Tuesday, April 9, 2013

Kopi vs Dana Pensiun


Oleh Lekian Widjaja
Decluttering Financial Problems
S-2 Marketing Stats, Chicago Univ, US

SIAPA yang tidak kenal dengan kenikmatan segelas kopi? Air berwarna hitam kecokelatan dengan rasa pahit sebagai rasa utama dan terkadang rasa asam dan sedikit manis, yang membuat sebagian besar orang rela mengantre di sebuah gerai dengan brand terkenal.

Penghilang rasa kantuk dan sebagai energy booster adalah sebagian dari manfaat yang dirasakan setelah mengonsumsi secangkir kopi.  Saya sendiri sebagai pemain tenis, merasakan manfaat  yang cukup signifikan ketika meminum secangkir kopi hitam sebelum bermain tenis yang notabene menghabiskan energi cukup besar.

Iklan kopi yang ditayangkan di media televisi pun mengangkat suasana pagi yang selalu diceriakan oleh segelas kopi panas dengan uap wanginya.  Gambar yang ditampilkan di media cetak pun difokuskan kepada aroma dan tekstur dari biji kopi.  Beragam harga pun ditawarkan sesuai dengan positioning dari brand kopi tertentu yang ditujukan untuk kalangan yang berbeda.  Namun dari semuanya itu, rasa kopi itulah yang seharusnya dicari dan dibayar oleh konsumen.

Pada kenyataannya, tidak hanya rasa kopi yang selalu dicari oleh para konsumen saat ini.  Satu gerai terkenal dari Amerika, telah berhasil menempatkan diri sebagai penjual kopi di kedai yang menyediakan tempat dan suasana premium. Sehingga konsumen bisa mendapatkan lebih dari sekadar rasa kopi.

Terpikirkah oleh Anda  begitu banyak  orang yang mau mengeluarkan uang puluhan ribu hanya untuk secangkir kopi dari kedai ini?  Diri saya pun tidak menyangka bahwa bisnis gerai kopi ini bisa berhasil, namun dugaan saya meleset jauh. Ternyata orang Indonesia termasuk orang yang royal menghamburkan uang untuk secangkir kopi saja.

Hebatnya, gerai ini berhasil menciptakan lifestyle atau gaya hidup metropolis yang sangat kental ketika orang lain melihat Anda  menenteng gelas styrofoam dengan logo hijau mereka.  Itulah yang mereka jual di masa kini.

Lebih dashyatnya gerai yang  berlokasi  sering berdekatan dengan gedung-gedung perkantoran, berhasil 'menguras' kocek pekerja kantoran ini dari pagi hari!!  Dan satu gelas kopi ini bukanlah murah, berkisar dari Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu.

Bahkan ada yang setiap hari membawa gelas atau mug pribadi yang juga dijual oleh gerai ini untuk diisi oleh kopi mereka.  Luar biasa!

Judul artikel ini saya pilih bukan karena ditilik dari faktor kesehatan, namun dari faktor finansial.  Seberapa besar penghematan segelas kopi ini untuk persiapan masa pensiun Anda.  Mari saya ajak Anda  berhitung sejenak. Satu gelas kopi rata - rata adalah Rp 30.000. Konsumsi 1 gelas per hari kerja di luar akhir minggu 20 hari kerja dalam 1 bulan. Total pengeluaran untuk 1 bulan kerja, jika setiap hari mengkonsumsi kopi ini adalah: 20 hari kerja x Rp 30.000 / gelas = Rp 600.000 / bulan.

Apakah yang setara dengan pengeluaran Rp 600.000 / bulan? Konsumsi bahan bakar premium untuk mobil Avanza / Xenia untuk 1 bulan. Konsumsi bahan bakar premium untuk 7 sepeda motor untuk 1 bulan. Hampir 50% dari UMR per bulan di beberapa kota besar. Uang makan 1 bulan dari kebanyakan para pegawai kantor, iuran bulanan dari siswa sekolah dari berbagai sekolah swasta. Dana pensiun sebesar saat usia 55 tahun hampir  sebesar Rp 2.000.000.000.

Tidak.  Anda  tidak salah baca. Adalah benar ketika Anda  menghabiskan Rp 600.000 per bulan untuk secangkir kopi selama 10 tahun, Anda  telah menghabiskan dana pensiun Anda  hampir sebesar Rp 2 miliar saat Anda  berusia 55 tahun.  Seberapa pentingkah masa pensiun Anda  saat ini?

Terpikirkah oleh Anda  bahwa persiapan dana pensiun Anda  melebihi beribu kali dari pentingnya menikmati secangkir kopi dari gerai tersebut? Mungkin Anda  bertanya mengapa bisa sebesar itu dana pensiun yang terbentuk dengan dari pengeluaran Rp 600.000 ribu per bulan.

Asumsi tabungan yang terbentuk di usia 55 tahun tersebut adalah disiplin menabung selama 10 tahun dan tingkat pertumbuhan investasi sebesar 20 % per tahun.

Prinsip dasar dari perhitungan di atas kemampuan Anda  untuk berhemat dan secara disiplin mengalokasikan dana penghematan Anda  ke dalam instrument investasi yang tepat.  Perhitungan ini dibuat hanya dengan menghemat segelas kopi dari gerai tersebut.

Saya yakin pengandaian ini cukup berlebihan dengan mengandaikan konsumsi secangkir kopi tersebut setiap hari. Tapi bukannya tidak ada.  Saya yakin Anda  setuju bahwa banyak dari kita bisa menghemat, tidak hanya dari segelas kopi tersebut dan pengeluaran kita yang terkadang tidak terkontrol dan tentunya tidak penting, bukan hanya di segelas kopi, tapi di produk konsumtif lainnya.

Siapkah Anda merelakan secangkir kopi Anda untuk menyelamatkan masa pensiun Anda?

No comments:

Post a Comment