Rasulullah Saw. telah memberi
pengetahuan agama
kepada kita
melalui hadits-haditsnya. Dalam hadits-hadits tersebut kita diajarkan dan
dianjurkan untuk mendirikan shalat-shalat sunah; baik itu shalat sunah seperti yag
dikerjakan secara biasa (pada umumnya) maupun shalat sunah yang dikerjakan
secara berlebihan bagi mereka yang ingin memperbanyak amal kebaikannya.
Diriwayatkan dari Abdullah bin
Umar r.a. bahwa ia senantiasa menjaga shalat sunah dua rakaat sebelum dan
sesudah shalat dzuhur, dua rakaat setelah shalat maghrib, dua rakaat setelah shalat
isya’, dan dua rakaat sebelum shalat subuh. Suatu ketika, ia menunggu Rasulullah
Saw. untuk melaksanakan shalat subuh secara berjamaah. Lama ia menunggu, namun Rasulullah
Saw. masih belum datang. Akhirnya sayidah Hafshah memberitahunya bahwa Rasulullah
Saw. setelah masuk waktu shalat dan muadzin telah selesai melantunkan
kalimat-kaliamat adzan, beliau mendirikan shalat dua rakaat.” (HR. Muttafaq
‘Alaih).
Shalat
Malam
Diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a. bahwa suatu ketika Rasulullah Saw. ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah
Saw., shalat apakah yang paling utama setelah shalat wajib lima waktu?” Rasulullah
Saw. menjawab, “Shalat sunah pada waktu sepertiga malam.” Sahabat tadi bertanya
lagi, “Wahai Rasulullah Saw., puasa apakah yang paling utama setelah puasa pada
bulan Ramadhan?.” Rasulullah Saw. menjawab, “Puasa pada bulan Muharram.”
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a.
bahwa suatu hari ada seorang sahabat yang
berdiri lalu bertanya pada Rasululah, “Wahai Rasulullah Saw., bagaimakah
tata-cara shalat malam itu?” Rasulullah Saw. menjawab, “Shalat malam itu dikerjakan dua rakaat, dua rakaat. Dan sesaat
sebelum pagi, shalat sunah witirlah satu rakaat.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Imam Ahmad dalam riwayatnya
menambahkan, “Shalat malam itu dua rakaat, dua
rakaat yang masing-masing diakhiri dengan salam.”
Dan dalam riwayat Imam Muslim, “Ibnu Umar lalu ditanya, “Apakah yang dimaksud dengan dua
rakaat-dua rakaat itu?”Ia pun menjawab, “Setiap dua rakaat yang diakhiri dengan
salam.”
Shalat
Witir
Diriwayatkan dari Abu Ayub r.a.
bahwa Rasullah bersabda, “Shalat sunah witir benar adanya. Barang siapa yang
menghendaki shalat sunah witir sebanyak lima rakaat, maka lakukanlah. Barang
siapa yang menghendaki shalat sunah witir sebanyak tiga rakaat, maka
lakukanlah. Dan barang siapa yang menghendaki shalat sunah witir hanya dengan
satu rakaat, maka lakukanlah.”
Dalam redaksi Imam Abu Daud
dikatakan, “Shalat sunah witir itu benar
adanya.
Dan bagi setiap
muslim dibenarkan untuk melakukannya.” Ibnu Mundzir r.a. memberikan komentar
bahwa shalat sunah witir memang benar dan dibenarkan. Namun derajatnya tidak sampai pada derajat wajib
sebagaimana shalat lima waktu dalam sehari-semalam.
Diceritakan pula dari Kharijah bin
Hudzafah r.a. bahwa “Suatu ketika Rasulullah Saw. sebelum memimpin shalat subuh
berjamaah, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. telah memberi kalian satu
amalan shalat sunah yang memiliki derajat kebaikan yang tinggi. Kami pun
bertanya, “Wahai Rasulullah Saw., apakah shalat sunah itu?” Rasulullah Saw. menjawab,
“Ia adalah shalat sunah witir; yaitu shalat sunah yang dilakukan diantara
setelah shalat isya’dan sebelum shalat subuh.”
