Warna dan Romantika Kehidupan
Tidak ada perhiasan yang lebih baik
untuk seorang anak selain daripada kemuliaan ayahnya. Sedangkan untuk seorang
ayah adalah kelakuan anaknya yang terhormat.
Sophocles,
penulis naskah drama Yunani
Johnny
Sitohang menyadari betul keterbatasannya. Berkat kebesaran Tuhan, dia mampu
melewati suka-duka dan pahit-getir warna kehidupan. Suka-duka yang dia alami
dalam karir ataupun keluarga merupakan anugerah dari kebesaran Tuhan. Tuhan lah
yang membimbing dan membuatnya terus berbuat pada sesama umat manusia. Menerima
hidup apa adanya. Bersyukur dan berterima-kasih atas apa yang menjadi kehendak
Tuhan pada dirinya.
Keyakinan
Johnny Sitohang bahwa apa yang ada pada dirinya dan diperolehnya selama ini merupakan
karunia Tuhan sampai sekarang adalah berkat kebesaran dan petunjuk dari Tuhan.
Setiap orang menabur benih dengan penuh keikhlasan dan berbesar hati serta iman
percaya penuh akan menuai hasil yang penuh berkah. Siapa yang menanam, maka dia
pula yang akan memetik. Johnny Sitohang merasa yakin bila seseorang berbuat
baik, bekerja keras, percaya kepada Tuhan, maka kita akan hidup selamat,
terhindar dari kesengsaraan. Tuhan itu baik, adil, dan tidak melupakan
hamba-Nya yang berbuat baik pada sesamanya.
Kebesaran,
keadilan dan kemurahan Tuhan inilah yang membuat Johnny senantiasa bersyukur
dan menikmati sepanjang umurnya yang bahagia penuh suka cita bersama enam orang
anak-anaknya tercinta dan cucu-cucu terkasih. Kendati secara fisik dia terpisah
dari anak-anak dan cucu-cucunya, namun secara batin dia merasa gembira,
anak-anak dan cucu-cucunya selalu berada di dekatnya, menghibur dan membuatnya
riang gembira.
Keluarga
Johnny Sitohang yang kini diramaikan oleh enam orang anak dan cucu-cucu bermula
dari karunia Tuhan yang mempertemukannya dengan seorang wanita bernama Dumasi
Sianturi yang kemudian dinikahinya pada tahun 1978.
A. Jatuh Hati pada Pandangan Pertama
Tuhan
menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, makhluk yang tidak mungkin hidup
sendirian. Manusia diciptakan untuk saling melengkapi. Buat saling mengisi dan
mengasihi. Saling membangun. Atas dasar itu maka Tuhan menciptakan mereka
serupa dengan rupa dan gambarnya untuk saling mengisi, mengasihi, melengkapi,
dan saling membangun dunia ini. Mereka diciptakan untuk hidup berdampingan,
karena manusia tidak dapat hidup sendirian. Individu yang satu membutuhkan
individu yang lain untuk memenuhi keperluannya.
Pada
tahun 1972 Johnny Sitohang dengan wanita bernama Dumasi Sianturi
dipertemukan-Nya untuk menjadi seorang teman satu sama lainnya. Pertemuan itu
bermula ketika Johnny dibawa teman-teman Dumasi Sianturi bertandang ke rumah
Dumasi yang waktu itu masih duduk di bangku SMP. Itulah awal perkenalan Johnny
dengan Dumasi Sianturi. Setelah perkenalan itu, rupanya bunga-bunga asmara kian
memenuhi relung hati kedua insan muda tersebut. Lewat pandangan pertama, Johnny
merasa tertarik pada pribadi Dumasi Sianturi. Serupa halnya dengan Dumasi yang
tertarik pada Johnny karena melihat kejujuran dan sifat baik yang terpancar
dari perkataan dan perilakunya.
Setelah
pertemuan itu, entah mengapa hati Johnny terus berbunga-bunga setiap kali
mengingat sosok wanita yang lembut itu. Kedewasaan dan kelemah-lembutan yang
terpancar dari wajah Dumasi Sianturi membuat hati Johnny ingin mengenalnya
lebih jauh lagi. Singkat kisah, mereka pun menjalin komunikasi kasih, sekalipun
Johnny harus datang dari Medan ke Sidikalang untuk menemui sang pujaan hati
yang pada akhirnya menjadi kekasih hatinya itu. Hubungan tersebut berlanjut
sampai Dumasi Sianturi melanjutkan sekolahnya di Sekolah Perawat Kesehatan
(SPK) Tarutung.
