Saturday, December 14, 2013

Seekor Burung Humarah Meminta Kembali Anaknya



Dikisahkan, sebagian sahabat Nabi mengambil anak seekor burung humarah dari sarangnya, dan induknya datang mengadu kepada Nabi untuk meminta kembali anaknya.
Abdullah bin Mas’ud r.a. mengisahkan, “Suatu hari, kami bersama Rasulullah melakukan perjalanan ke suatu tempat. Di tengah-tengah perjalanan, kami melewati sebuah pohon, yang di atasnya terdapat sangkar burung humarah bersama dua anaknya. Kami kemudian mengambil kedua anaknya itu. Tiba-tiba induk burung humarah itu terbang ke sana ke mari lalu mendekati dan mengadu kepada Rasulullah. Beliau pun bekata, ‘Siapa yang telah membuat sedih burung ini karena kehilangan kedua anaknya?’ Kami menjawab, ‘Kami wahai Rasulullah.’ Ujar Rasulullah, ‘Kembalikan kedua anaknya kepada burung ini.’ Kami pun lantas mengembalikan kedua anak burung itu kepada induknya di tempatnya semula.”[1]

Sepotong Paha Kambing Berbicara kepada Nabi Muhamad Saw
Pada saat perang Khaibar, seorang wanita Yahudi bernama Zainab binti al-Harits memberikan hadiah kepada Rasulullah berupa kambing panggang yang telah dibubuhi racun. Perempuan ini bertanya kepada kaumnya, “Daging mana yang paling disukai oleh Rasulullah?”
Serempak kaum perempuan-perempuan Yahudi itu menjawab, “Bagian paha.”  
Zainab binti al-Harits kemudian membubuhi racun paling banyak pada paha kambing tersebut. Tetapi saat akan dimakan oleh Rasulullah, paha kambing itu berkata bahwa di dalamnya ada racun. Lalu Rasulullah berkata, “Kalian semua berkumpulah!” Beliau berkata lagi, “Apakah kalian akan berkata jujur bila aku menanyakan suatu hal kepada kalian?”
“Ya,” jawab para perempuan Yahudi itu.
Rasulullah berkata, “Apakah kalian membubuhi racun pada paha kambing ini?”
Para perempuan Yahudi ini menjawab, “Ya.”
“Apa alasan kalian melakukan hal demikian?” tanya Rasulullah.
Para perempuan Yahudi ini menjawab, “Kami menghendaki, jika engkau memang bukan seorang Nabi, maka kami tidak akan terganggu lagi. Tetapi jika engkau benar seorang Nabi, maka perbuatan kami ini tidak akan membahayakanmu.”[2]

Unta pun Bersujud kepada Nabi Muhanmad Saw
Anas bin Malik r.a. bercerita, "Pada suatu hari, salah satu keluarga kaum Anshar memiliki unta peliharaan yang digunakan untuk menyirami tanaman di perkebunan. Tetapi ketika hendak dipekerjakan, tiba-tiba unta itu sulit dijinakkan dan selalu mengelak bila hendak ditunggangi. Lalu mereka datang kepada Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Nabi Allah! Sesungguhnya ada seekor unta yang kami gunakan untuk menyirami tanaman perkebunan. Hanya saja, unta itu tiba-tiba sulit dijinakkan dan selalu mengelak bila hendak kami tunggangi. Padahal, tanaman-tanaman serta pohon-pohon kurma kami dilanda kekeringan.’ Rasulullah berkata, ‘Berdirilah kalian.’ Lalu mereka berdiri dan pergi menuju ke kebun bersama Rasulullah. Sedangkan unta mereka berada di sebuah tepi kebun.
Ketika Rasulullah berjalan menuju ke unta itu, orang-orang Anshar tersebut berkata, ‘Wahai Nabi Allah! Sesungguhnya unta itu menjadi galak seperti anjing. Kami khawatir dia akan menerjangmu.’ Rasulullah berkata, ‘Aku tidak ada masalah dengan unta ini.’
Tatkala unta itu melihat Rasulullah, si unta langsung berdiri dan berjalan menuju ke arah beliau. Sesampainya di hadapan Rasulullah, unta itu tiba-tiba merobohkan diri dan bersujud kepadanya. Rasulullah kemudian menyentuh ubun-ubun unta itu dan menjinakkannya dengan suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, hingga beliau mulai mempekerjakan unta itu di kebun mereka.
Para sahabat kemudian betanya kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya binatang ini tidak memiliki akal namun dia bersujud kepadamu. Sedangkan kita adalah manusia yang berakal maka kita lebih berhak untuk bersujud kepadamu. Rasulullah menjawab, ‘Tidak boleh seorang manusia bersujud kepada manusia lainnya. Tetapi jika seorang manusia diperbolehkan bersujud kepada manusia lainnya niscaya aku akan memerintahkan seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya karena besarnya hak suami terhadapnya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya seorang suami memiliki luka dari ujung kaki hingga ujung kepala yang mengalirkan nanah atau darah kemudian sang istri menciumnya hingga menjilatinya, maka hal itu belum memenuhi seluruh haknya (istri) kepadanya (suami)’."[3]

Seekor Unta Menangis dan Mengadu kepada Nabi Muhamad Saw
Abdullah bin Ja'far berkata, “Suatu hari, Rasulullah memboncengku di belakangnya kemudian beliau membisikkan suatu perkataan kepadaku yang tidak akan aku ceritakan kepada siapapun. Dan, di antara hal yang paling beliau senangi ketika hendak membuang (menutupi) hajatnya adalah di tempat dataran (tanah) tinggi atau pohon kurma yang rimbun. Ketika itu, beliau memasuki perkebunan milik seorang laki-laki Anshar. Tiba-tiba di perkebunan itu terdapat unta. Tatkala unta tersebut melihat Rasulullah, unta pun merintih dan kedua matanya mengeluarkan air mata. Kemudian beliau mendatanginya dan mengusap tulang di belakang telinganya, lalu unta itu terdiam.
Setelah itu, beliau berkata, ‘Siapa pemilik unta ini?’ Kemudian seorang pemuda Anshar datang kepada beliau dan berkata, ‘Aku, wahai Rasulullah.’ Beliau berkata, ‘Tidakkah kamu bertakwa kepada Allah, dalam memperlakukan binatang ternak yang telah Allah berikan kepadamu? Unta itu telah mengeluh kepadaku bahwa kamu telah menyakitinya dan membuatnya menjadi letih tak berdaya’."[4]
Mukjizat ini menjelaskan kepada kita bahwa betapa pentingnya sebuah kasih sayang terhadap binatang; selalu menjaga dan merawatnya, serta berlaku adil di saat dia dalam kondisi lemah, kuat ataupun saat binatang perlu istirahat.


[1]Hadits Hasan, HR Abu Dawud (2675, 5268), dan HR Baihaqi (6/32-33).
[2]Hadits Shahih, HR Bukhari dan HR Abu Dawud (4509).
[3]Hadits Shahih, HR Ahmad (3/159) dan IbnuKatsir (6/149).
[4]Hadits Shahih, HR Muslim (1/268), HR Abu Dawud (2549), HR Ibnu Majah (340), (1/122), HR Imam Ahmad (1/204).

No comments:

Post a Comment