Yuslam
Fauzi
Direktur
Utama Bank Syariah Mandiri
Di bawah kepemimpinan
Direktur Utama Yuslam Fauzi, Bank Syariah Mandiri (BSM) telah menorehkan
sejumlah prestasi. Dari sebuah bank syariah yang tidak diperhitungkan menjadi
bank yang mampu membuat lompatan enam anak tangga dari tahun 2006 sampai 2011.
Hal ini tak terlepas dari tangan dingin lelaki kelahiran Agustus 1959 ini dalam
memberikan teladan kerja yang syariah dan mmebawa BSM menjadi organisasi
pembelajar yang penuh dengan knowledge
workers. Yuslam yang juga Ketua Asosiasi
Bank Syariah Indonesia 2012-2015 ini bertekad menjadi bank syariah yang semakin
responsif terhadap kebutuhan costumer
dan menjadi 10 besar bank di Indonesia. Untuk menelisik langkah lelaki yang
suka khutbah Jumat ini dalam mendorong pegawai BSM menjadi knowledge
workers, tim Dunamis mewawancarainya
secara tertulis. Petikannya:
Tanya (T): Bank
Syariah Mandiri (BSM) ingin menjadi Becoming
Knowledge-Creating Company. Apa yang mendasari visi BSM ini, terutama
dikaitkan dengan bisnis BSM di sektor perbankan?
Jawab
(J): Perbankan merupakan industri yang termasuk knowledge intensive. Artinya,
perbankan merupakan sektor yang menuntut penggunaan pengetahuan tinggi dalam
proses operasionalnya. Selain, sektor perbankan merupakan sektor yang highly regulated sehingga pegawai perbankan
dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai terhadap regulasi dan standar
pengelolaan perbankan yang sehat.
BSM
memiliki target menjadi 10 besar bank di Indonesia. Untuk mencapai visi
tersebut, perlu akselarasi dalam peningkatan kinerja BSM. Salah satunya melalui
implementasi Knowledge Management.
T: Apa isu kritikal
atau strategis yang dihadapi BSM dalam perjalanan mewujudkan Becoming Knowledge-Creating Company?
J:
Terdapat empat isu kritikal dari sisi kepemimpinan, culture, dan infrastruktur teknologi informasi. Dari sisi
kepemimpinan adalah bagaimana terus mendorong pada direksi dan kepala divisi
untuk aktif dalam kegiatan knowledge
sharing. Kemudian pada sisi culture,
bagaimana kami terus menekankan nilai Excellence
menelusup dalam benak setiap pegawai. Dengan begitu pegawai terdorong untuk selalu
meningkatkan kompetensinya. Dan, dari sisi infrastruktur teknologi informasi, BSM
telah menggunakan aplikasi Microsoft Lync pada setiap PC pegawai di seluruh
Indonesia. Setiap pegawai mesti terus menerus diedukasi.
T: Adakah contoh
langkah nyata menangani tiga isu kritikal tersebut?
J:
Dapat saya contohkan best practices
sharing session Kantor Cabang Anambas dalam upaya mendapatkan pengelolaan
Dana Pemerintah. Direksi kemudian mendorong upaya best practices sharing dari satu cabang ke cabang lainnya. Para
pimpinan unit kerja terkait mendorong setiap pinpiman cabang untuk membagikan pengalaman
best practices di cabang
masing-masing. Selain itu, melalui program knowledge
sharing, para pimpinan unit kerja bekerja sama dengan divisi learning center memfasilitasi sebuah
workshop dalam rangka merumuskan kejelasan layanan pengelolaan dana pemerintah
agar dapat diterapkan di cabang seluruh Indonesia. Workshop tersebut menghadirkan
narasumber dari instansi pemerintahan terkait.
Selanjutnya,
hasil workshop tersebut disosialisasikan kepada seluruh cabang melalui
infrastuktur mailing list dan folder
publik BSM. Proses diskusi dan kolaborasi antar-pegawai yang terlibat dilakukan
melalui Microsoft lync.
Dari
langkah-langkah yang telah diambil tersebut, kami mengevaluasi pengelolaan Dana
Pemerintah pada setiap cabang secara periodik. Hasil evaluasi, kini sebanyak 20
cabang telah berhasil mengelola Dana Pemerintah sebesar Rp1,341 triliun.
