Sunday, March 3, 2013

Kunjungan Kerja ke Desa-desa



Desa adalah tempat teduh untuk menjernihkan pikiran;
Desa adalah tempat tenang untuk memelihara jiwa.
Jadi jangan jadikan desa seperti kota,
Jangan ubah desa menjadi kota!
(Puisi Ceria, 2009)

Dusun Kampung Jawa Atas Desa Lau Sireme Kecamatan Tigalingga, medio Febuari 2012. Pebukitan disapu rata, lembah tiada rawa. Padang ilalang berganti palawija. Demikianlah panorama alam pertanian sebuah dusun yang berada sekitar 30 kilometer dari pusat ibukota Kabupaten Dairi, Sidikalang. Sebuah desa dengan hamparan agribisnis yang menyejukkan mata siapa saja yang memandang.
Berjalan-jalan ke pedusunan ini, kita serasa berada di tengah hutan wisata. Nyaris tiada kejenuhan. Kepenatan berganti pikiran bugar di mana rute itu dipenuhi hijauan vegetasi. Ragam komoditas tumbuh subur dan tertata secara apik. Hampir tidak terlihat semak belukar di sana. Sepanjang jalan terlihat pohon durian, kakao, kemiri, jagung, pinang, kelapa, cabe, duku, dan padi gogo berbaris silih berganti ditanam. Andai pelantun tembang-tembang melankolis Ebiet G. Ade sempat singgah sejenak di sini, alunan tembang bersahabat dengan alam benar-benar bukan sebatas syair rangkaian kata-kata indah. Hati terasa tenang bagai berada di alam surgawi. Angin segar berhembus sepoi-sepoi basa mengingatkan kita agar senantiasa bersyukur atas anugerah Tuhan Semesta Alam.
Suara bising nyaris tiada terdengar. Kaum adam dan hawa berikut anak-anak berpacu mengisi waktu yang terus berlalu. Bocah-bocah pulang membawa tandanan pisang memakai sorong sembari bersiul-siul menuju rumah masing-masing. Serta ayah dan ibu mereka melangkah menjunjung petikan lain di kepala. Jejeran warung kopi di sepanjang jalan hanya penuh pada waktu-waktu tertentu. Masyarakat seakan telah memiliki jadwal kapan kerja lalu jam berapa melepas dahaga di warung kopi. Seiring itu, wajar saja, wajah selalu ceria lantaran hasil ladang selalu berkesinambungan memberi kelangsungan hidup. Sikap ramah warga pedusunan pun memberi kesan istimewa kala kita bertandang sejenak.
Nyaris tiada hari tanpa panen. Pelataran atau pekarangan rumah warga Dusun Jawa Atas silih berganti dijemuri hasil-hasil pertanian. Hari ini biji jagung ditebar mengharap sinar matahari, besok berganti biji kemiri, lusa biji kakao, pinang, demikian seterusnya. Sepertinya, uang mengalir setiap hari ke saku petani warga dusun yang berada di Desa Sireme Kecamatan Tigalingga ini.
Memang tampak subur makmur bagai syair lagu Koes Plus “tongkat kayu dan batu jadi tanaman”. Namun tak dapat dipungkiri, ketika saya dan Tim “Bekerja untuk Rakyat” Pemerintah Kabupaten Dairi turun kunjungan ke dusun itu, banyak warga merasa bahwa sentuhan pemerintah untuk menyajikan produksi pertanian yang optimal masih relatif minim. Mereka merasa bertarung dengan alam dan pasar sesuai kemampuan diri masing-masing. Alhasil, kalau dihitung dari analisa usaha tani, keuntungan mereka belumlah sepadan dengan modal yang ditanamkan.
Para petani belum menerapkan cara bertani yang tepat guna, misalkan dalam soal penggunaan benih atau bibit berkualitas. Nasib (70) dan Enjur Tarigan, petani kakao di Dusun Kampung Jawa Atas Desa Lau Sireme, menjelaskan bahwa mereka membeli bibit kakao secara sembarang. Ketika datang pedagang menjajakan bibit dengan harga murah, warga langsung membeli saja tanpa tahu apakah bibit tersebut berkualitas atau bersertifikat. Pada umumnya, kalau bibit itu menampakkan daun hijau serta dikemas dalam polibag, para petani gampang percaya bahwa produk bibit itu pasti berkualitas dan telah dipatenkan perusahaan yang memproduksi bibit tersebut.
