Thursday, November 14, 2013

Rahasia Adzan dan Shalat




Diriwayatkan dari Muhamad  bin Ishak dari al-Zuhriy dari Sa’id bin al-Musayyab dari Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabih, dia berkata, “Ketika Rasulullah Saw. hendak melaksanakan shalat, beliau memerintahkan untuk memukul lonceng sebagai tanda telah masuk waktu shalat sekaligus panggilan untuk kaum Mukmin. Hanya saja, beliau agak risih karena hal itu lebih menyerupai tradisi kaum Nasrani. Ketika aku tertidur, aku bermimpi melihat seorang pria yang mengenakan dua pakaian serba hijau itu berdiri sambil membawa lonceng di tangannya. Aku berkata padanya, “Wahai hamba Allah, apakah engkau hendak menjual lonceng itu?” Ia pun balik bertanya padaku, “Apa yang akan engkau lakukan dengan lonceng ini?” Aku menjawab, “Kami akan menggunakannya sebagai alat pemanggil shalat ketika waktunya telah tiba.”
Ia bertanya kembali, “Bolehkah aku memberitahukanmu sesuatu yang lebih baik dari pada (menggunakan lonceng) itu?.” Aku menjawab, “Iya, silahkan.” Lalu ia berkata, “Katakanlah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Asyhadu an Lâ Ilaha lllallah, Asyhadu an Lâ Ilaha Illallah. Asyhadu anna Muhamadar Rasulullâh, Asyhadu anna Muhamadar Rasulullah. Hayya ‘Alash Shalâh, Hayya ‘Alash Shalâh. Hayya ‘Alal Falâh, Hayya ‘Alal Falâh. Allâhu Akbar, Allâhu Akbar. Lâ Ilaha Illallâh.” Sejenak ia terdiam, lalu berkata lagi, “Dan jika engkau hendak mendirikan shalat, ucapkanlah, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar. Asyhadu an Lâ Ilaha lllallah. Asyhadu anna Muhamadar Rasulullah. Hayya ‘Alash Shalâh. Hayya ‘Alal Falâh. Qad Qâmatish Shalâh, Qad Qâmatish Shalah. Allâhu Akbar, Allâhu Akbar. Lâ Ilâha Illallah.”
Lalu pagi harinya, aku mendatangi Rasulullah Saw. dan menceritakan perihal mimpiku semalam. Rasulullah Saw. bersabda, “Ketahuilah bahwa mimpimu itu benar, insya Allah.” Setelah itu, Rasulullah Saw. mulai saat itu memerintahkan untuk mengumandangkan adzan, sebagai petanda waktu shalat telah tiba.
Selanjutnya, pada suatu hari, ketika sahabat Bilal r.a. mengumandangkan adzan dan memanggil Rasulullah Saw. untuk bersama-sama melaksanakan shalat berjamaah. Hanya saja, di pagi itu ia diberitahu bahwa Rasulullah Saw. masih tertidur. Maka sahabat Bilal pun meninggikan suaranya sembari mengucapkan, “Ash-Shalâtu Khairum Minan Naûm.” Sa’id bin al-Musayyab berkata bahwa kalimat ini Ash-Shalâtu Khairum Minan Naûm dimasukkan ke dalam susunan kalimat adzan pada shalat Subuh. (HR. Imam Ahmad dan Imam Abu Daud).  
Dalam redaksi lain dikatakan, “Maka ketika aku bangun di esok harinya, aku mendatangi Rasulullah Saw. dan memberitahukan perihal apa yang aku lihat dalam mimpiku. Rasulullah Saw. menjawab, “Mimpimu itu adalah benar, insya Allah. Sekarang berdirilah dan sampaikanlah kepada Bilal terkait apa yang engkau lihat dalam mimpimu semalam. Karena suara Bilal jauh lebih indah. Aku lalu memberitahu Bilal terkait mimpiku. Bilal pun langsung mengumandangkan adzan. Sehingga dari dalam rumah, sahabat Umar bin Khatab mendengar lafadh-lafadh adzan yang dikumandangkan oleh Bilal. Akhirnya Umar bin Khatab bergegas keluar rumah seraya menjinjing jubahnya, ia berkata, “Sungguh adalah Dzat Yang Maha Benar yang telah mengutusmu Wahai Rasulullah Saw. Sesungguhnya aku pun telah bermimpi seperti mimpinya.” Lalu Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya segala pujian benar-benar hanya untuk Allah Swt. semata.” (HR. Imam Tirmidzi).