Melihat adalah satu hal. Memandang
adalah hal lain. Memahami apa yang Anda lihat adalah hal ketiga. Belajar dari
apa yang Anda pahami adalah hal lain lagi. Tetapi bertindak atas apa yang Anda
pelajari adalah hal yang benar-benar berarti.
Harry
Lorayne, penulis pada Harvard Business Review
Satu
pelajaran menarik dari kunjungan kerja ke desa-desa dalam rentang waktu tiga
tahun masa pengabdian saya sebagai Bupati Dairi adalah betapa pentingnya aparatur
pemerintah daerah (kabupaten) untuk langsung turun ke tengah-tengah masyarakat.
Turun untuk melihat, memandang, memahami lalu bertindak terhadap berbagai persoalan
yang dihadapi oleh warga masyarakat. Hal ini, salah satu indikatornya,
tercermin pada ungkapan warga masyarakat yang dikunjungi, “Sungguh luar biasa,
bagaikan mimpi, dan baru ini pertama kali ada kegiatan seperti ini dan
merasakan betapa besarnya kasih Pemerintah terhadap kami masyarakat.”
Ungkapan
warga masyarakat ini menggambarkan betapa pentingnya kehadiran pemerintahan
yang menaruh perhatian, terutama di daerah-daerah tertinggal dan terpencil. Bupati
dan Wakil Bupati bersama pimpinan SKPD datang ke desa-desa untuk lebih mendekatkan
diri dengan masyarakat desa, berbaur dan mendengarkan kondisi ataupun
permasalahan yang ada di setiap desa. Serta berusaha menyelesaikan permasalahan
tersebut bersama-sama warga masyarakat desa atau menjadikannya program dan
kegiatan prioritas pada perencanaan pembangunan Kabupaten Dairi.
Masyarakat
harus menjadi titik sentral pembangunan. Karena itu, masyarakat juga harus bisa
menjadi penggerak pembangunan. Namun, untuk membangkitkan semangat membangun,
harus dimulai dari membangun kepercayaan (trust).
Setelah ada kepercayaan dari masyarakat, dapat dikembangkan partisipasi aktif
pada masyarakat. Jika perlu, maka dapat saja dipantik dengan pemberian insentif
atau hadiah kepada warga masyarakat yang bersedia berpartisipasi aktif dan
mampu menjalankan berbagai program pembangunan secara baik dan tertata.
Dengan
kunjungan ke desa-desa kami berusaha memotivasi partisipasi aktif masyarakat
dalam pembangunan. Partisipasi yang memberdayakan masyarakat merupakan sebuah
kegiatan yang dapat melibatkan banyak orang. Memutus mata rantai kemiskinan
bukanlah dengan langkah memberikan bantuan cuma-cuma kepada rakyat. Yang
penting adalah bagaimana upaya pemerintah memberi kemudahan akses masyarakat
kepada pelayanan pendidikan, kesehatan dan pertanian. Partisipasi aktif
masyarakat dapat disertai dengan mengembangkan gerakan penduduk untuk membangun
keluarga yang berorientasi kerja dan menghidupkan kembali lembaga-lembaga yang
pernah ada di desa, seperti Posyandu dan Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga).
Pembangunan
partisipatif merupakan model pembangunan yang memposisikan masyarakat sebagai
subyek atas program-program pembangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan
mereka sendiri, dengan cara melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring sampai evaluasi. Sejalan dengan itu ada beberapa
pendekatan yang telah dikembangkan untuk memposisikan masyarakat yang ada di
pedesaan bukan sebatas sebagai obyek atau penonton tetapi harus secara aktif
ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati
pembangunan. Metode yang dimaksudkan, antara lain: pertama, pendekatan partisipatif dan dialogis yang dilakukan di
antara masyarakat di mana mereka secara bersama-sama menganalisis masalah dalam
rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata, sehingga pengambilan
keputusan dilakukan secara musyawarah dan mufakat sesuai dengan aspirasi dan
kepentingan petani dalam mengatasi permasalahan.
