Thursday, March 28, 2013

Survai Pesanan



Belakangan ini, di tengah hiruk-pikuk pesta demokrasi Pilkada dan nanti Pemilu 2014, survai elektabilitas tokoh (terutama mereka yang ingin maju atau dimajukan sebagai calon presiden) dan partai politik (parpol) demikian mengharu-biru. Suatu kali seorang tokoh calkada sempat marah-marah pada lembaga survai yang telah dia ‘bayar’ yang selama ini menggambarkan dirinya memiliki elektabilitas relatif tinggi. Namun, saat tiba rakyat memilih, perolehan suara si tokoh ini jeblok dan keok lawan tokoh yang tak diunggulkan.

Mengapa sebuah survai, yang seharusnya, memegang prinsip-prinsip keilmiahan tampak begitu musah dimanipulasi? Benarkah ada survai atau penelitian yang bisa dipesan? Mengapa pula penelitian dapat ‘dipesan’ sesuai aspirasi sponsor?

***

DALAM bukunya yang berjudul Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (1983), Jacob Vredenbergt membagi penelitian ke dalam tiga tipe, masing-masing: penelitian eksploratif (explotarive research), penelitian yang menguji satu atau beberapa hipotesis (testing research), dan penelitian deskriptif (descriptive research). Baik tersirat maupun tersurat, tidak ada tipe penelitian pesanan.

Penelitian eksploratif bersifat terbuka, masih mencari-cari dan belum memiliki hipotesis. Pengetahuan peneliti tentang gejala atau obyek yang hendak diteliti masih sangat sedikit. Dilakukan sebagai langkah pertama untuk penelitian yang lebih mendalam, misalkan penelitian pengujian hipotesis yang berusaha menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Masri Singarimbun, 1982:3).

Sedangkan penelitian deskriptif diupayakan untuk memberi suatu uraian yang deskriptif mengenai suatu kolektivitas dengan syarat bahwa representativitas harus dijamin. Tujuan utamanya untuk melukiskan realitas sosial yang kompleks sedemikian rupa sehingga relevansi sosiologis/antropologis tercapai (J. Vredenbergt, 1983:34).
Bila kita pahami penjelasan ketiga tipe peleitian tersebut, maka seharusnya konteks penelitian atau survai pesanan mencakup ketiga-tiganya, tahap demi tahap. Namun, dalam kenyataan, cenderung pada tipe penelitian eksploratif, kurang atau bahkan tidak diikuti dua tipe lainnya. akibatnya, penelitian kerap mengabaikan representativitas obyek (responden)dan keterandalan (reliabilitas) yang akan sulit dipertanggung-jawabkan.

Jelas akan merugikan kepentingan masyarakat banyak lantaran tidak jarang mengabaikan aspek-aspek sosiologis dan antropologis. Dari kesimpulan yang serba serampangan menghasilkan sebuah program atau kebijakan (sosial) yang tidak mengena pada sasaran utama program yang bersangkutan. Sekadar contoh penelitian eksploratif pembukaan kawasan pemukiman transmigrasi dan survai kebutuhan rumah susun sewa buat warga masyarakat miskin.

Ketidak-mampuan penelitian sponsor memenuhi tiga aspek penelitian disebabkan oleh banyak faktor, antara lain ketergantungan peneliti pada sponsor, kekurangan tenaga peneliti yang profesional-mandiri, dan terlalu dominan disiplin tertentu.

***  

DALAM pelaksanaan penelitian –baik sosial maupun eksakta—hampir pasti membutuhkan tiga unsur pokok, yakni tenaga peneliti, biaya dan waktu. Barangkali hanya unsur waktu yang tersedia melimpah di masyarakat.

Dua unsur yang lain tersedia relatif minim, masih terlampau sedikit warga masyarakat kita yang sudi menerjunkan diri ke dalam kancah penelitian. Keengganan ini terkait erat dengan kondisi alokasi biaya bidang penelitian yang relatif sangat kecil dibandingkan dengan bisang-bidang lainnya. Sehingga, untuk terjun ke dunia penelitian harus punya modal sendiri yang kuat dan idealisme yang tinggi. Kondisi demikian selanjutnya akan mengakibatkan menyempitnya waktu yang tersedia bagi seorang peneliti.