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Seandainya manusia tahu pahala yang tersimpan ketika adzan dikumandangkan, niscaya mereka akan berebut untuk datang ke masjid lalu mengisi barisan pertama. Seandainya mereka tahu pahala shalat pada waktunya, niscaya mereka tidak akan pernah mengakhirkannya. Dan jika saja manusia tahu pahala pada shalat isya’ dan shalat subuh, niscaya mereka akan selalu membayangkan untuk mendapatkannya, meskipun berjalan menggunakan kedua telapan tangan (merangkak) untuk mewujudkannya.”
Diriwayatkan juga dari sahabat Umar bin Khatab r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Jika seorang Muadzin mengumandangkan adzan, “Allaâhu Akbar, Allâhu Akbar” Kemudian kalian menjawab, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar.” Lalu jika ia meneruskan, “Asyhadu an Lâ Ilâha Illallâh.” Dan juga kalian menyahutnya,“Asyhadu an Lâ Ilâha Illallâh.” Kemudian ia melanjutkan,“Asyhadu anna Muhamadar Rasulullah.” Kalian pun menjawab, “Asyhadu anna Muhamadar Rasulullah.” Lalu ia meneruskan, Hayya ‘Alash Shalâh.” Maka sahutlah dengan mengucapkan, “Lâ Haula wa Lâ Quwata Illa Billah.” Kemudian ia melanjutkannya dengan, Hayya ‘Alal Falah.” Ucapkanlah, “Lâ Haula wa Lâ Quwata Illa Billah.” Lalu diteruskan dengan, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar.” Sahutlah dengan, “Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Dan ketika sang muadzin telah sampai pada kalimat terakhir, “Lâ Ilâha Illallâh.” jika kalian menyahutnya dengan mengucapkan, “Lâ Ilâha Illallâh” dengan sepenuh hati, niscaya kalian akan masuk surga.”( HR. Imam Muslim dan Imam Abu Daud).
Diceritakan dari Syahr bin Hausyab r.a., dari Abu Amamah r.a. atau dari sebagian para sahabat Rasulullah Saw. bahwa sahabat Bilal saat mengucapkan lafadh-lafadh iqamah, maka ketika ia sampai pada lafadh, “Qad Qâmatish Shalah”, Rasulullah Saw. bersabda, “Aqamaha Allah wa Adamaha.” Adapun dalam kalimat iqamah yang lainnya, semua jawabannya sama dengan hadits Umar bin Khattab sebagaimana dalam Adzan.(HR. Imam Abu Daud).
Dan diriwayatkan pula dari sahabat Jabir r.a bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang sesaat setelah mendengar adzan kemudian berdoa:
, وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ , آتِ مُحَمَّدًا نِ الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَة , اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّة
وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا نِ الَّذِى وَعَدْتَهُ.

 Ya Allah Dzat yang menguasai seruan ini, dan shalat yang akan dilaksanakan, berikanlah Nabi Muhamad kedudukan serta keutamaan, dan berikan padanya derajat tinggi yang telah Engkau janjikan padanya.”

“Maka orang tersebut berhak mendapatkan syafa’atku di hari kiamat nanti.”
Diriwayatkan dari Anas bin Malik  r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Ketahuilah bahwa doa yang dipanjatkan di sela-sela waktu antara adzan dan iqamah tidak akan tertolak.” (HR. Imam Ahmad, Imam Abu Daud dan Imam Tirmidzi).

No comments:

Post a Comment