Kedua,
memadukan pendekatan dari bawah dan dari atas (bottom-up and top-down approach). Dalam hal merumuskan suatu
program, pemerintah harus melihat bagaimana respon masyarakat terhadap program
dan kegiatan yang sedang dicanangkan. Pemerintah hanya berperan sebagai
motivator, fasilitator, dan mediator dalam proses perumusan dan pelaksanaan
kegiatan tersebut.
Ketiga,
dalam perencanaan ataupun pelaksanaan suatu program harus mempertimbangkan
kondisi sosio-kultural masyarakat yang ada pada wilayah tersebut dan juga tetap
mempertimbangkan kelembagaan masyarakat desa yang telah ada.
Dan
keempat, menggunakan tenaga
pendamping lapangan yang berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau
Perguruan Tinggi yang bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam
penyusunan dan pelaksanaan suatu program.
Melalui
kunjungan kerja ke desa-desa, kami berusaha memantik partisipasi aktif masyarakat
dalam pembangunan wilayah Kabupaten Dairi. Berkat hubungan yang makin baik dengan
masyarakat, selama turun lapangan ke desa-desa, kami menemukan beberapa
persoalan yang dihadapi oleh warga masyarakat Dairi.
A. Pendidikan
Permasalahan
sektor pendidikan yang sangat mendesak untuk diantisipasi adalah masih
ditemukannya siswa-siswi kelas satu sampai kelas tiga Sekolah Dasar (SD) belum
lancar Membaca, Menulis dan Berhitung (Calistung).
Yang
juga cukup berarti, Tim “Bekerja untuk Rakyat” menemukan fakta sekolah-sekolah
yang masih kekurangan guru. Penyebaran guru masih belum merata sesuai dengan
kebutuhan. Memang, rasio guru terhadap siswa (khususnya siswa SD) relatif
ideal, yakni 1 : 14,86. Rasio ini secara umum cukup ideal mengingat Standar
Nasional Pendidikan mensyaratkan minimal 1:18.
Kemudian,
temuan lain yang tidak kalah berarti, adalah minimnya jumlah sarana Taman
Kanak-kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di mana hanya ada 15 TK
dan 85 PAUD. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk usia TK/PAUD (4-6 tahun)
yang mencapai 20.423 anak, maka jumlah sarana itu relatif tidak memadai. Sarana
sejumlah itu cuma mampu menampung sebanyak 2.969 anak atau sekitar 14,54
persen. Arti kata, sekitar 85,46 persen anak usia TK/PAUD belum merasakan
pendidikan yang sangat penting bagi anak manusia ini.
Selain
itu, selama kunjungan kerja ke desa-desa, Tim “Bekerja untuk Rakyat” menemukan
pula kenyataan minat baca anak-anak usia sekolah yang relatif rendah. Hal ini
tidak terlepas dari minimnya ketersediaan fasilitas buku pelajaran sekolah,
buku-buku panduan keterampilan yang merangsang minat baca, dan keterbatasan
sarana informasi.
Rendahnya
minat baca, lebih jauh minat untuk bersekolah, pun disebabkan kondisi akses
jalan menuju sekolah-sekolah yang sulit dilalui bilamana hujan turun. Sudah
demikian sulit, masih ditambah lagi kondisi permebelan sekolah yang jauh dari
memadai –baik secara kualitas maupun kuantitas.
Masih
berkaitan dengan dunia pendidikan, Tim “Bekerja untuk Rakyat” menjumpai fakta
kompetensi mengajar guru yang belum sesuai harapan, perhatian orang tua siswa
relatif rendah, komunikasi orang tua murid dengan sekolah yang tidak berjalan,
anak-anak dibebani kerja untuk membantu menutupi kebutuhan keluarga, dan asupan
nutrisi anak yang kurang memenuhi kebutuhan kesehatan.
B. Kesehatan
Pembangunan
sektor kesehatan akan terus dilanjutkan, karena sektor ini memegang peran
penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Sebab itu, Pemerintah Kabupaten
Dairi memasukkan sektor ini ke dalam tiga pilar pembangunan yang menjadi agenda
prioritas untuk terus dilaksanakan secara berkelanjutan.
