Belakangan ini,
di tengah hiruk-pikuk pesta demokrasi Pilkada dan nanti Pemilu 2014, survai
elektabilitas tokoh (terutama mereka yang ingin maju atau dimajukan sebagai
calon presiden) dan partai politik (parpol) demikian mengharu-biru. Suatu kali
seorang tokoh calkada sempat marah-marah pada lembaga survai yang telah dia
‘bayar’ yang selama ini menggambarkan dirinya memiliki elektabilitas relatif
tinggi. Namun, saat tiba rakyat memilih, perolehan suara si tokoh ini jeblok
dan keok lawan tokoh yang tak diunggulkan.
Mengapa sebuah
survai, yang seharusnya, memegang prinsip-prinsip keilmiahan tampak begitu
musah dimanipulasi? Benarkah ada survai atau penelitian yang bisa dipesan?
Mengapa pula penelitian dapat ‘dipesan’ sesuai aspirasi sponsor?
***
DALAM bukunya yang berjudul Metode
dan Teknik Penelitian Masyarakat (1983), Jacob Vredenbergt membagi
penelitian ke dalam tiga tipe, masing-masing: penelitian eksploratif (explotarive research), penelitian yang
menguji satu atau beberapa hipotesis (testing
research), dan penelitian deskriptif (descriptive
research). Baik tersirat maupun tersurat, tidak ada tipe penelitian
pesanan.
Penelitian
eksploratif bersifat terbuka, masih mencari-cari dan belum memiliki hipotesis.
Pengetahuan peneliti tentang gejala atau obyek yang hendak diteliti masih
sangat sedikit. Dilakukan sebagai langkah pertama untuk penelitian yang lebih
mendalam, misalkan penelitian pengujian hipotesis yang berusaha menyoroti
hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya (Masri Singarimbun, 1982:3).
Sedangkan
penelitian deskriptif diupayakan untuk memberi suatu uraian yang deskriptif
mengenai suatu kolektivitas dengan syarat bahwa representativitas harus
dijamin. Tujuan utamanya untuk melukiskan realitas sosial yang kompleks
sedemikian rupa sehingga relevansi sosiologis/antropologis tercapai (J.
Vredenbergt, 1983:34).
Bila kita pahami
penjelasan ketiga tipe peleitian tersebut, maka seharusnya konteks penelitian
atau survai pesanan mencakup ketiga-tiganya, tahap demi tahap. Namun, dalam
kenyataan, cenderung pada tipe penelitian eksploratif, kurang atau bahkan tidak
diikuti dua tipe lainnya. akibatnya, penelitian kerap mengabaikan
representativitas obyek (responden)dan keterandalan (reliabilitas) yang akan
sulit dipertanggung-jawabkan.
Jelas akan
merugikan kepentingan masyarakat banyak lantaran tidak jarang mengabaikan
aspek-aspek sosiologis dan antropologis. Dari kesimpulan yang serba serampangan
menghasilkan sebuah program atau kebijakan (sosial) yang tidak mengena pada
sasaran utama program yang bersangkutan. Sekadar contoh penelitian eksploratif
pembukaan kawasan pemukiman transmigrasi dan survai kebutuhan rumah susun sewa
buat warga masyarakat miskin.
Ketidak-mampuan
penelitian sponsor memenuhi tiga aspek penelitian disebabkan oleh banyak
faktor, antara lain ketergantungan peneliti pada sponsor, kekurangan tenaga
peneliti yang profesional-mandiri, dan terlalu dominan disiplin tertentu.
***
DALAM pelaksanaan penelitian –baik sosial maupun eksakta—hampir pasti
membutuhkan tiga unsur pokok, yakni tenaga peneliti, biaya dan waktu.
Barangkali hanya unsur waktu yang tersedia melimpah di masyarakat.
Dua unsur yang
lain tersedia relatif minim, masih terlampau sedikit warga masyarakat kita yang
sudi menerjunkan diri ke dalam kancah penelitian. Keengganan ini terkait erat
dengan kondisi alokasi biaya bidang penelitian yang relatif sangat kecil
dibandingkan dengan bisang-bidang lainnya. Sehingga, untuk terjun ke dunia
penelitian harus punya modal sendiri yang kuat dan idealisme yang tinggi.
