Sudah lama sebenarnya ingin menulis tentang hal
ini, tapi baru tadi kemauan itu ada setelah kuliah dan bapak dosennya
menyinggung sedikit tentang hal ini.
Sebagaimana kita ketahui bahwa di rumah sakit
maupun di puskesmas ada yang dinamakan JAMKESDA, JAMKESMAS dan ASKES. Tapi
disini saya sedikit membahas tentang JAMKESDA itu sendiri. Setahu saya JAMKESDA
atau jaminan kesehatan daerah merupakan suatu program bagi orang-orang yang
kurang mampu agar tidak pusing lagi apabila ingin berobat tapi tidak punya uang
untuk berobat. Ke PUSKESMAS tinggal bawa KTP saja. Sedangkan kalau ke Rumah
sakit membawa surat rujukan, KTP dan Kartu keluarga.
Banyak juga keluarga yang dibilang mampu masih
menggunakan JAMKESDA untuk berobat dikarena kepengurusannya yang mudah dan
lumayan untuk mengirit pembayaran rumah sakit dan pembelian obat.
Sering saya lihat di televisi-televisi dimana rumah
sakit berdemo karena tidak dibayar oleh pemerintah menyangkut JAMKESDA itu
sendiri. Bahkan dikota saya pun pernah terjadi hal demikian.
Yang membuat saya sedikit miris, mungkin
dikarenakan kelak saya juga akan terjun ke bidang tersebut, yaitu kurangnya
pelayan bagi pasien JAMKESDA. Mengapa pelayan tersebut kurang?
Beberapa pengalaman yang saya lihat sendiri selama
menemani ibunda saya di rumah sakit pada waktu melahirkan adik saya yang
terakhir yaitu:
1. Seorang pasien yang habis operasi cesar,
merupakan pasien JAMKESDA dimana berkasnya tidak lengkap, sehingga pada saat
dilengkapi, muncullah kata-kata dari bidan yang mengurus administrasi “kau
tukar kartu keluarga robek-robek dengan uang jutaan biaya operasimu? Sungguh
miris saya mendengarnya.
2. Ketika seorang pasien JAMKESDA yang masih diruang
pemulihan bersalin, meinta penjaganya untuk memanggil perawat karena pasien
tersebut merasa ada yang sakit di bagian kateternya. perawat jaga berkata,
“tidak apa-apa ji itu, tolong jangan selalu panggil-panggil karena saya sedang
sibuk” jadi untuk apa mereka dirumah sakit kalau tidak untuk mendapatkan
pelayanan agar mereka lebih cepat sehat.
Dan masih banyak lagi cerita-cerita pasien jamkesda
di rumah sakit. Yang sedikit menunjukkan kurangnya pelayan kepada “si miskin”.
Berbagai perlakuan yang tidak menyenangkan yang diterima pasien, namun mereka
juga harus menerima dibandingkan sakit, mending sakit hati. Yaaa.. seperti
sebuah judul buku “orang miskin dilarang sakit”
Jika dibandingkan dengan orang-orang kelas VVIP,
VIP, kelas I. sangat-sangat berbeda. Mengapa hal itu terjadi? Mungkin karena
mereka mebayar lebih untuk mendapat pelayanan lebih juga.
Karena pasien ke rumah sakit untuk sembuh bukan
untuk membawa penyakit baru pulang kerumah mereka.
Setidaknya kita berusaha memberi pelayanan kepada
mereka yang membutuhkan dengan tulus. Tapi saya mengerti, teori itu gampang
tapi pengaplikasiannya yang susah. Sehingga dari mahasiswa, mahasiswa kesehatan
khususnya harus selalu ditekankan tentang pelayanan.
Ika Merdekawati,
http://lifestyle.kompasiana.com
No comments:
Post a Comment