Salah
satu komitmen pemerintah daerah dalam mewujudkan pembangunan sektor ini
diimplementasikan melalui pemberian pelayanan di bidang kesehatan, terutama
dalam setiap pelaksanaan kunjungan kerja ke desa-desa terpencil yang masih
sulit memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah.
Di
sektor kesehatan, Tim “Bekerja untuk Rakyat” menemukan fakta-fakta di lapangan,
antara lain:
·
Daya tahan tubuh sebagian besar warga
masyarakat yang rendah lantaran kondisi sosial ekonomi yang kurang baik.
·
Tenaga dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada belum optimal. Akibatnya, pencegahan dan atau penanganan
dini terhadap penyakit belum dapat dilakukan.
·
Kelembaban udara yang mencapai sekitar
60-80% cukup optimal untuk hidup nyamuk malaria dengan umur yang panjang.
·
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat melalui penciptaan lingkungan hidup yang sehat dan
bersih, misalkan pembersihan saluran air dari kotoran sampai yang dapat menjadi
sarang nyamuk, tersedianya ventilasi rumah yang cukup agar proses sirkulasi
udara dari dan ke ruangan berlangsung lancar, penyediaan makanan dengan
menggunakan bahan yang bermutu dengan kondisi baik dan bersih.
·
Kurangnya kesadaran dan tingkat
pendidikan ibu yang rendah dalam penyediaan gizi yang baik di lingkungan keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita dengan gizi yang kurang akan lebih
mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal.
·
Kurangnya kesadaran ibu-ibu untuk
memberikan imunisasi yang lengkap terhadap bayi/balitanya, terutama DPT dan Campak
yang merupakan imunisasi yang dapat mencegah penularan penyakit ISPA terhadap
anak bayi/balita.
·
Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang gejala-gejala penyakit menular, sehingga penanganan yang dilakukan
sedikit terlambat.
Di
samping fakta-fakta yang lebih menggambarkan tingkat kesadaran masyarakat dalam
menerapkan pola hidup sehat, kami juga menemukan sejumlah penyakit tidak
menular yang diderita oleh kebanyakan warga masyarakat. Penyakit-penyakit
tersebut di antaranya penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit
tekanan darah rendah, maag (gastroenteritis), rematik, sakit kepala (cepalgia), sakit perut (gastritis), penyakit kulit (scabies), penyakit kurang darah
(anemia), nyeri tulang belakang dan sakit gigi.
Munculnya
penyakit tidak menular semacam itu tidak terlepas dari gaya hidup yang kurang
sehat. Secara agak lengkap, penyebab penyakit tersebut adalah:
·
Pola makan yang tidak benar, misalkan
makan yang berlebihan yang menyebabkan obesitas, makan tidak teratur, makan
makanan yang tidak bergizi, mengkonsumsi berlebih makanan yang mengandung
garam, mengkonsumsi kafein dan alkohol berlebihan, makanan tidak bersih dan
jajan secara sembarangan.
·
Pola hidup yang kurang baik, umpama
saja pola tidur yang tidak teratur, gaya hidup yang tidak aktif (malas
berolah-raga), stres, penggunaan obat bebas secara berlebihan, lingkungan hidup
tidak bersih, sering mandi pada malam hari, kurang tidur atau kurang istirahat
(lelah dengan aktivitas berlebihan), dan rongga mulut yang tidak bersih.
·
Penyebab-penyebab lain seperti
pemakaian obat tertentu (pil KB) dan adanya infeksi penyakit tertentu.
Untuk
memperbaiki keadaan atau meningkatkan derajat kesehatan tersebut, saya berharap
adanya peran aktif warga masyarakat. Perilaku masyarakat diharapkan bersifat
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan aktivitas kesehatan masyarakat. Bagi
pemerintah, hal ini menjadi masukan untuk bekerja lebih keras dalam perancangan
program dan kegiatan yang menyentuh permasalahan-permasalahan yang langsung
dihadapi oleh warga masyarakat dan segera mewujudkannya pada masa-masa
berikutnya.