Namanya
perjalanan hidup, tidak selamanya berjalan mulus. Kadang ada jalan berlobang,
menikung dan menanjak. Demikian pula dengan hubungan Johnny dan Dumasi tidak
mudah mengalir lancar. Ada suka dan duka. Hubungan mereka pernah menghadapi
tantangan terberat dari keluarga Dumasi Sianturi. Karena pada saat itu kakak
Dumasi sudah mempunyai jodoh atau calon suami untuk Dumasi, yang berprofesi
sebagai guru di Medan.
Namun
kalau hati telah memilih, apa boleh dikata, Dumasi teguh pada pendiriannya
sekalipun di antara keluarga ada yang tidak setuju dengan hubungan mereka pada
waktu itu. Tidak cukup sampai di situ saja, mereka mampu melewati haral rintang
itu selama enam tahun memadu kasih.
Lalu,
pada tanggal 12 Mei 1978 akhirnya Johnny Sitohang dan Dumasi Sianturi
memantapkan langkah menuju ke jenjang pernikahan. Mereka menikah pada usia 22
tahun. Ketika itu sesuai dengan adat Batak, bila perempuan kawin tidak
disetujui oleh keluarga perempuan, maka si pengantin perempuan harus
meninggalkan sepucuk surat di bawah tikar pandan, di mana tujuannya untuk
memberitahukan kalau anak perempuan mereka sudah kawin. Dumasi pun dijemput
Johnny di tengah jalan, sesuai dengan janji yang telah dibuat sebelumnya.
Inilah yang kemudian menjadi awal mula dari perjalanan panjang rumah tangga
mereka. Ini semua tidak dapat dipungkiri merupakan hasil dari buah kesetiaan
dan cinta kasih yang dalam sehingga mampu melewati tantangan terberat dalam
hubungan kisah-kasih mereka.
Pernikahan
mereka semakin bertambah lengkap dan membahagiakan ketika Johnny dan Dumasi
memperoleh momongan anak perempuan yang cantik buah cinta mereka. Anak
perempuan yang cantik itu diberi nama Nitawati boru Sitohang yang lahir pada
tahun 1979. Saat kelahiran si cantik jelita Nitawati, Johnny tengah mengantar
adik perempuannya ke Bangka untuk melanjutkan pendidikan. Namun, hal ini bukan
berarti menyurutkan cinta dan kasih sayang puterinya kepada Johnny.
Pada
tahun 1980, lahirlah anak kedua (juga seorang puteri cantik) yang diberi nama
Natalina Sitohang. Pada kelahiran anak kedua, Johnny menampingi Dumasi saat
persalinan. “Kelahiran anak kedua sampai anak keenam, kebahagiaan keluarga kami
jelas bertambah karena keadaan ekonomi juga semakin baik,” ujar dr. Nitawati.
Sungguh bahagianya mereka dengan kehadiran Natalina Sitohang. Dumasi ketika itu
bekerja sebagai tenaga sukarelawan di Rumah Sakit Umum Sidikalang pada tahun
1979 sampai dengan 1980.
Sebelum
kelahiran anak ketiga Tindoan Sitohang pada tahun 1982 di Desa Lae Hole, tahun
1981 Dumasi Sianturi sudah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Disusul
dua tahun berselang (1984) lahir anak perempuan yang cantik yang diberi nama
Susi Anna Sitohang. “Sungguh berkat-berkat dan anugerah Tuhan buat keluarga
kami,” ujar Dumasi Sianturi. Hal ini pula yang menjadi filosofi ataupun
pegangan hidup Dumasi Sianturi untuk senantiasa mengucap syukur dan berdoa
kepada-Nya. Semua yang ada sekarang adalah mukjizat-Nya.
Ternyata
berkat belum cukup sampai di situ saja. Pada tahun 1987 lahirlah Deprianto
Sitohang di Desa Lae Hole. Juga seorang bayi mungil yang ganteng. Dua tahun
kemudian lahir pula bayi mungil di tengah keluarga Johnny-Dumasi, seorang anak
lelaki tampan dan ganteng. Anak paling bungsu ini dinamai Margomgom Sitohang.
B. Mengawal Mimpi Anak-anak
Perlahan-lahan
Johnny Sitohang dan Dumasi Sianturi mengenal karakter masing-masing anak dan
berusaha melebur ke dalamnya. Perjalanan waktu kemudian membawa Johnny dan si
isteri Dumasi Sianturi menjadi ayah dan ibu bagi putera-puteri yang ganteng dan
cantik. Puteri sulung Nitawati Sitohang yang lahir tahun 1979 kini telah
menjadi seorang dokter dan kepala Puskesmas di Sitinjo, mengabdi di tanah
kelahirannya Sidikalang. Natalina Sitohang yang lahir tahun 1980 juga mengabdi
di tanah kelahirannya. Anak ketiga Tindoan Sitohang (lahir tahun 1982) pada
bulan Maret tahun 2008 berhasil menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Teknik Mesin
STT Nasional Yogyakarta. Tak lama berselang anak keempat Susi Anna Sitohang
(kelahiran 1984) diwisuda sebagai Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Jambi. Sedangkan Deprianto Sitohang (lahir 1987) berhasil menuntaskan kuliahnya
di Fakultas Teknik Elektro STT Telkom Bandung, Jawa Barat. Dan terakhir, Margomgom
Sitohang (lahir 1989) serius mengikuti perkuliahan pada Fakultas Informasi di
sebuah universitas swasta terkenal di Yogyakarta.