T: Sejauh mana peran
CEO dan jajaran pimpinan lainnya di BSM dalam memotivasi dan mengembangkan
karyawan agar menjadi knowledge workers
yang terus meningkat kompetensinya dan mampu menghadapi dinamika perubahaan
lingkungan bisnis?
J:
Bersama jajaran pimpinan di BSM, selaku CEO, saya selalu terlibat dalam program
pengembangan SDM. Salah satunya, saya menulis buku “Memaknai Kerja”. Buku ini merupakan upaya saya untuk menuangkan
pemikiran-pemikiran tacit segenap
pegawai BSM menjadi eksplisit. Buku yang kini tengah disosialisasikan secara
masif ini mengingatkan para pegawai tentang makna kerja yang hakiki, terutama
bekerja di BSM. Menjadikan kerja menjadi ladang dakwah dan jihad. Para pejabat
senior BSM juga aktif dalam kegiatan penularan pemikiran-pemikiran “langit”
dalam forum-forum, antara lain Leadership Forum yang dilaksanakan dua kali setahun,
dan Pengajian Executive, yang diikuti oleh para Kepala Divisi.
Direksi
juga selalu mendorong pegawai BSM untuk meningkatkan kapasitas keilmuannya. Salah
satunya mendorong mereka mengikuti Program Beasiswa Bank. Program ini merupakan
program pembiayaan penuh pendidikan S2 bagi Peserta Program yang pelaksanaannya
diatur dan ditetapkan sesuai ketentuan Bank. Angkatan pertama tahun 2011, 5 orang
pegawai menerima beasiswa. Tahun 2012 sebanyak 14 orang penerima dan tahun ini direncanakan penerima Beasiswa S2 bertambah
lagi menjadi 25 orang.
Direksi
pun berpartisipasi aktif dalam program pengembangan kepemimpinan (Leadership Development Program). Terutama
sebagai Mentor dalam program Management
Development Program (MDP), Officer
Development Program (ODP), Middle
Management Development Program (MMDP), Senior
Management Development Program (SMDP), Banking
Officer Program (BOP), dan Banking
Staff Program (BSP).
T: Dalam mengembangkan
produknya, BSM tentu mendasarinya pada kebutuhan customer. Mohon uraikan salah satu contoh produk/jasa yang
menggambarkan hal ini?
J:
Benar, kami mengembangkan produk berdasarkan kebutuhan customer. Untuk melihat
apa yang dibutuhkan customer, kami melakukan riset terhadap nasabah potensial. Contohnya
ketika kami akan meluncurkan produk Gadai
Emas. Pada akhir tahun 2012, kami melakukan riset terhadap preferensi
masyarakat (nasabah, potential customer
dan competetitor customer) tentang Brand Awareness, Purchase Motives, Sikap
Terhadap Perusahaan, Gadai Behavior, Perhiasan
Behavior, dan Media Habit.
Hasil
riset menunjukkan, produk Gadai Emas
cukup potensial untuk dikembangkan di BSM. Benang merah tersebut kemudian kami gunakan sebagai acuan dalam pengembangan
dan pengelolaan produk Gadai Emas. Setelah
dilakukan remapping layanan dan
pegawai unit kerja gadai berdasarkan hasil riset menunjukkan peningkatan
kinerja. Dengan penerapan perubahan mulai bulan Januari 2013, terlihat pertumbuhan
produk Gadai Emas berada di atas pertumbuhan
yang ditargetkan.
Contoh
lainnya adalah saat kami hendak mengembangkan produk Deposito on Call (DOC) dan Tabungan
Bisnis. Kami mulai dengan mencari iformasi kebutuhan pasar lewat kotak
saran, media sosial dan kontak langsung customer. Lalu kami verifikasi
kebutuhan tersebut melalui riset, survei dan focus group discussion (FGD). Setelah memperoleh benang merah bahwa
produk ini layak dan potensial, kami mengajukan persetujuan ke manajemen dan
regulator. Dilanjutkan dengan koordinasi dan sosialisasi di lingkungan
internal. Saat ini kedua produk tersebut sedang dalam tahap pengembangan dan
segera dilakukan launching produk
dalam waktu dekat. ***
No comments:
Post a Comment