Menyambut
diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sejak awal tahun 2014
mendatang, Kementerian Kesehatan tengah berupaya mempersiapkan berbagai sarana
dan prasarana penunjang. Namun salah satu yang menjadi permasalahan, tenaga
kesehatan di lapangan masih timpang.
Persoalan
menumpuknya tenaga profesional di perkotaan dan meninggalkan daerah terpencil
terbengkalai begitu saja masih menjadi masalah klasik yang menjerat dunia
kesehatan Indonesia. Untuk proporsi dokter dan bidan saja, angkanya masih amat
timpang.
"Rasio
ketersediaan bidan per desa di Indonesia ini masih banyak berpusat di kota
besar. Jumlah desa yang memiliki bidan lebih dari 3 hanya ada di beberapa
provinsi, bahkan masih ada 1 bidan yang harus menangani 3 - 4 desa," kata
Julianto Wicaksono, Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Dalam acara
Media Briefing Hari Kontrasepsi Sedunia yang digelar di Ruang Serbaguna Gedung
BKKBN Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (19/9/2013),
Julianto mengemukakan bahwa kondisi serupa juga dijumpai pada persebaran dokter
di Indonesia.
Hal ini
membuat pencapaian target MDG's pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu
melahirkan terancam sulit tercapai. Tak hanya itu, pencapaian target
kependudukan dan KB pun menjadi sulit lantaran bidan sebagai ujung tombak tidak
tersebar dengan rata.
Memang
pemerintah telah berupaya mencapai kedua target tersebut sekaligus lewat
Jampersal atau Jaminan Persalinan. Prakteknya, ibu hamil yang menjalani
Jampersal akan otomatis menjadi peserta program KB. Jadi biaya persalinan yang
gratis tidak disalahgunakan untuk menambah jumlah anak seenaknya.
Namun
agaknya di lapangan sendiri pun program ini bisa dibilang gagal. Pasalnya
menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka
kematian ibu melahirkan sendiri ternyata malah naik menjadi 359 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan di tahun 2007 angkanya hanya 227 per 100.000 per
kelahiran hidup.
Sedangkan
pada program KB, angka kelahiran total atau Total Fertility Rate, yaitu jumlah
anak yang dilahirkan setiap wanita masih mandeg di angka 2,6 sejak tahun 2002.
Artinya, tiap wanita Indonesia rata-rata melahirkan atau memiliki 2,6 anak.
Padahal ditargetkan angkanya akan turun menjadi 2 di tahun 2012.
"Memang
cukup banyak yang harus dilakukan untuk mengantisipasi berbagai macam kesulitan
dalam melakukan operasional di lapangan, termasuk tentang kebijakan Jampersal.
Jampersal itu kendalanya tidak populer adalah karena berkaitan degan mekanisme
penagihan klaim pembiayaan," terang Julianto.
Menurut
Julianto, dana yang sedianya digunakan untuk Jampersal dipotong sebagian untuk
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Akibatnya, uang kompensiasi yang semestinya
diberikan kepada bidan atau tenaga kesehatan tidak diterima dengan layak.
(health.detik.com)
No comments:
Post a Comment