Petani kurang pula paham ihwal berapa sebenarnya produktivitas ideal komoditi tertentu seperti kakao. Saat ini, dalam benak mereka, memetik 50 kilogram biji kakao per dua pekan pada lahan panen setengah hektar dianggap sudah lumayan. Sebab, setiap periode tersebut petani memastikan diri mengantongi rupiah. Terhadap serangan hama penyakit pun, mereka terpaksa pasrah lantaran mereka tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup. Tak pelak, mereka hanya bisa merasa pusing kepala ketika tanaman kakao diserbu penyakit busuk buah.
Sejak awal dipercaya mengemban amanah sebagai Bupati Dairi pada tahun 2009, saya memahami benar bahwa dusun dan desa merupakan kunci utama masa depan pengembangan Kabupaten Dairi. Sebab itu, saya benar-benar menaruh perhatian dan kepedulian pada pembangunan dan pengembangan masyarakat desa seperti Dusun Jawa Atas tadi. Saya tidak sekadar turun tapi juga berusaha memotivasi warga agar mampu menatap masa depan yang lebih berpengharapan.
Setiap melakukan kunjungan kerja ke desa, bertatap langsung dengan warga masyarakat, saya melihat dinamika membangun yang begitu tinggi. Hasil pembangunan yang dikerjakan secara swadaya misalnya, ternyata tidak cuma harus dilihat fisiknya, namun juga mesti dikaji bagaimana masyarakat menggarap dan menyelesaikan pekerjaan itu.
Orang-orang  dusun dan desa itu sangat membanggakan apa yang mereka kerjakan. Karena itulah, mereka pasti akan menyampaikan hasil swadaya itu kepada saya dengan suka cita, disertai rasa haru, dan sepenuh jiwa.
Saat ini di Kabupaten Dairi terdapat 166 desa yang tercakup ke dalam 15 kecamatan. Tidak semua desa di sini tergolong maju semacam Dusun Jawa Atas Desa Lau Sireme Kecamatan Tigalingga yang dapat dikategorikan sebagai desa swasembada (desa  yang relatif maju dan mandiri). Masih banyak pula desa swadaya, yakni desa yang masih terikat oleh tradisi karena  taraf pendidikan penduduknya relatif rendah, produksi diarahkan untuk kebutuhan primer keluarga, dan komunikasi ke luar sangat terbatas. Juga tak sedikit desa swakarya, desa yang sudah agak  longgar  adat-istiadatnya karena pengaruh luar, sudah mengenal teknologi pertanian, dan taraf pendidikan warganya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan desa swadaya.
Agar saya dan segenap aparatur Pemerintah Kabupaten Dairi mampu melakukan kunjungan kerja sebagai perwujudan dari motto “Bekerja untuk Rakyat” ke 166 desa selama masa pengabdian lima tahun (2009-2014), kami membentuk tim, yakni Tim A yang diketuai Bupati Dairi KRA Johnny Sitohang, Tim B yang dipimpin oleh Wakil Bupati Dairi Irwansyah Pasi, dan Tim C yang diketuai Sekretaris Daerah Pemkab Dairi Arsenius Marbun. Dalam setiap tim dilengkapi unsur Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), kepala dinas, dan kepala bidang beserta sejumlah staf.
Di dalam tim yang turun ke Desa Uruk Belin Kecamatan Silima Punggapungga pada 11 Juni 2011 misalkan, kami menurunkan aparatur dari Dinas Kesehatan, Kantor KB, Dinas Pertanian, Kantor Ketahanan Pangan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Perindagkop, Dinas Pendidikan, Kantor Kepustakaan, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Tenaga Kerja, dan Dishubkominfo. Di sini tim antara lain memberikan pelayanan kesehatan kepada 132 orang, menanam 150 buah pohon trembesi di pelataran gereja, membuatkan kartu kuning pencari kerja buat 22 orang, dan demo pemanfaatan tanaman pekarangan guna mendukung ketahanan pangan.
Pada pelaksanaannya, Tim Kunker “Bekerja untuk Rakyat” memang melibatkan hampir keseluruhan pejabat dan segenap aparatur Pemkab Dairi, termasuk pejabat dari kecamatan dan desa yang dikunjungi. Selama berada di desa, Tim Kunker “Bekerja untuk Rakyat” ini melakukan sejumlah kegiatan bersama warga masyarakat desa antara lain memberikan pengobatan gratis, pembuatan KTP dan Kartu Keluarga (KK) gratis, memberikan penyuluhan pertanian ataupun peternakan, melakukan panen tanaman warga masyarakat, pengecatan rumah–rumah ibadah yang ada di desa, pembukaan jalan ke sentra–sentra pertanian dengan menggunakan alat berat yang sengaja diturunkan, dan sejumlah penyuluhan serta sejumlah kegiatan lain yang dibutuhkan warga masyarakat desa.