C. Pertanian
Kondisi
agroklimat, kesuburan tanah dan potensi sumber daya manusia di Kabupaten Dairi
sangat mendukung pengembangan sektor pertanian. Pembangunan pertanian telah
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi. Namun, mesti diakui, tingkat pendapatan
warga masyarakat dari usaha tani belum meningkat sebagaimana diharapkan. Juga,
kualitas hasil produksi pertanian masih relatif rendah. Kualitas rendah hasil
produksi disebabkan oleh bibit yang kurang bermutu, perbedaan iklim
antar-wilayah sehingga komoditi harus berbeda, bantuan bibit belum didasarkan
kesesuaian lahan, tata kelola pertanian yang masih tradisional, dan akses
permodalan yang sangat terbatas.
Kami
menemukan banyak tanaman kelapa sawit ditanam di areal yang tidak cocok dari
segi topografi dan tata guna lahan. Wilayah Kabupaten Dairi tidak sesuai untuk
pengembangan perkebunan kelapa sawit. Untuk itu Pemkab Dairi berusaha
memberikan penjelasan kepada warga masyarakat agar dalam masa penanaman
selanjutnya tidak lagi menanam kelapa sawit. Sementara bagi warga baru dalam
tahap perencanaan atau masih relatif kecil pohon sawit, dianjurkan mengganti
tanaman tersebut dengan komoditi kakao, kopi dan karet.
Kami
mesti mengakui bahwa kondisi bidang penyuluhan pertanian belum optimal. Bidang
Penyuluhan pada Dinas Pertanian Kabupaten Dairi terdapat tiga seksi, masing-masing Pengembangan dan
Kelembagaan; Pelayanan dan Informasi; dan Pengembangan Tata Penyuluhan. Ketiga
seksi ini memiliki tugas dan fungsi masing-masing dengan mempedomani Peraturan
Bupati Dairi yang berlaku sehingga dapat mensukseskan Program Pembangunan
Pertanian di Kabupaten Dairi.
Berdasarkan
Data Keadaan November 2010, Bidang Penyuluhan memiliki sembilan orang Pegawai
Struktural, 71 orang Tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) PNS dan 84 Orang
Tenaga Harian Lepas - Tenaga Bantu Penyuluhan Pertanian (THL-TBPP). Jumlah personil
yang tersedia saat ini dirasakan kurang, sehingga masih memerlukan penambahan
jumlah personil dalam pelaksanaan tugas-tugas ataupun kegiatan penyuluhan.
Secara umum Tugas Pokok pada Bidang Penyuluhan antara lain:
*
Menyiapkan kebijakan teknis pengembangan tata penyuluhan, penyusunan metode,
rencana kerja penyuluhan dan pelaporan;
*
Menyiapkan pedoman teknis pengelolaan pelayanan dan informasi penyuluhan;
*
Memfasilitasi pengembangan teknik penyuluhan, mengumpulkan, mengolah dan
menyajikan data hasil penyuluhan dan menyebarkannya melalui media yang tersedia;
*
Menyiapkan bahan tentang teknis pengembangan kelembagaan;
*
Menyiapkan bahan kajian pengembangan penyuluhan dan demonstrasi teknologi
terapan;
*
Memfasilitasi Pembentukan Kelompok Tani, Evaluasi dan kelayakan Kelompok Tani.
Berdasarkan
data pada Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Dairi Tahun 2010 terdapat
74 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang terdiri dari 1.406 Kelompok Tani
dengan rincian 848 Kelompok Tani yang sudah dikukuhkan dan 558 Kelompok Tani belum
dikukuhkan yang tersebar di 15 kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten Dairi.