Shalat
Sunah Fajar
Diriwayatkan dari sayidah Aisyah
r.a. bahwa “Ketika Rasulullah Saw. mengerjakan shalat sunah dua rakaat pada
waktu fajar, beliau melaksanakannya
dengan bersungguh-sungguh.” Dan dalam riwayat sayidah Aisyah r.a. yang lain
bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Shalat sunah dua rakaat pada waktu fajar jauh
lebih baik daripada dunia dan isinya.” (HR. Imam Ahmad, Imam Muslim dan Imam Tirmidzi).
Shalat
Sunah Dhuha
Dicerikan dari sayidah Aisyah r.a.
bahwa “Rasulullah Saw. melakukan shalat sunah dhuha sebanyak empat
rakaat, dan kadang-kadang ia menambahkannya.” (HR. Imam Ahmad, Imam Muslim dan
Imam Ibn Majah).
Shalat
Sunah sebelum
dan sesudah
Shalat Dzuhur
Diriwayatkan dari Umu Habibah r.a.
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa melaksanakan shalat
sunah empat rakaat sebelum shalat dzuhur, dan empat rakaat setelah shalat
dzuhur, maka Allah Swt. akan mengharamkannya untuk masuk ke dalam neraka.”
Shalat
Sunah sebelum Shalat Ashar
Deceritakan dari Ibnu Umar r.a.
bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Allah Swt. akan memberikan rahmat-Nya bagi
siapa saja yang melaksanakan shalat sunah empat rakaat sebelum shalat ashar.” (HR. Imam Ahmad, Imam Abu Daud dan Imam
Tirmidzi).
Shalat
Sunah Setelah Wudhu
Diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a. bahwa Rasulullah Saw. berkata kepada sahabat Bilal r.a. sebelum shalat
subuh, “Wahai Bilal, beritahukanlah kepadaku amalan apa yang semestinya aku lakukan
dalam agama Islam. Ketahuilah bahwa aku mendegar suara kepak kedua sandalmu di surga nanti
bersamaku.” Sahabat Bilal menjawab, “Aku tidak selalu dalam keadaan suci dalam
sehari-semalam. Namun, ketika aku berada
dalam keadaan suci, aku
selalu
mendirikan shalat sunah.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Shalat
Sunah Tahiyat Masjid
Diceritakan dari Abu Qatadah r.a.
bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa diantara kalian yang memasuki
masjid, maka janganlah ia langsung duduk kecuali setelah melakukan shalat sunah
dua rakaat.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Dan diriwayatkan pula bahwa Rasulullah
Saw. bersabda, “Wahai umatku, berilah masjid-masjid itu apa yang menjadi haknya.”
Para sahabat pun lantas bertanya, “Wahai Rasulullah Saw.,
apakah yang dimaksud dengan hak-hak masjid itu?” Rasulullah Saw. menjawab, “Shalatlah
dua rakaat sebelum kalian duduk.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Shalat
Sunah di Hari Jum’at
Diriwayatkan dari Abu Ayub r.a.
bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang mandi di
hari Jum’at, lalu memakai wangi-wangian, kemudian memakai pakaian terbaiknya,
lalu pergi ke masjid untuk melaksanan shalat Jum’at. Lalu sesampainya di masjid
ia melaksanakan shalat sunah, tidak mengganggu konsenterasi jama’ah lain, dan
ia diam untuk menderngarkan khutbah sampai selesai shalat jum’at, maka baginya
kebaikan. Dan, ia akan ditanggung hidupnya selama satu minggu ke
depan” (HR. Imam Ahmad).
Keutamaan
Sujud
Diceritakan dari Abu Hurairah r.a.
bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Seorang hamba akan sangat dekat jaraknya
dengan Allah Swt. ketika ia berada dalam posisi sujud. Maka perbanyaklah doa
ketika kalian sujud.” (HR.
Imam Ahmad, Imam
Muslin, Imam Abu Daud dan Imam Nasa’i).
Dikisahkan pula dari Amru bin Abasah r.a. bahwa Rasulullah
Saw. bersabda, “Seorang hamba akan menjadi sangat dekat dengan Allah Swt. pada
waktu sepertiga malam. Dan jika kalian sanggup melakukan shalat pada waktu
sepertiga malam itu untuk mengingat Allah Swt., maka lakukanlah.” (HR.
Imam Tirmidzi).