Sebagaimana
kebanyakan orang tua, Johnny Sitohang dan Dumasi Sianturi kerap menemani
anak-anaknya dalam setiap menghadapi permasalahan. Sampai sekarang tidak ada
anak yang membuat persoalan serius yang dapat menjatuhkan martabat dan nama
baik keluarga. “Perubahan zaman yang ditandai perkembangan teknologi tak urung
menyebabkan generasi sekarang lebih kritis terhadap berbagai hal. Makanya
mereka harus banyak dikontrol dan didampingi pada setiap gerak dan
tindak-tanduknya,” ujar Dumasi Sianturi. Kendati sangat perhatian terhadap
anak-anak, Johnny Sitohang dan Dumasi Sianturi bukanlah tipe orang tua yang
suka memaksakan kehendak. “Bapak memberi kebebasan kepada kami anak-anaknya
untuk menggapai cita-cita masing-masing, namun tetap dalam pengawasan mereka,”
ujar Dokter Nitawati Sitohang.
Dikatakan
Johnny, setiap anak dianugerahi talenta dan bakat yang berbeda. Atas pandangan
itu, Johnny Sitohang dan Dumasi Sianturi tidak pernah meminta anak-anaknya
menekuni bidang yang tidak mereka sukai. “Kami mengajarkan mereka untuk tidak
setengah-setengah menekuni apa yang menjadi talenta atau bakat masing-masing.
Kalau mereka menekuni suatu bidang maka harus benar-benar serius,” tutur Dumasi
Sianturi. Kendati mengawasi secara ketat, Dumasi bukan tipe ibu yang cepat
marah. Berbeda dibandingkan dengan sosok Johnny yang sangat disegani
anak-anaknya. Bila anak-anak berkelakuan tidak sopan terhadap orang lain,
Dumasi bisa menegur mereka. Johnny dan Dumasi bukan tipe yang suka
memilih-milih teman. Mereka bisa bergaul dengan kalangan mana saja. “Kami
menganjurkan anak-anak menjalin pertemanan dengan semua golongan dan bersikap
hormat pada siapa saja,” ucap Dumasi Sianturi.
Mengawal
mimpi dan pendidikan anak-anak. Nitawati Sitohang memulai dan mengikuti
pendidikannya pada SD Inpres Lae Hole, SMP Negeri Bangun, SMA Negeri 14 Medan,
dan menyelesaikan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. Kebahagiaan Johnny dan Dumasi pun sepertinya semakin lengkap dengan
sejumlah harapan mereka, kelak si buah hati akan menjadi dokter yang ikhlas
melayani masyarakat. Ternyata si anak memang bercita-cita ingin menjadi dokter.
Dengan meminta saran dan pendapat dari kedua orang-tuanya, Nitawati memutuskan
kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan lulus pada tahun
2003. Sang dokter lalu mengabdi di kota kelahirannya, menjadi Kepala Puskesmas
Sitinjo, Kecamatan Sitinjo.
Kemudian
Natalina Sitohang menamatkan pendidikan dasar di SD Inpres Lae Hole, sekolah
lanjutan pertama pada SMP Negeri Bangun lalu berlanjut ke sekolah lanjutan atas
Sekolah Perawat Kesehatan Dairi Sidikalang, dan menyelesaikan sarjana muda
kebidanan (AMKeb) di Akademi Perawat RS Cikini Jakarta.
Tindoan
Sitohang mengikuti jejak kedua kakaknya dengan memasuki SD Inpres Lae Hole
dilanjutkan ke SMP 1 Sidikalang, SMA Negeri 1 Sidikalang. Dan lulus dari
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik STT Nasional Yogyakarta pada bulan Maret
2008.
Susi
Anna Sitohang seakan tidak mau kalah dengan kedua kakak dan abangnya, ia juga
masuk pada SD yang sama SD Inpres Lae Hole dan SMP Negeri 1 Sidikalang.
Sedangkan untuk sekolah lanjutan atas, ia memilih SMA Metodis 1 Medan. Lulus
seleksi perguruan tinggi negeri pada Fakultas Hukum Universitas Jambi dan
diwisuda pada tanggal 26 April 2008.