Kelompok
Tani dan Gapoktan tersebut menjadi salah satu sasaran utama dari kegiatan di
Bidang Penyuluhan. Secara umum kegiatan yang telah dilaksanakan adalah:
*
Melaksanakan penyuluhan dan pembinaan kepada kelompok tani secara rutin;
*
Melaksanakan kegiatan Demonstrasi Area untuk Komoditi Padi dengan perlakuan
Pupuk Organik;
*
Mengikut-sertakan petani dalam pelatihan-pelatihan dan studi banding ke Bogor;
*
Memfasilitasi Kelompok Tani pada Kegiatan Sekolah Lapang - Pertanian Tanaman
Terpadu (SL-PTT) dan Sekolah Lapang Iklim (SLI);
*
Menggerakkan Kelembagaan Kelompok Tani dari segi permodalan melalui fasilitas
Bantuan Langsung Masyarakat - Pengembangan Agribisnis Pedesaan (BLM-PUAP) dan
LM-3 yang bersumber dari Dana Pusat;
*
Melaksanakan Pendampingan Demonstrasi Plot sebanyak 25 Unit: 15 Unit untuk
Komoditi Jagung, 5 Unit Padi Sawah dan 5 Unit Cabe Merah;
*
Melakukan koordinasi dengan kelembagaan di sektor pertanian seperti KTNA, HKTI
dan semua pihak yang berhubungan dengan sektor pertanian serta banyak kegiatan
lainnya menyangkut petani dan kelembagaan.
Hasil
dari kegiatan tersebut adalah terjadinya peningkatan produksi hasil pertanian
petani, tersedianya modal petani dalam usaha tani, kelembagaan kelompok tani
semakin tertata dengan baik dari segi administrasi dan pengelolaan, tumbuhnya
minat petani untuk melakukan kegiatan riset dalam usaha tani, semakin terjalin
hubungan yang baik antara Petani - Petugas Pertanian - Pihak yang terkait
dengan pertanian, tersedianya alsintan (alat produksi pertanian) pada kelompok
tani dan hasil-hasil lainnya.
D. Peternakan
Pemeliharaan
ternak di Kabupaten Dairi belum berkembang sebagaimana harapan, karena warga
masyarakat umumnya masih bergerak di sektor pertanian. Di samping itu,
peternakan masih dikelola secara tradisional dan perorangan.
Sektor
peternakan merupakan salah satu usaha yang mampu menopang perekonomian
masyarakat. Sesuai dengan kondisi pemanfaatan lahan di Kabupaten dairi yang
didominasi pengembangan pertanian, pengembangan peternakan sangat potensial
dilakukan dengan memanfaatkan lahan pekarangan dan lahan-lahan yang belum
dibudidayakan.
Sebagaimana
karakteristik penduduk Kabupaten dairi yang terdiri dari beragam suku dengan
ciri khas budaya masing-masing, tingkat kebutuhan ternak sebagai media dalam
adat-istiadat sangat tinggi. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan pangan hewani
di Kabupaten Dairi, pengembangan peternakan sangat prospektif dilakukan
mengingat kebutuhan konsumsi ternak masih banyak didatangkan dari luar wilayah
Dairi.
Data
yang ada menggambarkan bahwa produksi daging pada tahun 2011 yang berasal dari
sektor peternakan di Kabupaten Dairi hanya sebanyak 1.456,97 ton, mengalami
peningkatan sekitar 0,06% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun apabila ditinjau dari standar kebutuhan
pangan hewani per kapita (150 gr/kapita/hari), maka dengan menggunakan asumsi
pendekatan jumlah penduduk sebanyak 270.053 jiwa, kebutuhan konsumsi pangan
hewani per kapita per tahun sebesar 14.785 ton/tahun. Dari hasil perhitungan
tersebut, untuk memenuhi konsumsi pangan hewani masih harus didatangkan dari
luar Dairi sebanyak 13.328,43 ton/tahun.
E. Perikanan
Usaha
pengembangan perikanan air tawar di Dairi sangat didukung oleh potensi-potensi
alami seperti danau, sungai-sungai dan lahan-lahan menganggur. Dalam
pengembangan perikanan air tawar, potensi yang ada tersebut belum sepenuhnya
terkelola dan belum dapat memberikan hasil yang optimal. Para pembudidaya ikan
dan usaha-usaha pembenihan rakyat (UPR) masih berjalan dengan cara semi-intensif.
Produksi
ikan air tawar tahun 2011 di Kabupaten Dairi mencapai 1.615,2 ton. Bila
ditinjau dari standar kebutuhan konsumsi ikan per kapita (26,5 kg/tahun),
dengan menggunakan asumsi jumlah penduduk 270.053 jiwa, maka dibutuhkan ikan
sebanyak 7.156 ton per tahun.
