Peserta jamkesda mengeluhkan ketersediaan obat yang ada di Rumah Sakit Cibabat. Warga Kelurahan Citeureup RT 01 RW 10, Didik Hartawan (39 tahun) mengaku harus menebus obat di luar untuk anaknya, Nazwa Chaterina Salsabila (5 tahun) yang mengidap penyakit hepatitis B.
Pria yang bekerja serabutan seperti tukang ojek atau pekerja bangunan tersebut mengatakan harga satu strip obat berisi enam kapsul Rp 350 ribu. Obat itu dikonsumsi untuk tiga hari. Sementara, dia tidak mampu untuk membelinya.
Sebab, Nazwa sudah dua sampai tiga tahun berobat. "Berobat jalan saja, tidak kuat uang," kata dia ditemui di kawasan Pemkot Cimahi, Selasa (16/4).
Dia mengaku sudah mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) di kelurahan, Puskesmas, maupun dinas. Selain itu, telah menjadi peserta jamkesda sejak 2009. Namun, ia menyayangkan masih ada beban menebus obat di luar meskipun untuk biaya dokter gratis.
Menurutnya, selama berobat, Nazwa hanya diberi vitamin yang harganya Rp 11.600 dari dokter di RS Cibabat. Ia menilai obat tersebut kurang layak untuk kesembuhan putri keduanya. Sementara itu, anggaran Jamkesda hanya dibatasi Rp 5 juta tidak boleh lebih.
Ia berharap putrinya yang hanya memiliki berat badan 15 kilogram, perawatanya ditanggung pemerintah. Namun, yang terpenting adalah ketersediaan obat. "Kalau tidak ada harus cari di luar juga," kata dia.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Cimahi Fitriyani Manan yang didampingi Kepala Dinkes Pratiwi mengaku terdapat keterbatasan anggaran. Anggaran tersebut dibatasi berdasarkan hasil survei, yaitu rawat biasa Rp 5 juta dan Rp 10 juta untuk pasien yang mendapat tindakan.
Sebab, Nazwa sudah dua sampai tiga tahun berobat. "Berobat jalan saja, tidak kuat uang," kata dia ditemui di kawasan Pemkot Cimahi, Selasa (16/4).
Dia mengaku sudah mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) di kelurahan, Puskesmas, maupun dinas. Selain itu, telah menjadi peserta jamkesda sejak 2009. Namun, ia menyayangkan masih ada beban menebus obat di luar meskipun untuk biaya dokter gratis.
Menurutnya, selama berobat, Nazwa hanya diberi vitamin yang harganya Rp 11.600 dari dokter di RS Cibabat. Ia menilai obat tersebut kurang layak untuk kesembuhan putri keduanya. Sementara itu, anggaran Jamkesda hanya dibatasi Rp 5 juta tidak boleh lebih.
Ia berharap putrinya yang hanya memiliki berat badan 15 kilogram, perawatanya ditanggung pemerintah. Namun, yang terpenting adalah ketersediaan obat. "Kalau tidak ada harus cari di luar juga," kata dia.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Cimahi Fitriyani Manan yang didampingi Kepala Dinkes Pratiwi mengaku terdapat keterbatasan anggaran. Anggaran tersebut dibatasi berdasarkan hasil survei, yaitu rawat biasa Rp 5 juta dan Rp 10 juta untuk pasien yang mendapat tindakan.
Untuk kasus Nazwa, dinkes akan berkoordinasi dengan RS Cibabat dan melakukan kunjungan rumah oleh Puskesmas untuk melakukan diagnosa penyakitnya.
Ia mengatakan fasilitas obat yang diberikan untuk keluarga miskin sesuai standar jaminan kesehatan atau obat generik. Untuk obat yang mahal memang kerap tidak tersedia dan diresepkan membeli di luar.
Ia mengatakan fasilitas obat yang diberikan untuk keluarga miskin sesuai standar jaminan kesehatan atau obat generik. Untuk obat yang mahal memang kerap tidak tersedia dan diresepkan membeli di luar.
No comments:
Post a Comment