Kondisi demikian selanjutnya akan mengakibatkan menyempitnya waktu yang
tersedia bagi seorang peneliti.
Menyempitnya
waktu penelitian yang tersedia lantaran jumlah peneliti yang relatif sedikit
dan ketergantungan peneliti pada institusi atau korporasi sponsor. Dengan
jumlah peneliti yang minim menjadikan seorang peneliti terlibat dalam beberapa
proyek penelitian dalam waktu hampir bersamaan. Akibatnya, kerapkali terjadi
penelitian tidak bisa tuntas dan menghasilkan kesimpulan yang kadang
serampangan yang dapat membahayakan calon-calon obyek program yang telah
diteliti.
Keterlibatan
seorang peneliti dalam beberapa proyek penelitian tidak terlepas dari keinginan
memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya, proyek penelitian dijadikan ajang
bisnis mencari laba. Hal ini tercermin pada jumlah yang relatif besar
tenaga-tenaga peneliti lepas yang menganggur. Dengan demikian terjadi
ketimpangan dalam dunia penelitian, proyek penelitian dan tenaga penelitinya
tergantung penuh pada sponsor.
Sponsor
penelitian dapat berupa lembaga pemerintah, perorangan, partai politik dan
korporasi swasta. Jumlah lembaga sponsor proyek penelitian yang ada dalam
masyarakat kita relatif sedikit. Sedikitnya jumlah sponsor mengakibatkan
sedikitnya proyek penelitian yang mampu menopang perkembangan ilmu yang beredar
di tengah-tengah masyarakat kita dibandingkan jurnal penelitian di
negara-negara maju.
Dan konsekuensi
selanjutnya muncul fenomena penelitian dan survai pesanan yang sangat dominan.
Dalam penelitian pesanan, permasalahan yang hendak diteliti ditentukan oleh
pihak sponsor, bahkan kesimpulan –bila perlu—pun diarahkan sponsor. Timbul
pertanyaan, penelitian pesanan sebenarnya untuk apa? Demi kemajuan ilmu
pengetahuan ataukah ajang bisnis dan kepentingan politik?
***
AKIBAT ketergantungan pada sponsor yang relatif kuat dan kecenderungan
kuat pada salah satu tipe penelitian, dapat ditarik pemahaman adalah sejumlah
kelemahan penelitian pesanan. Di antaranya, pertama,
permasalahan yang menjadi obyek penelitian acap tidak relevan dengan konteks
permasalahan mendasar yang dihadapi suatu masyarakat. Sekadar contoh penelitian
masalah-masalah yang dihadapi oleh kaum miskin perkotaan, penelitian yang
dilakukan menghasilkan program pembangunan yang kurang bisa dinikmati oleh warga
masyarakat miskin yang sesungguhnya menjadi sasaran utama program pembangunan.
Kedua, hilangnya kemandirian dan kebebasan peneliti. Peneliti
cenderung mengedepankan apa yang diinginkan oleh sponsor. Sering kepelitian
yang seharusnya menghasilkan suatu kesimpulan bahwa suatu lahan tidak layak
dihuni oleh kumpulan manusia petani, tapi karena desakan sponsor terpaksa
peneliti memberikan kesimpulan yang sebaliknya.
Ketiga, sering mengabaikan keterwakilan, validitas dan keterandalan
dalam proses dan hasil penelitian. Misalkan penelitian penjajakan kemungkinan
dibukanya suatu jalur penerbangan. Karena kurang sedikit mengabaikan
prinsip-prinsip keilmiahan, banyak muncul jalur-jalur penerbangan yang tidak
ekonomis.
Dan keempat, sering penelitian yang
dilakukan sekadar untuk mengisi kekosongan aktivitas dari divisi penelitian dan
pengembangan sebuah lembaga atau departemen.
Memang tidak
selamanya atau tidak semua penelitian pesanan menghasilkan kesimpulan yang tak
layak dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Meski sebuah penelitian merupakan
pesanan sponsor, banyak pula yang tetap menjaga prinsip-prinsip keilmiahan dan
menghasilkan titik pandang dan solusi problematika masyarakat yang
mencerdaskan. (BN)
No comments:
Post a Comment