Indeks
Nikkei yang kehilangan hingga 16 persen dalam dua pekan terakhir sangat
membutuhkan amunisi baru. Incarannya adalah dana pensiun milik pemerintah yang
mengelola US$2 triliun.
"Ini
adalah pertanyaan tentang kapan investor institusi besar Jepang akan
mengalokasikan dananya dari obligasi pemerintah ke aset berisiko termasuk
ekuitas dalam negeri," kata Shogo Fujita kepala strategi obligasi di Bank
of America Merrill Lynch Jepang seperti mengutip cnbc.com, Selasa (4/6/2013).
Pergeseran
ini akan menyuntikan momentum segar ke pasar saham Jepang yang sedang jatuh.
Pemerintah Jepang sudah didesak untuk mengatur dana pensiun yang mengelola dana
US$2 triliun meningkatkan eksposur ke ekuitas. Hal ini untuk mendukung
pertumbuhan jangka panjang seperti strategi PM Jepang, Shinzo Abe. Kebijakan
Abe diharapkan akan dipublis pada pekan ini.
"Intinya,
mereka (Government Pension Investment Fund and Yucho) untuk mulai
mengalokasikan dana untuk aset berisiko termasuk ekuitas dan aset asing,"
jelas Fujita.
Dengan
strategi investasi tersebut, Dana Pensiun Investasi Pemerintah (GPIF) yang
mengelola tabungan pensiun pegawai pemerintah akan menargetkan untuk
mengalokasikan 11 persen di bursa lokal.
"Ini
akan menjadi sejarah jangka panjang. Seperti pada akhir tahun 90-an saat AS
mereformasi dana pensiun mereka. Butuh waktu 10-15 tahun untuk mendapatkan
portofolio mereka. Dan Jepang akan melakukan dengan cara yang sama,"
katanya.
Per 25
Mei, investor Jepang telah menjual US$11 miliar obligasi luar negeri. Penjualan
pekan sebelumnya mencapai US$8 miliar. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang
naik pada bulan lalu. Tetapi itu dapat berubah dengan imbal hasil obligasi yang
tetap.
No comments:
Post a Comment