Shalat
Sunah Di
Rumah dan Shalat Wajib Di
Masjid
Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit r.a.
bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda, “Sebaik-baiknya shalat adalah shalatnya
seorang hamba di dalam rumahnya, kecuali shalat wajib (karena untuk shalat
wajib akan jauh lebih baik jika ia pergi ke masjid untuk berjama’ah).”
Waktu-Waktu
yang Dimakruhkan untuk Shalat Sunah
Dikisahkan dari Abu Sa’ad r.a. bahwa
Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak dibenarkan untuk melakukan shalat setelah shalat
ashar hingga sampai terbenamnya matahari. Dan tidak dibenarkan pula untuk
mendirikan shalat setelah shalat subuh hingga sampai matahari benar-benar telah
terbit.”
Dalam redaksi lain, “Tidak dibenarkan untuk melakukan shalat
apapun setelah dua shalat wajib; yaitu seteleh
shalat subuh sampai matahari benar-benar terbit, dan setelah shalat ashar
sampai matahari benar-benar terbenam.” (HR. Imam Ahmad dan Imam Bukhari).
Shalat
Sunah Istikharah
Diceritakan dari Jabir bin
Abdullah r.a. bahwa Rasulullah Saw. telah mengajarkan kepada kami tentang
bagaimana tata-cara shalat istikharah ketika menghadapi sesuatu atau memiliki
sebuah keinginan dengan sangat detail – sebagaimana beliau telah mengajarkan
surat-surat al-Qur’an kepada kami. Rasulullah Saw. bersabda, “Jika kalian
ragu-ragu dalam menentukan atau memilih suatu perkara, maka shalat sunatlah dua
rakaat. Kemudian berdoalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي
“Ya Allah, aku memohon pilihan kepada-Mu
dengan ilmu-Mu dan memohon kemampuan dengan kekuasaan-Mu dan aku memohon
karunia-Mu yang Agung. Karena Engkau Maha Mampu sedang aku tidak mampu. Engkau
Maha Mengetahui sedang aku tidak mengetahui. Engkaulah yang Maha Mengetahui
perkara yang gaib. Ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini baik
untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan berilah kesudahan urusanku ini.”
Atau berdoalah:
عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي
“Di waktu dekat atau di masa nanti, maka
takdirkanlah buatku dan mudahkanlah, kemudian berikanlah berkah padanya. Namun
sebaliknya ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku,
bagi agamaku, kehidupanku dan berilah kesudahan urusanku ini.”
Atau juga berdoalah:
فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي
“Di waktu dekat atau di masa nanti, maka jauhkanlah urusan dariku dan jauhkanlah
aku darinya. Dan tetapkanlah buatku urusan yang baik saja dimanapun adanya. Kemudian
jadikanlah aku ridha dengan ketetapan-Mu itu.”
Lalu beliau bersada, “Setelah kalian berdoa, sebutkanlah
perkara-perkara yang membuat kalian menjadi bingung atau ragu-ragu.”
Shalat
Sunah Hajat
Allah Swt. telah mensyariatkan shalat
sunah hajat agar hamba-hamba-Nya tidak meminta pertolongan kepada yang
selain-Nya. Ketika kalian menginginkan suatu hal atau perkara tertentu, disunahkan
bagi kalian untuk melaksanakan shalat sunat hajat dua rakaat. Kemudian berikanlah segala pujian
hanya untuk Allah Swt, dan
bacalah shalawat untuk utusan-Nya serta berdoalah:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ سُبْحَانَ
اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ
كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ لاَ تَدَعْ لِى ذَنْبًا إِلاَّ
غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ حَاجَةً هِىَ لَكَ رِضًا إِلاَّ
قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
“Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Lembut dan Maha
Penyantun. Maha Suci Allah, Tuhan Pemelihara Arsy yang Maha
Agung. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Kepada-Mulah aku
memohon sesuatu yang mewajibkan rahmat-Mu. Dan sesuatu yang mendatangkan
ampunan-Mu dan memperoleh keuntungan pada tiap-tiap kebaikan. Janganlah Engkau
biarkan dosa daripada diriku, melainkan Engkau ampuni dan tidak ada sesuatu
kepentingan, melainkan Engkau beri jalan keluar, dan tidak pula sesuatu hajat
yang mendapat kerelaan-Mu, melainkan Engkau kabulkan. Wahai Tuhan Yang Paling
Pengasih dan Penyayang.”
No comments:
Post a Comment