Melihat
keberhasilan kakak dan abangnya, Deprianto Sitohang mengikuti jejak mereka,
masuk SD Inpres Lae Hole. Sementara SMP-nya pada SMP Santo Paulus Sidikalang
kemudian masuk pada sekolah lanjutan atas SMA Santo Thomas I Medan. Dia telah
menyelesaikan perkuliahan pada Fakultas Teknik Elektro STT Telkom Bandung, Jawa
Barat. Si bungsu Margomgom Sitohang sendiri berkeras memilih SD Inpres Lae Hole
sebagai angkatan terakhir dari enam saudara, sekolah lanjutan pertama
dipilihnya sekolah abang Depri di SMP Santo Paulus Sidikalang. Dengan kemampuan
di atas rata-rata, dia lulus tes masuk SMA Negeri 1 Sidikalang. Namun ketika
hendak naik kelas 3, dia minta dipindahkan ke SMA Negeri 4 Medan. Tamat dan
lulus dari Negeri 4 Medan, dia melanjutkan kuliah di Fakultas Informatika pada
sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta.
C. Support dan Kasih Sang Isteri
Acapkali
kita mendengar ungkapan menarik bahwa “di balik pemimpin sukses pastilah ada
wanita hebat di belakangnya”. Demikian untaian kata-kata bijak yang melukiskan
betapa sangat vitalnya tugas dan peran seorang isteri, terlebih lagi isteri
dari seorang bupati (kepala daerah). Nyaris tidak dapat dipungkiri, justru
berkat kepiawaian sang isteri lah, suami mampu tampil sebagai sosok pemimpin
yang berhasil, disegani, dikagumi, bahkan juga dipuja banyak orang.
Dalam
realitas kehidupan sehari-hari, wanita (isteri) itu menyandang peran ganda (double burden), yakni beban wanita untuk
bertanggung-jawab atas pekerjaan-pekerjaan kerumah-tanggaan (domestik), bekerja
di luar rumah (sektor publik) mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Tapi, sebenarnya, peran wanita lebih daripada sekadar ganda. Misalkan wanita
(isteri) bertanggung-jawab terhadap kegiatan sosial di lingkungan tempat
tinggalnya, pun berkiprah berkiprah luas di berbagai organisasi kewanitaan,
antara lain Ketua Tim Penggerak PKK, Dharma Wanita, dan GOW.
Dalam
perspektif ini, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Dairi Ny. Dumasi Sianturi,
isteri dari Bupati Dairi Johnny Sitohang, telah mampu memposisikan dirinya pada
tugas dan perannya secara tepat dan baik. Sebagai isteri seorang pemimpin
(bupati/kepala daerah), wanita yang telah mendampingi Johnny Sitohang selama
lebih dari 34 tahun ini dapat dikatakan mumpuni
dalam mengemban berbagai tugas dan peran ganda (double burden) yang diiamanahkan ke pundaknya. Ia mampu menjadi ibu
rumah tangga yang baik bagi lingkungan keluarganya. Sebagai seorang isteri dari
pemimpin (bupati/kepala daerah), ibu dari enam orang anak ini mampu tampil confidence sebagai motivator sekaligus
inspirator bagi sang suami. Lebih daripada itu, wanita yang senantiasa tampil
enerjik ini bahkan dapat mengimbangi tugas-tugas sang suami secara baik dalam
kapasitasnya sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Dairi.
Enerjik
namun tetap bersahaja. Penampilan sedikit berubah tapi kesederhanannya tetap
terjaga. Tentu kurang pantas seorang isteri pejabat tampak sangat ketinggalan
zaman. Toh, sekarang semuanya serba ada dan serba mudah diperoleh, asal saja
... hepeng (uang) cukup tebal di
kantong.
Apa
salahnya mengubah penampilan? Dumasi Sianturi pun mengikuti Kursus Nasional
III, bertema Kiat Menjadi Isteri Pejabat (Pemprov, Pemkab, Pemkot dan DPRD), di
Hotel Cempaka Jakarta pada tanggal 28-31 Juli 2004. Dari sini mulailah terlihat
perubahan penampilan Dumasi Sianturi. Misalkan saja ia mulai pandai memoles
diri dalam nuansa kebersahajaan. Jelas bahwa seorang isteri pejabat mesti
tampil mengesankan penuh optimisme. Lantaran pada umumnya penampilan lahiriah yang
pertama menimbulkan kesan, maka sisi itu pula yang kali pertama dibenahi oleh
Dumasi Sianturi. Sehingga bukan kesan tua dan suram yang hadir, namun tampil
cantik dan matang secara lahir dan batin. Dumasi tidak perlu memanfaatkan jasa
konsultan kecantikan untuk mengurusi penampilan dirinya. Ia mengerjakan sendiri
dengan ilmu dan keterampilan yang diperoleh dari kursus selama tiga hari di
Jakarta bersama isteri-isteri pejabat yang lain. suatu hal yang telah
dipikirkannya selama ini. Pokoknya, segala sesuatu yang berkaitan dengan perangkat
pendukung penampilan itu selengkap mungkin disediakannya sendiri. Tidak perlu
mengeluarkan uang cuma untuk penampilan atau pergi ke salon kecantikan.
