk masyarakat miskin ini akan diberikan dalam bentuk jaminan kesehatan
masyarakat (Jamkesmas) dan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda). Khusus untuk
program Jamkesda, Rondonuwu mengatakan, saat ini ada sekitar 192.000 sasaran
Jamkesda. Jumlah ini sudah termasuk peserta di semua kabupaten/kota dalam
wilayah Provinsi Sulut.
“Setiap tahun kami selalu berusaha meningkatkan sasaran Jamkesda
dan Jamkesmas. Target kami 2014 nanti semua keluarga miskin di semua kabupaten
kota bisa dilindungi oleh program Jamkesda,” ujar Rondonuwu sebagaimana dikutip
oleh Tribun Manado belum lama ini.
Kepala Dinkes Minahasa, dr Tineke Sumual, menambahkan, pihaknya
pasti bisa menjangkau semua keluarga miskin di Minahasa dengan program
Jamkesmas dan Jamkesda pada 2014. Tineke menjelaskan, total warga miskin yang
telah masuk dalam program Jamkesmas mencapai sekitar 59.000 orang dan program
Jamkesda menjangkau sekitar 4.000 warga miskin.
“Berdasarkan data statistik, masih ada sekitar 20.000 keluarga
miskin di Minahasa yang masih harus dijangkau oleh program Jamkesmas dan
Jamkesda. Kami optimis tahun 2014 nanti semua warga miskin di Minahasa bisa
mendapat pelayanan kesehatan gratis,” tuturnya.
Terkait program Jamkesda, Tineke mengatakan, jumlah warga yang
dilindungi oleh Jamkesda belum mengalami penambahan dibanding tahun sebelumnya.
Menurutnya, anggaran di Pemkab Minahasa masih terbatas karena sebagian besar
digunakan untuk membayar gaji pegawai. “Kami akan kembali mengusulkan
penambahan kuota peserta Jamkesda. Namun penambahan ini akan disesuaikan dengan
keuangan daerah,” ujarnya.
Di tengah gencarnya pencapaian target jangkauan Jamkesmas dan
Jamkesda di Sulawesi Utara, sejumlah pasien miskin yang menggunakan program
Jamkesmas dan Jamkesda kurang diakomodir pihak rumah sakit dengan alasan tidak
jelas. "Banyak aspirasi masuk pada saya, bahwa memanfaatkan
Jamkesmas-Jamkesda tidak ada gunanya, karena pihak rumah sakit sering abai atau
membuat pelayanan yang rumit," ungkap anggota DPRD Sulut Felly Runtuwene.
Aspirasi yang diterima wakil rakyat asal daerah pemilihan
Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara itu kebanyakan berasal dari warga miskin
di kecamatan Tumpaan, Tatapaan dan Tareran.
Pihak pemerintah daerah dan rumah sakit harus memperhatikan
keluhan masyarakat miskin itu, karena menyangkut pelayanan kesehatan memiliki
risiko yang sangat besar. "Kalau Jamkesda sudah dianggarkan di APBD dan
Jamkesmas di APBN, kenapa pihak rumah sakit selalu membuat rumit masyarakat
miskin," ujar Felly bertanya-tanya.
Sejumlah rumah sakit yang sering mengabaikan program santunan
sosial bidang kesehatan itu, merupakan rumah sakit besar dan dikenal luas oleh
masyarakat serta berada di Kota Manado. "Bayangkan saja ada pasien miskin
dari Minahasa Selatan sudah lama datang ke rumah sakit, belum mendapatkan
pelayanan kesehatan karena hanya membawa rekomendasi Jamkesda, kemudian ketika
dirawat ada tebusan obat mahal yang tidak bisa gunakan program sosial
itu," jelas Felly kepada Kantor Berita Antara.
Sebelumnya, Gubernur Sulut SH Sarundajang telah mengingatkan
kepada rumah sakit yang ada, untuk mengakomodasi warga miskin yang membutuhkan
pelayanan kesehatan, karena sudah ada program sosial seperti Jamkesmas dan
Jamkesda.
Jadi, di tengah gencarnya menggapai target jangkauan peserta
Jamkesmas dan Jamkesda, Pemerintah Provinsi Sulut harus memonitor dan mengevaluasi
kinerja rumah sakit yang telah menjalin perjanjian kerja sama pelayanan
pasien-pasien peserta kedua program jaminan kesehatan tersebut.
======================
Jaminan
Kesehatan Gratis Buat Nelayan
Mulai tahun 2012 ini, ribuan nelayan di Sulawesi Utara
memperoleh jaminan kesehatan, berupa pemeriksaan kesehatan gratis di Puskesmas,
rumah sakit swasta dan rumah sakit pemerintah. Jaminan kesehatan kepada nelayan
itu juga berupa obat dan perawatan rujukan rumah sakit luar daerah.
Program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) Sulawesi Utara untuk
kalangan nelayan dicanangkan secara simbolik di Kabupaten Minahasa Utara yang ditandai
pemberian sejumlah kartu Jamkesda kepada para nelayan pada pertengahan Maret 2012
lalu.
Kepala Dinas Kesehatan Sulut, Maxi Rondonuwu, menjelaskan target
Jamkesda nelayan sebanyak 20.000 orang ditopang dana APBD Sulut senilai Rp8,5
miliar per tahun, serta APBD kabupaten dan kota senilai Rp7 miliar. Pemprov
Sulut mempelopori program Jamkesda untuk nelayan itu mengingat kehidupan
nelayan berisiko gangguan kesehatan. Jumlah nelayan yang telah memperoleh kartu
Jamkesda hingga pertengahan Maret 2012 sebanyak 2.000 orang. Mereka bermukim di
Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, dan Kabupaten Minahasa
Utara."Tidak ada batas umur, semua nelayan di Sulut harus masuk dan
didaftar ke Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi," kata Maxi Rondonuwu.
Balai kesehatan nelayan di kabupaten-kabupaten wilayah
perbatasan seperti Sangihe, Sitaro, dan Talaud, berada di tempat pelelangan
atau pelabuhan perikanan.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sulut, Happy Joy Korah,
menambahkan, jumlah nelayan miskin di Sulawesi Utara hanya sekitar 12.000
orang, sebagian terdapat di Sangihe dan Talaud. Menurut dia, kehidupan nelayan
kota termarjirnalkan oleh kegiatan pembangunan jalan pantai, sehingga mereka
perlu memperoleh prioritas.
Korah menyebutkan, jumlah nelayan Kota Manado sekitar 1.000
orang, tetapi yang terdaftar mendapat Jamkesda baru 200 orang.
Vecky Caroles, dari Asosiasi Nelayan Tradisional Kota Manado,
mengungkapkan, banyak nelayan tidak tahu program Jamkesda yang digulirkan oleh pemerintah
provinsi. "Kami sendiri, pengurus asosiasi nelayan tradisional, baru tahu
ada program Jamkesda," tandasnya.
Menurut Caroles, selama ini perhatian pemerintah terhadap kehidupan nelayan sangat minim. Banyak nelayan Kota Manado menganggur, karena tergusur pembangunan jalan pantai. Nelayan tidak mendapat jaminan hidup saat tidak melaut karena ombak tinggi. "Kami dengar dari berita televisi, Menko Kesra memerintahkan pemberian beras kepada nelayan yang gagal melaut karena ombak. Tetapi sampai hari ini beras tak pernah kami dapat," katanya.
No comments:
Post a Comment