Pada malam harinya, setelah satu hari penuh melaksanakan sejumlah kegiatan tadi, sebelum istirahat malam, Tim Kunker melakukan temu ramah dengan warga masyarakat desa, membicarakan atau mendiskusikan hal–hal apa saja yang menjadi kendala membangun desa ataupun keperluan yang dibutuhkan warga masyarakat desa untuk menggapai kesejahteraan dan kemakmuran. Kegiatan biasanya kemudian dirangkai dengan sejumlah acara hiburan.
Adakalanya hanya satu tim yang turun langsung ke desa. Pada kala yang lain kami langsung menurunkan tiga tim untuk kunjungan kerja di satu desa. Tergantung tingkat kemajuan desa dan kebutuhan yang diperlukan warga desa yang bersangkutan. Sekadar contoh ketika kunjungan kerja ke Desa Sinar Pagi Kecamatan Tanah Pinem pada tanggal 4-5 September 2009, kami menurunkan tiga tim sekaligus. Karena, persoalan yang dihadapi oleh warga Desa Sinar Pagi cukup kompleks dan harus segera dituntaskan.
Pada prinsipnya cakupan pelayanan kunjungan kerja Tim “Bekerja untuk Rakyat” ke desa-desa dapat saya paparkan sebagai berikut:
A.   Pendidikan
Pelaksanaan kunjungan kerja di bidang pendidikan berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan berbagai pelayanan. Di antaranya melakukan pembinaan guru-guru; monitoring proses belajar-mengajar dan memotivasi pada siswa-siswi; pembagian buku gratis (1.052 buku); sosialisasi tentang minat dan budaya baca para siswa (3.229 orang); menata perpustakaan sekolah serta memberikan bahan-bahan bacaan seperti majalah dan buku-buku panduan keterampilan; melayani pembaca melalui perpustakaan keliling (untuk 12.227 orang dan 123 kali kunjungan); mengenalkan komputer dan internet kepada para siswa-siswi; sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD); sosialisasi lingkungan hidup yang sehat dan ramah; sosialisasi rambu-rambu lalu-lintas; dan sosialisasi tentang siaga gempa.
B.    Pertanian
Berdasarkan keadaan alam dan topografi wilayah Kabupaten Dairi, sektor pertanian merupakan potensi terbesar untuk mendukung roda-roda perekonomian masyarakat. Namun, kondisi saat ini berbagai potensi yang ada tersebut belum dapat dikelola secara optimal. Arti kata, masih perlu upaya kerja keras Pemerintah Kabupaten Dairi melalui berbagai program atau kegiatan yang lebih terarah dan berkesinambungan sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan dan diberdayakan.
Di sektor pertanian, Tim “Bekerja untuk Rakyat” berusaha memberikan pelayanan yang meliputi penyuluhan pertanian kepada anggota dan kelompok tani; pemberian bibit unggul jagung dan kakao; pelatihan merawat tanaman pisang; pembersihan lahan pertanian; dan pengujian keasaman (pH) tanah.
Kemudian juga memberikan pelatihan mengenai cara meningkatkan kesuburan tanah melalui demo pembuatan pupuk kompos. Pun demo penanaman benih sayur sawi manis, kangkung darat, kacang panjang dan tanaman obat-obatan guna meningkatkan diversifikasi pangan dan gizi. Dan, mensosialisasikan pemanfaatan pekarangan dan pengolahan pangan 3B (Beragam, Bergizi dan Berimbang) serta pengolahan pangan non-beras.
Berikutnya, Tim “Bekerja untuk Rakyat” mensosialisasikan langkah-langkah melestarikan lingkungan hidup dengan menanam pohon-pohon penghijauan.    
C.   Kesehatan
Masyarakat yang sehat merupakan modal utama pembangunan. Untuk itu pembangunan kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Dengan begitu diharapkan akan tercapai derajat kesehatan yang baik dan sumber daya manusia yang produktif.
Kunjungan ke desa-desa di wilayah Kabupaten Dairi selama ini telah memberikan berbagai bentuk pelayanan kesehatan secara gratis kepada 31.379 orang. Pemerintah Kabupaten Dairi memberikan pelayanan kesehatan ke dalam tiga kategori, masing-masing pelayanan promotif, preventif dan kuratif.