Menurut
Johnny Sitohang, di dalam lingkup keluarganya, sang isteri adalah sosok wanita
yang sangat pandai menempatkan diri sesuai dengan proporsinya. “Bagi saya,
isteri punya kemampuan menata ekonomi keluarga dengan sangat baik. Itu sebuah
kenangan berharga dan terindah dalam hidup saya. Karena tanpanya, nggak mungkin ekonomi keluarga kami bisa
tertata dan tumbuh dengan baik. Ini yang pertama. Yang kedua, ia adalah isteri
dan juga seorang ibu yang baik bagi anak-anak kami,” demikian kata Johnny
Sitohang memuji dukungan dan peran kasih isteri dalam lingkungan keluarganya.
Begitulah,
sebagai suami yang baik, Johnny Sitohang sangat pantas memuji sekaligus
menghormati isteri yang sangat dicintainya. Sungguh benar kata orang-orang
bijak bahwa di balik pria sukses itu pasti ada wanita hebat di belakangnya. Pun
demikian halnya Johnny Sitohang. Di balik kisah dan pergulatan hidup serta
karirnya yang panjang hingga meraih sukses saat ini tidak dapat dilepaskan dari
peran vital dan signifikan dari sang isteri Dumasi Sianturi, yang tiada kenal
lelah secara terus-menerus memberikan dorongan dan motivasi karir suaminya. Tidak
hanya pada saat dia berada di posisi puncak, bahkan ketika karir suaminya dalam
kondisi masih sulit sekalipun, Dumasi senantiasa tampil di garda terdepan
meneguhkan perannya sebagai teman dan sahabat, sekaligus pasangan hidup serta
pendamping suami yang kompak, seia-sekata.
Kini
ditengah aktivitasnya yang padat disertai agenda kerja yang menumpuk sebagai
Kepala Daerah, Johnny Sitohang masih selalu menyisihkan waktunya demi menjaga
keharmonisan rumah-tangganya. Persis kata banyak orang, sukses memimpin
keluarga biasanya menjadi refleksi linier bahwa pemimpin yang bersangkutan akan
sukses pula memimpin masyarakatnya. Mengapa? Karena, keluarga merupakan
miniatur dan pilar utama masyarakat itu sendiri. Sukses memimpin masyarakat
memang harus dimulai dari sukses memimpin unit terkecil, yakni lingkungan keluarganya sendiri. Kalau di lingkungan keluarga seorang pemimpin
saja sudah berantakan (broken home)
misalkan, lantas apa yang dapat diteladani dari pemimpin tersebut? Jawabnya,
tidak ada. Bercermin dari pandangan itulah, pemimpin (kepala daerah) seperti
Johnny Sitohang semampu mungkin menempatkan dirinya sebagai kepala rumah tangga
sekaligus pemimpin rakyat yang patut diteladani, digugu, dan ditiru oleh
keluarganya, baik oleh isteri maupun oleh enam orang anaknya.
Dalam
beraktivitas menjalankan tugasnya, mulai dari pentas politik, wakil rakyat di
DPRD Kabupaten Dairi sampai menjadi Bupati Dairi, Johnny Sitohang memperoleh
dukungan penuh dari isteri tercinta Ny. Dumasi Sianturi. Apalagi di mata Johnny
Sitohang, peran isterinya itu terbukti banyak memberikan andil terhadap
kesuksesan karirnya selama ini.
Pada
sisi lain, dalam hal membina rumah tangga dan keluarga, peran Ny. Dumasi
Sianturi sebagai ibu bagi enam orang anaknya dan isteri bagi suaminya sangatlah
besar. Sebab secara naluriah, anak-anak biasanya akan lebih dekat kepada ibunya
bila sedang berkonsultasi masalah-masalah kekeluargaan. Sebaliknya, pada peran
yang lain, anak-anak akan lebih dekat kepada ayahnya bilamana mereka berdiskusi
mengenai pekerjaan dan membangun masa depan.
