Oleh
Lekian Widjaja
Decluttering
Financial Problems
S-2
Marketing Stats, Chicago Univ, US
SIAPA yang tidak kenal dengan kenikmatan segelas
kopi? Air berwarna hitam kecokelatan dengan rasa pahit sebagai rasa utama dan
terkadang rasa asam dan sedikit manis, yang membuat sebagian besar orang rela
mengantre di sebuah gerai dengan brand terkenal.
Penghilang rasa kantuk dan sebagai energy booster
adalah sebagian dari manfaat yang dirasakan setelah mengonsumsi secangkir
kopi. Saya sendiri sebagai pemain tenis,
merasakan manfaat yang cukup signifikan
ketika meminum secangkir kopi hitam sebelum bermain tenis yang notabene
menghabiskan energi cukup besar.
Iklan kopi yang ditayangkan di media televisi pun
mengangkat suasana pagi yang selalu diceriakan oleh segelas kopi panas dengan
uap wanginya. Gambar yang ditampilkan di
media cetak pun difokuskan kepada aroma dan tekstur dari biji kopi. Beragam harga pun ditawarkan sesuai dengan
positioning dari brand kopi tertentu yang ditujukan untuk kalangan yang
berbeda. Namun dari semuanya itu, rasa
kopi itulah yang seharusnya dicari dan dibayar oleh konsumen.
Pada kenyataannya, tidak hanya rasa kopi yang
selalu dicari oleh para konsumen saat ini.
Satu gerai terkenal dari Amerika, telah berhasil menempatkan diri
sebagai penjual kopi di kedai yang menyediakan tempat dan suasana premium.
Sehingga konsumen bisa mendapatkan lebih dari sekadar rasa kopi.
Terpikirkah oleh Anda begitu banyak
orang yang mau mengeluarkan uang puluhan ribu hanya untuk secangkir kopi
dari kedai ini? Diri saya pun tidak
menyangka bahwa bisnis gerai kopi ini bisa berhasil, namun dugaan saya meleset
jauh. Ternyata orang Indonesia termasuk orang yang royal menghamburkan uang
untuk secangkir kopi saja.
Hebatnya, gerai ini berhasil menciptakan lifestyle
atau gaya hidup metropolis yang sangat kental ketika orang lain melihat
Anda menenteng gelas styrofoam dengan
logo hijau mereka. Itulah yang mereka
jual di masa kini.
Lebih dashyatnya gerai yang berlokasi
sering berdekatan dengan gedung-gedung perkantoran, berhasil 'menguras'
kocek pekerja kantoran ini dari pagi hari!!
Dan satu gelas kopi ini bukanlah murah, berkisar dari Rp 20 ribu hingga
Rp 50 ribu.
Bahkan ada yang setiap hari membawa gelas atau mug
pribadi yang juga dijual oleh gerai ini untuk diisi oleh kopi mereka. Luar biasa!
Judul artikel ini saya pilih bukan karena ditilik dari
faktor kesehatan, namun dari faktor finansial.
Seberapa besar penghematan segelas kopi ini untuk persiapan masa pensiun
Anda. Mari saya ajak Anda berhitung sejenak. Satu gelas kopi rata -
rata adalah Rp 30.000. Konsumsi 1 gelas per hari kerja di luar akhir minggu 20
hari kerja dalam 1 bulan. Total pengeluaran untuk 1 bulan kerja, jika setiap
hari mengkonsumsi kopi ini adalah: 20 hari kerja x Rp 30.000 / gelas = Rp
600.000 / bulan.
Apakah yang setara dengan pengeluaran Rp 600.000 /
bulan? Konsumsi bahan bakar premium untuk mobil Avanza / Xenia untuk 1 bulan.
Konsumsi bahan bakar premium untuk 7 sepeda motor untuk 1 bulan. Hampir 50%
dari UMR per bulan di beberapa kota besar. Uang makan 1 bulan dari kebanyakan
para pegawai kantor, iuran bulanan dari siswa sekolah dari berbagai sekolah
swasta. Dana pensiun sebesar saat usia 55 tahun hampir sebesar Rp 2.000.000.000.
Tidak.
Anda tidak salah baca. Adalah
benar ketika Anda menghabiskan Rp
600.000 per bulan untuk secangkir kopi selama 10 tahun, Anda telah menghabiskan dana pensiun Anda hampir sebesar Rp 2 miliar saat Anda berusia 55 tahun. Seberapa pentingkah masa pensiun Anda saat ini?
Terpikirkah oleh Anda bahwa persiapan dana pensiun Anda melebihi beribu kali dari pentingnya
menikmati secangkir kopi dari gerai tersebut? Mungkin Anda bertanya mengapa bisa sebesar itu dana
pensiun yang terbentuk dengan dari pengeluaran Rp 600.000 ribu per bulan.
Asumsi tabungan yang terbentuk di usia 55 tahun
tersebut adalah disiplin menabung selama 10 tahun dan tingkat pertumbuhan
investasi sebesar 20 % per tahun.
Prinsip dasar dari perhitungan di atas kemampuan
Anda untuk berhemat dan secara disiplin
mengalokasikan dana penghematan Anda ke
dalam instrument investasi yang tepat.
Perhitungan ini dibuat hanya dengan menghemat segelas kopi dari gerai
tersebut.
Saya yakin pengandaian ini cukup berlebihan dengan
mengandaikan konsumsi secangkir kopi tersebut setiap hari. Tapi bukannya tidak
ada. Saya yakin Anda setuju bahwa banyak dari kita bisa menghemat,
tidak hanya dari segelas kopi tersebut dan pengeluaran kita yang terkadang
tidak terkontrol dan tentunya tidak penting, bukan hanya di segelas kopi, tapi
di produk konsumtif lainnya.
Siapkah Anda merelakan secangkir kopi Anda untuk menyelamatkan
masa pensiun Anda?
No comments:
Post a Comment