Pelayanan promotif merupakan upaya-upaya meningkatkan kesehatan masyarakat melalui perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pelayanan promotif yang diberikan Tim “Bekerja untuk Rakyat” meliputi penyuluhan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan pelatihan dokter kecil sebanyak 14.269 orang. Kemudian pemberian kontak PHBS kepada 21.687 orang. Pelayanan ibu hamil dan ibu menyusui (sebanyak 1.235 orang), penimbangan bayi dan balita (9.909 orang), pemberian garam beryodium (1.906 KK), pelayanan Posyandu (8.909 orang), dan penyuluhan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) di 135 desa.
Pelayanan preventif adalah upaya-upaya pelayanan kesehatan melalui pencegahan agar masyarakat tidak jatuh sakit atau terhindar dari penyakit. Saat kunker ke desa-desa, Tim “Bekerja untuk Rakyat” memberikan pelayanan preventif berupa pemeriksaan katarak, pemberian imunisasi bagi balita (2.402 orang), pelayanan lansia (6.398 orang), pemeriksaan dahak terhadap suspect TB paru-paru (721 orang), dan pemeriksaan makanan dan minuman yang berbentuk kemasan/berbungkus.
Pelayanan kuratif merupakan upaya-upaya pelayanan kesehatan melalui tindakan medis. Untuk kategori pelayanan ini, Tim “Bekerja untuk Rakyat” memberikan layanan meliputi pemasangan implant (1.010 orang), pencabutan implant (1.699 orang), pemasangan IUD (442 orang), pembukaan IUD (23 orang), pembagian kondom (441 orang), pembagian pil KB (479 orang), suntik KB (590 orang), pemberian makanan tambahan (4.529 orang), pemeriksaan TBC positif (131 orang), pelayanan sakit gigi (115 orang), operasi kecil (minor surgery) kepada 47 orang, dan pelayanan penyakit lainnya bagi 395 orang.
Selain memberikan pelayanan kesehatan, Tim “Bekerja untuk Rakyat” juga menemukan sepuluh jenis penyakit yang diderita oleh warga desa-desa yang telah dikunjungi. Kesepuluh penyakit itu meliputi Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) yang menyerang 1.383 orang, penyakit tekanan darah tinggi (1.160 orang), penyakit tekanan darah rendah (323 orang), penyakit kurang darah (183 orang), penyakit maag (1.108 orang), penyakit rematik (987 orang), sakit kepala (chepalgia) sebanyak 600 orang, sakit perut (gastritis) sebanyak 318 orang, penyakit kulit gatal-gatal (scabies) sebanyak 315 orang, dan penyakit nyeri tulang (118 orang).
Dalam upaya perbaikan gizi, Tim “Bekerja untuk Rakyat” memberikan makanan tambahan berupa kacang hijau, susu, gula pasir dan kelapa. Selain itu memberikan makanan kepada balita gizi buruk sebagai stimulan bagi masyarakat agar meningkatkan intensitas kunjungan ke Posyandu. Ihwal keadaan gizi, Tim menemukan gizi baik sebanyak 2.039 orang, gizi lebih sebanyak 70 orang dan gizi kurang/buruk sebanyak 490 orang.
D.   Kependudukan
Sebelum Tim “Bekerja untuk Rakyat” turun ke desa-desa, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Dairi menginventarisasi kepemilikan dokumen kependudukan warga Dairi sebagai berikut:
·         Jumlah penduduk yang wajib KTP sebanyak 181.450 orang, tapi hanya 23.903 orang (13%) yang telah memiliki KTP.
·         Dari total jumlah Rumah Tangga sebanyak 64.852, baru 20.546 Rumah Tangga (31%) yang memiliki Kartu Keluarga dan hanya 1.010 Rumah Tangga (1%) yang memiliki akta perkawinan.
·         Dari total jumlah penduduk 270.053 jiwa, baru 20.642 jiwa yang telah memiliki akta kelahiran.
Melihat data kepemilikan dokumen kependudukan yang relatif minim tersebut, saya tergerak untuk mempercepat penataan dokumen kependudukan warga masyarakat Kabupaten Dairi dengan mengikut-sertakan kegiatan administrasi kependudukan sebagai salah satu agenda yang tidak boleh terlewatkan saat Tim “Bekerja untuk Rakyat” turun ke desa-desa. Dengan secara langsung melakukan pendataan ke desa-desa, saya berharap warga masyarakat semakin menyadari arti penting dokumen kependudukan.