Model
pendidikan dan falsafah orang tua serta neneknya di masa silam demikian
membekas dan terpatri kuat dalam benak Johnny Sitohang. Apa yang pernah
diterima dari kedua orang-tuanya dulu berusaha dia terapkan dalam kehidupan
pribadi dan keluarganya saat ini. Sedapat mungkin Johnny Sitohang dan isteri
Dumasi Sianturi berupaya agar menjadi teladan bagi keluarga kecilnya. Dia pun
berikhtiar selalu menjalin hubungan yang harmonis dengan isteri terkasih Dumasi
Sianturi. Johnny Sitohang ingin agar anak-anaknya mencontoh perilaku dirinya
dan isteri terkasih, sebagaimana dia dulu pernah mencontoh kedua orang-tua yang
sangat dihormatinya. “Nak, tirulah
sifat orang tua kamu. Yang baik-baik ambillah dan yang jelek dibuang,” begitu
senantiasa terngiang nasehat nenek Johnny Sitohang kepada cucu-cucunya. Adalah
wajar bila kemudian kehidupan rumah tangga Johnny Sitohang relatif tenang dan
adem ayem, karena jarang mengalami goncangan badai kehidupan.
Dalam
hal mendidik enam orang anaknya, kendati tidak tertulis, Johnny Sitohang dan
Dumasi Sianturi tampaknya telah bersepakat untuk menjalankan peran dan tugas
masing-masing dalam mengelola manajemen keluarga. Sang suami yang kini
berkiprah sebagai Bupati Dairi dengan tingkat kesibukan yang sangat tinggi, di
antaranya berbagi tugas menanamkan unsur tentang disiplin, keteladanan, serta
mengajarkan pola hidup sederhana kepada enam orang anaknya. Sedangkan sang
isteri, porsinya menanamkan kasih sayang dan mengawasi pendidikan enam buah
hati mereka. Dia menyadari bahwa kasih sayang seorang ibu akan membawa dampak
dan pengaruh relatif besar dalam perkembangan jiwa anak-anaknya.
“Perhatian
dan kasih sayangnya bukan hanya untuk anak-anak dan cucu-cucunya. Tapi juga
untuk anak-anak lain yang ia jumpai di mana saja, bahkan sampai orang dewasa,
sekalipun tidak begitu dikenalnya. Siapa saja yang datang ke rumah memperoleh
perhatian dan kasih sayang yang tulus dan tidak dibuat-buat. Baik itu dari
golongan mana, suku maupun agama. Menurut beliau, kita semua sama di mata
Tuhan, baik itu miskin ataupun kaya,” papar Pdt. Nikson Sibuarin STh, menantu
pasangan Johnny Sitohang – Dumasi Sianturi.
Dapat
dikatakan, keluarga Johnny Sitohang – Dumasi Sianturi memang jauh dari bara
konflik dan badai samudera kehidupan. Kuncinya, saling menghormati dan
menghargai di antara suami-isteri, juga di antara anak-anaknya. Etika pergaulan
dan sopan santun memang terasa membekas dalam ritme kehidupan dan keseharian
mereka. Sebab, sejak dini pula nilai-nilai positif itu sudah pernah ditanamkan
secara langsung oleh kedua orang-tuanya, Jonathan Ompu Tording Sitohang dan Mutiara
boru Tobing.
Itu
pula sebabnya, nilai-nilai yang baik dan pernah diwariskan oleh orang tua
Johnny Sitohang, seperti moralitas, kejujuran, kerja keras, menjunjung tinggi
tata krama dalam pergaulan, peduli pada sesama, terus-menerus secara ajek dan
kontinyu dia tularkan kepada enam orang anaknya.
“Beliau
adalah panutan dan cermin hidup semangat yang positif. Beliau tidak pernah
mengeluh dan pantang menyerah dalam menghadapi segala tantangan dan rintangan
kehidupan. Beliau selalu menceritakan pengalaman kehidupannya kepada
anak-anaknya, bagaimana anak-anak bisa menghadapi rintangan dan tantangan dalam
menjalani kehidupan apa pun. Itulah yang selalu diberikan dan diajarkan kepada
anak-anak dan menjadi motivator dalam hidup mereka. Baik itu oleh anak-anak
yang masih bersekolah, bekerja maupun yang telah berkeluarga,” tutur Ny. Dumasi
Sianturi.
“Bapak
mengajari kami dengan gambaran pandangan-pandangan tantangan dalam perjalanan
karirnya, agar kami mengambil kesimpulan positif dari setiap tantangan
perjalanan karirnya ke arah masa depan yang lebih baik. Gigih, kerja keras,
semangat dan bermasyarakat. Disiplin terhadap waktu, baik untuk pekerjaan
maupun keluarga,” ujar Natalina Sitohang, anak kedua pasangan Johnny Sitohang –
Dumasi Sianturi.
Natalina
lebih jauh berujar, “Bapak dan ibu senantiasa hadir dengan sentuhan kasih
sayang, sekalipun kami anak-anaknya sudah mempunyai keluarga masing-masing.
Ketika kami telah berkeluarga, bapak masih sering mengunjungi kami, setidaknya
menelepon kami di sela-sela kesibukannya. Tidak pernah pandang bulu dalam
bermasyarakat, tidak pandang ia kaya, miskin, berkedudukan ataupun tidak
berkedudukan. Semua sama di hadapan bapak.”