Menyempitnya waktu penelitian yang tersedia lantaran jumlah peneliti yang relatif sedikit dan ketergantungan peneliti pada institusi atau korporasi sponsor. Dengan jumlah peneliti yang minim menjadikan seorang peneliti terlibat dalam beberapa proyek penelitian dalam waktu hampir bersamaan. Akibatnya, kerapkali terjadi penelitian tidak bisa tuntas dan menghasilkan kesimpulan yang kadang serampangan yang dapat membahayakan calon-calon obyek program yang telah diteliti.
Keterlibatan seorang peneliti dalam beberapa proyek penelitian tidak terlepas dari keinginan memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya, proyek penelitian dijadikan ajang bisnis mencari laba. Hal ini tercermin pada jumlah yang relatif besar tenaga-tenaga peneliti lepas yang menganggur. Dengan demikian terjadi ketimpangan dalam dunia penelitian, proyek penelitian dan tenaga penelitinya tergantung penuh pada sponsor.

Sponsor penelitian dapat berupa lembaga pemerintah, perorangan, partai politik dan korporasi swasta. Jumlah lembaga sponsor proyek penelitian yang ada dalam masyarakat kita relatif sedikit. Sedikitnya jumlah sponsor mengakibatkan sedikitnya proyek penelitian yang mampu menopang perkembangan ilmu yang beredar di tengah-tengah masyarakat kita dibandingkan jurnal penelitian di negara-negara maju.
Dan konsekuensi selanjutnya muncul fenomena penelitian dan survai pesanan yang sangat dominan. Dalam penelitian pesanan, permasalahan yang hendak diteliti ditentukan oleh pihak sponsor, bahkan kesimpulan –bila perlu—pun diarahkan sponsor. Timbul pertanyaan, penelitian pesanan sebenarnya untuk apa? Demi kemajuan ilmu pengetahuan ataukah ajang bisnis dan kepentingan politik?

***

AKIBAT ketergantungan pada sponsor yang relatif kuat dan kecenderungan kuat pada salah satu tipe penelitian, dapat ditarik pemahaman adalah sejumlah kelemahan penelitian pesanan. Di antaranya, pertama, permasalahan yang menjadi obyek penelitian acap tidak relevan dengan konteks permasalahan mendasar yang dihadapi suatu masyarakat. Sekadar contoh penelitian masalah-masalah yang dihadapi oleh kaum miskin perkotaan, penelitian yang dilakukan menghasilkan program pembangunan yang kurang bisa dinikmati oleh warga masyarakat miskin yang sesungguhnya menjadi sasaran utama program pembangunan.

Kedua, hilangnya kemandirian dan kebebasan peneliti. Peneliti cenderung mengedepankan apa yang diinginkan oleh sponsor. Sering kepelitian yang seharusnya menghasilkan suatu kesimpulan bahwa suatu lahan tidak layak dihuni oleh kumpulan manusia petani, tapi karena desakan sponsor terpaksa peneliti memberikan kesimpulan yang sebaliknya.

Ketiga, sering mengabaikan keterwakilan, validitas dan keterandalan dalam proses dan hasil penelitian. Misalkan penelitian penjajakan kemungkinan dibukanya suatu jalur penerbangan. Karena kurang sedikit mengabaikan prinsip-prinsip keilmiahan, banyak muncul jalur-jalur penerbangan yang tidak ekonomis.

Dan keempat, sering penelitian yang dilakukan sekadar untuk mengisi kekosongan aktivitas dari divisi penelitian dan pengembangan sebuah lembaga atau departemen.  
Memang tidak selamanya atau tidak semua penelitian pesanan menghasilkan kesimpulan yang tak layak dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Meski sebuah penelitian merupakan pesanan sponsor, banyak pula yang tetap menjaga prinsip-prinsip keilmiahan dan menghasilkan titik pandang dan solusi problematika masyarakat yang mencerdaskan. (BN)

No comments:

Post a Comment