Selama kami melakukan kunjungan ke desa-desa, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil telah menerbitkan KTP sebanyak 36.161 buah, Kartu Keluarga sebanyak 16.315 buah, dan Akta Catatan Sipil sebanyak 2.680 buah.
E.    Gotong Royong
Salah satu agenda kegiatan Tim “Bekerja untuk Rakyat” saat berada di desa-desa yang dikunjungi adalah menumbuh-kembangkan partisipasi aktif warga masyarakat dalam pembangunan melalui aksi kerja bakti atau gotong royong. Gotong royong merupakan satu konsep yang erat bersangkut paut dengan kehidupan rakyat kita sebagai petani dalam masyarakat agraris. Meminjam pendapat antropolog Koentjaraningrat, bahwa gotong royong merupakan sistem pengetahuan tenaga tambahan dari luar kalangan keluarga untuk mengisi kekurangan tenaga dalam masa-masa sibuk dalam lingkaran aktivitas produksi bercocok tanam di sawah. Di sini seorang petani meminta dengan sopan santun yang sudah tetap, beberapa orang lain sedesanya untuk membantu, semisal mempersiapkan lahan sawah untuk masa penanaman yang baru antara lain memperbaiki saluran air dan pematang sawah, mencangkul, membajak dan menggaru.
Pada mulanya istilah gotong royong dalam tradisi masyarakat Batak bukan hanya difokuskan pada pengerjaan sawah atau ladang tetapi juga pada berbagai pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas gotong royong ini dapat berupa: gotong royong dalam pesta pernikahan, gotong royong dalam pembuatan jalan, gotong royong dalam acara duka cita (mangaranggap), dan gotong royong dalam berbagai acara yang lain. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, istilah gotong royong ini cukup difokuskan pada pengerjaan ladang atau sawah.
Saya tidak ingin membatasi gotong royong di masyarakat Dairi hanya pada gotong royong pengerjaan sawah. Saya tetap berupaya melestarikan gotong royong pada pekerjaan-pekerjaan yang selama ini telah berkembang. Sebab itu, ketika kunjungan kerja ke desa-desa di Kabupaten Dairi, saya selalu menekankan pentingnya melestarikan gotong royong dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Melalui gotong royong dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari itu, kami (saya dan Tim Kunker Kabupaten Dairi) telah berhasil melakukan kegiatan-kegiatan:
·         Survai dan pembukaan jalan usaha tani guna membuka dan menghubungkan kantong-kantong produksi pertanian dan daerah terisolir sepanjang 101.760 meter.
·         Pelebaran dan pembersihan jalan desa dan jalan usaha tani sepanjang 97.475 meter.
·         Pembuatan jembatan di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira dan Desa Sinar Pagi Kecamatan Tanah Pinem.
·         Pembuatan gorong-gorong di Desa Bonian Kecamatan Silima Punggapungga.
·         Pembangunan sarana Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) di Desa Lae Haporas sebagai proyek percontohan untuk membudayakan hidup bersih dan sehat serta diharapkan agar warga masyarakat membangun MCK sendiri.
·         Survai dan perbaikan saluran irigasi.
·         Survai sumber air minum dan pengujian kelayakan air minum.
·         Survai daerah-daerah rawan bencana alam dan pembuangan tanah akibat bencana longsor.
·         Pembersihan dan pengecatan rumah-rumah warga binaan, rumah ibadah dan gedung-gedung sekolah.

F.    Pembangunan Lainnya
Melihat berbagai tingkat kemajuan dan persoalan yang dihadapi oleh warga masyarakat desa, Tim “Bekerja untuk Rakyat” Kabupaten Dairi juga berusaha melakukan kegiatan-kegiatan di luar sektor-sektor yang telah saya sebutkan tadi. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, antara lain:
·         Memberikan bekal keterampilan seperti anyam-anyaman bambu, pembuatan berbagai macam keripik (singkong dan kentang), dan pembuatan tahu/tempe.
·         Pemeriksaan makanan dan minuman dalam bentuk kemasan atau berbungkus.
·         Pemeriksaan dan renovasi/tera ulang timbangan yang biasa digunakan untuk berdagang.
·         Sosialisasi dan penyuluhan koperasi kepada kelompok tani dan warga masyarakat non-petani.
·         Melakukan pembinaan Karang Taruna.