Johnny
Sitohang berharap, keenam orang anaknya dalam karir dan menata kehidupan mereka
akan mampu menciptakan kemaslahatan dan keselarasan pada masyarakatnya, minimal
terhadap masyarakat lingkungan di sekelilingnya. Sebab itu, Johnny mengajarkan
manajemen dalam kehidupan rumah tangga dan lingkup yang lebih luas lagi.
“Bapak
mengajarkan manajemen keluarga yang baik. Misalkan bapak mempunyai perencanaan
yang baik untuk pendidikan anak-anaknya. Kalau kami minta uang untuk sekolah,
bapak tidak pernah mengatakan tidak ada, kami selalu diberi. Bapak mengajari
kami untuk mengelola keuangan dengan baik. Misalkan bapak memberi uang
pendidikan sebesar Rp3 juta, itu harus bisa kami kelola dengan baik dan sampai
kapan uang itu harus cukup. Dengan demikian kami pun jadi belajar menabung,”
papar Nitawati Sitohang, anak sulung pasangan Johnny Sitohang – Dumasi
Sianturi.
Sebagai
penganut Kristen yang taat, Johnny Sitohang meyakini ujaran Rasul Yohanes yang menulis,
”Bagiku tidak ada alasan yang lebih besar untuk bersyukur daripada hal-hal ini,
bahwa aku mendengar anak-anakku tetap berjalan dalam kebenaran” (3 Yohanes 3-8).
Johnny benar-benar bersyukur enam orang anaknya tetap berjalan pada kebenaran,
tidak membuat ulah yang mencemarkan nama baik keluarga.
Kendati
begitu, dia tidak lantas menyombongkan diri dengan karunia enam orang anak yang
baik-baik. Dia lebih memilih untuk selalu mengucap rasa syukur pada Tuhan. Sebab
dalam benak Johnny, "Rasa syukur adalah saudara kembar dari kerendahan
hati; kesombongan adalah musuh dari keduanya."
D. Hati yang Senantiasa Bersyukur
Sebagai
seorang penganut Kristen Protestan, Johnny Sitohang sangat taat beribadah dan
menjalankan nilai-nilai agama yang diyakininya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Kartini Sulastri Sitohang (kakak), Johnny selalu minta didoakan dalam
setiap kegiatan organisasi masyarakat ataupun politik, terlebih ketika
menghadapi persoalan pelik. Kendati seorang penganut Kristen Protestan, dia
juga sangat menghormati keberadaan penganut agama lain di luar agama yang
dianutnya.
Sikap
religius yang sangat terjaga membuatnya tidak pernah berputus asa dan
mengeluhkan segala masalah dan tantangan kehidupan dia dan keluarganya terima,
meski dalam keadaan sangat sulit. Dia hanya meminta keluarga mendoakan lalu
mengajak bermusyawarah atau mendiskusikan untuk mencarikan jalan keluar atas
persoalan yang ada. Dia selalu bersikap profesional di mana saja, sekalipun
tengah didera persoalan berat.
Seberat
apapun kondisi kehidupan yang dia terima saat ini, dia merasa suka cita yang
luar biasa karena semua yang dia terima da yang ada padanya merupakan berkat
Tuhan Yang Maha Kuasa. Bersuka cita bukan karena uang atau materi, tapi sebagai
wujud rasa syukur pada Tuhan dan rasa bangga bisa meniti jejak ayahnya Jonathan
Ompu Tording di birokrasi.
Sekecil
apa pun berkat dan karunia Tuhan, Johnny Sitohang berusaha senantiasa
mensyukurinya. Johnny Sitohang selalu menggemakan kata-kata Daud, sang raja
penyair, dalam Mazmur 23:6. Daud menulis demikian, "Kebajikan dan
kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku." Menurut Johnny yang
mengimani Yesus Kristus, perkataan itu telah merangkum seluruh pengalaman hidupnya.
Kebaikan
Allah memberikan apa yang tidak layak kita terima; belas kasihan-Nya menahan
apa yang seharusnya kita terima. Dalam kepedihan dan penderitaan, Bapa surgawi
dengan setia memenuhi kebutuhan kita, menghibur hati, dan memberi kita kekuatan
untuk menanggung beban yang harus kita tanggung. Meskipun kita adalah orang
percaya, kita tetap berdosa dan tidak memenuhi standar kudus yang ditetapkan
oleh Putra-Nya, Yesus Kristus. Namun, Dia tetap mencurahkan pengampunan- Nya
dalam jiwa kita saat kita mengaku dosa. Kita bisa saja menganggap diri sebagai
orang yang baik, tetapi kita harus tetap mengakui bahwa "kita telah
mengabaikan hal-hal yang seharusnya kita kerjakan, dan telah melakukan hal-hal
yang tidak seharusnya kita lakukan" (The
Book of Common Prayer).
