Dikisahkan, sebagian sahabat Nabi mengambil anak seekor
burung humarah dari sarangnya, dan induknya datang mengadu kepada Nabi untuk
meminta kembali anaknya.
Abdullah bin Mas’ud r.a. mengisahkan, “Suatu hari, kami bersama
Rasulullah melakukan perjalanan ke suatu tempat. Di tengah-tengah perjalanan, kami
melewati sebuah pohon, yang di atasnya terdapat sangkar burung humarah
bersama dua anaknya. Kami kemudian mengambil kedua anaknya itu. Tiba-tiba induk
burung humarah itu terbang ke sana ke mari lalu mendekati dan mengadu
kepada Rasulullah. Beliau pun bekata, ‘Siapa yang telah membuat sedih burung
ini karena kehilangan kedua anaknya?’ Kami menjawab, ‘Kami wahai Rasulullah.’ Ujar
Rasulullah, ‘Kembalikan kedua anaknya kepada burung ini.’ Kami pun lantas
mengembalikan kedua anak burung itu kepada induknya di tempatnya semula.”[1]
Sepotong Paha Kambing Berbicara kepada Nabi Muhamad Saw
Pada saat perang Khaibar, seorang
wanita Yahudi bernama Zainab
binti al-Harits memberikan
hadiah kepada Rasulullah berupa kambing panggang yang telah dibubuhi
racun. Perempuan ini bertanya
kepada kaumnya, “Daging mana yang
paling disukai oleh Rasulullah?”
Serempak kaum perempuan-perempuan Yahudi itu menjawab, “Bagian
paha.”
Zainab binti al-Harits kemudian membubuhi
racun paling banyak pada paha kambing tersebut. Tetapi saat akan dimakan oleh Rasulullah,
paha kambing itu berkata bahwa di dalamnya ada racun. Lalu Rasulullah berkata,
“Kalian semua berkumpulah!” Beliau berkata lagi, “Apakah kalian akan berkata
jujur bila aku menanyakan suatu hal kepada kalian?”
“Ya,” jawab para perempuan Yahudi itu.
Rasulullah berkata, “Apakah kalian membubuhi racun pada paha kambing
ini?”
Para perempuan Yahudi ini menjawab, “Ya.”
“Apa alasan kalian melakukan hal demikian?” tanya Rasulullah.
Para perempuan Yahudi ini menjawab, “Kami menghendaki, jika
engkau memang bukan seorang Nabi, maka kami tidak akan terganggu lagi. Tetapi jika
engkau benar seorang Nabi, maka perbuatan kami ini tidak akan membahayakanmu.”[2]
Unta pun Bersujud kepada Nabi Muhanmad Saw
Anas bin Malik r.a. bercerita, "Pada suatu hari, salah
satu keluarga kaum Anshar memiliki unta peliharaan yang digunakan untuk menyirami
tanaman di perkebunan. Tetapi ketika hendak dipekerjakan, tiba-tiba unta itu sulit
dijinakkan dan selalu mengelak bila hendak ditunggangi. Lalu mereka datang
kepada Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Nabi Allah! Sesungguhnya ada
seekor unta yang kami gunakan untuk menyirami tanaman
perkebunan. Hanya saja, unta itu tiba-tiba sulit dijinakkan
dan selalu mengelak bila hendak kami
tunggangi. Padahal, tanaman-tanaman serta pohon-pohon kurma kami dilanda
kekeringan.’ Rasulullah berkata, ‘Berdirilah kalian.’ Lalu mereka berdiri dan pergi
menuju ke kebun bersama Rasulullah. Sedangkan unta mereka berada di sebuah tepi
kebun.
Ketika Rasulullah berjalan menuju ke unta itu, orang-orang Anshar
tersebut berkata, ‘Wahai Nabi Allah! Sesungguhnya unta itu menjadi galak
seperti anjing. Kami khawatir dia akan menerjangmu.’ Rasulullah berkata, ‘Aku tidak
ada masalah dengan unta ini.’
Tatkala unta itu melihat Rasulullah, si unta langsung berdiri
dan berjalan menuju ke arah beliau. Sesampainya di hadapan Rasulullah, unta itu
tiba-tiba merobohkan diri dan bersujud kepadanya. Rasulullah
kemudian menyentuh ubun-ubun unta itu dan menjinakkannya dengan suatu hal yang
belum pernah terjadi sebelumnya, hingga beliau mulai mempekerjakan unta itu di kebun
mereka.
Para sahabat kemudian betanya kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah,
sesungguhnya binatang ini tidak memiliki akal namun dia bersujud kepadamu. Sedangkan kita
adalah manusia yang berakal maka kita lebih berhak untuk bersujud kepadamu.’ Rasulullah menjawab, ‘Tidak boleh seorang manusia bersujud kepada manusia lainnya. Tetapi jika seorang manusia
diperbolehkan bersujud kepada
manusia lainnya niscaya aku akan memerintahkan seorang wanita untuk bersujud kepada
suaminya karena besarnya hak suami terhadapnya. Demi Dzat yang
jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seorang suami memiliki luka dari ujung kaki
hingga ujung kepala yang mengalirkan nanah atau darah kemudian sang istri
menciumnya hingga menjilatinya, maka hal itu belum memenuhi seluruh haknya (istri) kepadanya (suami)’."[3]
Seekor Unta Menangis dan Mengadu kepada Nabi Muhamad Saw
Abdullah bin Ja'far berkata, “Suatu hari, Rasulullah memboncengku
di belakangnya kemudian beliau membisikkan suatu perkataan kepadaku yang tidak akan
aku ceritakan kepada siapapun. Dan, di antara hal yang paling beliau senangi ketika
hendak membuang (menutupi) hajatnya adalah di tempat dataran (tanah) tinggi
atau pohon kurma yang rimbun. Ketika itu, beliau memasuki perkebunan milik seorang
laki-laki Anshar. Tiba-tiba di perkebunan
itu terdapat unta. Tatkala unta tersebut melihat Rasulullah, unta pun merintih dan
kedua matanya mengeluarkan air mata. Kemudian beliau mendatanginya dan mengusap
tulang di belakang telinganya, lalu unta itu terdiam.
Setelah itu, beliau berkata, ‘Siapa pemilik unta ini?’ Kemudian
seorang pemuda Anshar datang kepada beliau dan berkata, ‘Aku, wahai Rasulullah.’
Beliau berkata, ‘Tidakkah kamu bertakwa kepada Allah, dalam memperlakukan binatang
ternak yang telah Allah berikan kepadamu? Unta itu telah mengeluh kepadaku
bahwa kamu telah menyakitinya dan membuatnya menjadi letih tak berdaya’."[4]
Mukjizat ini menjelaskan kepada kita bahwa betapa pentingnya
sebuah kasih sayang terhadap binatang; selalu menjaga dan merawatnya, serta berlaku
adil di saat dia dalam kondisi lemah, kuat ataupun saat binatang perlu istirahat.
No comments:
Post a Comment