·         Pembuatan kartu AK-1 (kartu pencari kerja) bagi pencari kerja sebanyak 507 orang.
·         Pembentukan Kelompok Usaha Bersama (Kube) fakir miskin.
·         Sosialisasi tentang disiplin, etika dan peningkatan kualitas kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagaimana diatur Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010; penerbitan izin belajar; kenaikan pangkat; pengisian papan data yang akurat; dan tertib administrasi kepegawaian.
Dari berbagai aksi kunjungan ke desa-desa yang telah dilaksanakan, kami semakin meyakini bahwa desa merupakan kunci masa depan pembangunan wilayah Kabupaten Dairi. Dari desa pula saya dapat memetik pelajaran betapa adat Dalihan Natolu masih lekat erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Dairi.
Secara filosofis, Dalihan Natolu terdiri dari tiga unsur, yaitu Dongan Tubu, Hulahula, dan Boru. Ketiga unsur inilah yang kemudian menjadi dasar budaya kekeluargaan Suku Batak. Dapat dikatakan apabila adat Dalihan Natolu ini punah, maka punah pula adat dari Suku Batak. Karena dari Dalihan Natolu inilah muncul tutur-tutur kekeluargaan seperti tulang, namboru, semarga, dan pariban.
Adat Dalihan Natolu memiliki peran yang sangat penting baik dalam adat maupun dalam aktivitas sehari-hari. Apabila ada sebuah masalah berat atau tidak dapat diselesaikan oleh sebuah keluarga, maka kaum semarganya lah yang akan turut membantu dengan ikhlas. Dalam praktiknya akan terlihat budaya gotong royong yang kuat di dalam masyarakat Batak. Tidak peduli apakah masalah itu urusan suka maupun duka, kaum semarga akan tetap membantu. Juga tidak memandang status sosial keluarga tersebut, kaya atau miskin, terpandang atau tidak, bukan masalah. Bila pihak keluarga tersebut menyembunyikan masalahnya atau tidak memberitahukan terlebih dulu ke dongan tubu-nya, maka keluarga tersebut dianggap tidak sopan atau tidak menghormati adat. Jadi tidaklah berlebihan kalau ada perumpamaan yang mengatakan “manat mardongan tubu” yang artinya berhati-hatilah menjaga perasaan kaum semargamu. Karena, kalau sampai mereka tidak menerima atau tidak mengakuimu, maka repotlah kau.
Ketiga unsur Dalihan Natolu tersebut diciptakan dengan status sama tinggi, dengan tujuan menciptakan kedamaian dan keteraturan di dalam hidup masyarakat Batak. Dalam artian tidak boleh ada unsur yang merasa lebih penting atau lebih tinggi derajatnya, sebab setiap unsur telah mempunyai tugas dan fungsi masing-masing. Apabila ada masalah apa saja, ada kaum semarga yang pasti akan membantu. Apabila butuh nasehat atau restu, maka datanglah ke Hulahula. Demikian juga terhadap Boru, mereka akan memposisikan diri sebagai pemberi nasehat.
Keselarasan dan kesimbangan dalam kehidupan bermasyarakat, itulah yang dijunjung tinggi dalam adat Dalihan Natolu ini. Dalihan Natolu dan segala aturannya diharapkan mampu menciptakan kedamaian dan kebahagiaan bagi masyarakatnya. Azas kekeluargaan dan tolong-menolong di dalam suka ataupun duka sangat diaplikasikan dalam sistem ini. Sebuah keluarga tidak akan bertindak semena-mena di dalam adat, berkat adanya hubungan timbal-balik yang adil dan saling menghormati, yaitu antara kaum semarga juga antara Boru dan Hula-hula. Hari ini mungkin ia akan dibantu kerabat semarganya, esok tugasnya lah untuk membantu yang lain. Hari ini ia sebagai Boru akan meminta restu kepada Hulahula-nya, mungkin esok gantian dia sebagai Hulahula memberikan restu kepada Boru-nya. Segalanya diatur serba seimbang dan adil.
Dan saya ingin menerapkan serta melestarikan nilai-nilai adat Dalihan Natolu tersebut ke dalam gerakan pembangunan terpadu menuju Dairi yang damai, usaha, makmur dan aman. Cita-cita itu akan relatif mudah digapai bilamana aparatur Pemerintah Kabupaten Dairi menyadari benar peran serta masyarakat desa yang harus diberdayakan. ***

No comments:

Post a Comment