Kiranya
rasa syukur senantiasa memenuhi hati Johnny Sitohang, karena kebaikan dan belas
kasihan Allah akan menyertai dia sepanjang jalan menuju kemuliaan. Selamanya Johnny
merasa berutang budi kepada-Nya sepanjang masa.
Sebab
itu, dia terus menjaga semangat dan pantang menyerah di tengah tekanan
tugas-tugas ataupun tekanan politik yang menjadi bagian dari karirnya yang
relatif berat. Dari sejak dulu mengawali rumah tangga, memulai karir kerja,
meretas asa di ranah politik sampai sekarang, banyak goncangan dan tekanan
mendera dirinya, namun semua itu pantas disyukuri sebagai sebuah ujian untuk
mencapai anak tangga kehidupan yang lebih tinggi. Sebagai sarana pembelajaran
dan pendewasaan yang sangat berarti buat mematangkan dirinya di panggung
kehidupan. Seberat apa saja tantangan dan kecamanan yang mesti dihadapi, Johnny
menerimanya sebagai sebuah skenario dari Tuhan untuk dipelajari dan dijalani
buat menjalan pengharapan yang lebih baik di masa-masa selanjutnya.
Di
kala menjelang dan bangun tidur, dalam doanya, Johnny Sitohang merenungkan betul
berkat-berkat Allah yang tercurah atas dirinya. Tentu saja Johnny tidak akan
pernah dapat menyebutkan semua berkat jasmani, rohani, yang bersifat sementara,
dan yang kekal. Dari waktu ke waktu Johnny mengingat semua karunia-Nya dengan
penuh rasa syukur. Kadan, secara tak sengaja dia bergumam, "Jumlah bintang
di langit tidak cukup untuk menyebutkan semua berkat-berkat Allah!"
Sekali
lagi, apa pun kondisi yang Johnny Sitohang terima saat ini, senang ataupun
sedih, dia senantiasa mengucap syukur dengan sepenuh hati. Rasa syukur itu dia
wujudkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan penyegaran rohani dan jasmani yang
berarti di mata Tuhan, keluarga dan orang lain. Doa menjadi kekuatan utama
dalam hidup pribadi dan keluarga. Dan menjadi ucapan rasa syukur kepada Tuhan
sebagai ucapan terima kasih atas berkah hidup dan kesehatan yang diterimanya.
Dia juga memberikan nasehat pada anak-anak tercinta dan cucu-cucu terkasih agar
selalu bersyukur dan tidak kufur nikmat. Bahkan, dia terus mendorong generasi
muda orang Dairi untuk terus bergerak dan berusaha, berbuat benar dan baik,
sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih.
Rasa
syukur Johnny Sitohang tidak sebatas diimplementasikan dalam bentuk nasehat
kata-kata. Tapi, diwujudkan pula dalam langkah nyata melalui uluran tangan
kepada orang-orang sekeliling yang membutuhkan. Dia tidak segan-segan membantu
material bangunan membangun rumah-rumah ibadah –baik buat kaum Nasrani maupun
umat agama lain. “Banyak orang yang telah dibantu oleh Johnny, antara lain menyumbang
batako hasil produksi usahanya untuk pembangunan gereja dan masjid. Sekitar 2
juta buah batako telah disumbangkan Johnny untuk membangun sekolah TK, gereja
dan masjid. Pengadaan industri batako itu dulu juga untuk membuka lapangan
pekerjaan bagi keluarga dan membantu orang-orang yang tidak memiliki lapangan
pekerjaan,” tutur St. Sihombing, Guru Huria TK HKBP Lae Hole.
Apa
yang dilakukan Johhny Sitohang tidak lain adalah melanjutkan sifat Kappung (kepala desa) Jonathan Ompu
Tording yang semasa hidupnya suka membantu orang-orang di sekitarnya. Sejarah
pembangunan Gereja Lae Hole misalkan, diprakarsai oleh Jonathan Ompu Tording
dengan memberikan tanah dari marga Sitohang. Bertangan penuh uluran kasih yang
tulus dan tidak dibuat-buat. Sifat Jonathan Ompu Tording yang banyak menurun
dan banyak ditiru Johnny Sitohang.
Dengan
senantiasa mengedepankan hati yang penuh rasa syukur, Johnny Sitohang meyakini
bahwa Tuhan akan terus bekerja dan berkehendak atas hari esok yang lebih baik
pada diri dan keluarganya. Dan, katanya,
"Sebuah hati yang penuh syukur merupakan awal dari suatu kehebatan." ***
No comments:
Post a Comment