Dari
perhitungan tersebut, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan secara umum masih
didatangkan dari luar wilayah Dairi sebanyak 5.541,2 ton per tahun. Ini terjadi
karena kekurang-mampuan masyarakat untuk melakukan budidaya ikan. Pada sisi
lain masyarakat tergolong kurang mampu dalam penyediaan sarana dan prasarana
budidaya ikan.
Selain
persoalan-persoalan yang membelit sektor pendidikan, kesehatan, pertanian,
peternakan dan perikanan tadi, saya dan Tim “Bekerja untuk Rakyat” juga
menemukan permasalahan seputar prasarana dan sarana jalan yang mengalami
kerusakan. Misalkan kerusakan badan jalan yang menghubungkan Sidikalang (Kabupaten
Dairi) dengan Aceh Tenggara (Nanggroe Aceh Darussalam) yang menyulitkan
pengendara kendaraan roda dua ataupun kendaraan roda empat. Kerusakan jalan itu
terpantau mencapai sekitar 10 kilometer. Paling parah terdapat di Desa Bakkal
Sipoltong (Kecamatan Siempatnempu Hulu) dan Desa Tigalingga (Kecamatan
Tigalingga). Badan jalan di kawasan tersebut sudah seperti kubangan kerbau,
bahkan di Desa Tigalingga kubangan air bisa sepanjang 10 meter dengan kedalaman
selutut orang dewasa. Terlihat sebagian besar aspal di jalan tersebut sudah terkelupas
sehingga batu dasar (onderlag)
berserakan di tengah jalan.
Ketika
kami berkunjung ke Kecamatan Tigalingga pertengahan Februari 2012, seorang
warga dekat kubangan tersebut, Cipta Sembiring, mengatakan, kerusakan jalan itu
sudah berlangsung sejak dua tahun terakhir. Akibat kerusakan itu tak jarang
rumah kena cipratan lumpur dari kendaraan yang melintas. Jalan ini merupakan
jalan negara yang menghubungkan dua provinsi, yakni Sumut dan Aceh.
Saya
sudah berulangkali melaporkan kepada Dinas PU Provinsi Sumut di Medan. Namun,
sejauh ini belum mendapat tanggapan yang berarti. Informasi terakhir, jalan itu
akan mendapat dana perbaikan tahun anggaran 2012 ini.
Di
samping itu masih ada pula jalan-jalan menuju ke sejumlah kecamatan/desa dan
jalan-jalan yang ada di Sidikalang yang cukup memprihatinkan kondisinya.
Bahkan, ada beberapa daerah potensial pertanian yang belum memiliki jalan usaha
tani sehingga menyulitkan petani untuk memasarkan hasil-hasil pertaniannya.
Selain
kondisi jalan yang rusak, Tim “Bekerja untuk Rakyat” pun menemukan kerusakan beberapa
kawasan hutan dan beberapa alih fungsi lahan milik petani. Kami akan terus
memperjuangkan agar dana reboisasi hutan di wilayah Kabupaten Dairi dapat
ditingkatkan. Dengan begitu, kerusakan hutan dapat diminimalisir.
Sementara
untuk soal alih fungsi lahan, kami sulit
mengerem. Ada berbagai pandangan dan anggapan warga dalam menetapkan pilihan
untuk mengubah fungsi lahan sawah dimaksud yang kecil kemungkinan untuk
diintervensi oleh pemerintah kabupaten. Alih fungsi itu bermula dari
berkurangnya sumber air, terutama sumber air sekitar hutan lindung Lae Pondom yang
menyusut setelah kehadiran PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Renun.
Saya
dan aparatur Pemerintah Kabupaten Dairi harus bekerja keras untuk mencarikan
jalan keluar atau solusi atas berbagai persoalan besar yang dihadapi dan
melilit warga Dairi saat ini. Saya berharap warga Dairi juga ikut aktif untuk
menemukan jalan keluar yang tepat sesuai kondisi masih-masing desa dan wilayah
kecamatan yang ada. ***
No comments:
Post a Comment