Tuesday, December 17, 2013

Seekor Unta Bersujud kepada Nabi Muhamad Saw



Aisyah r.a bercerita, “Suatu ketika, Rasulullah Saw berjalan bersama sekelompok kaum Muhajirin dan Anshar, tiba tiba datang seekor unta yang langsung bersujud kepadanya. Sebab itu para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, hewan-hewan dan pepohonan bersujud kepadamu, maka sesungguhnya kami lebih berhak untuk bersujud kepadamu.’ Nabi kemudian bersabda, ‘Sembahlah Tuhanmu dan muliakan saudara-saudaramu. Kalau aku diperbolehkan menyuruh seseorang untuk bersujud kepada seseorang yang lain, niscaya aku akan menyuruh seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya. Apabila dia menyuruh istrinya untuk memindahkan gunung kuning ke gunung hitam dan kemudian ke gunung putih, maka hal ini adalah sebuah kewajiban bagi si istri untuk melaksanakannya’.”[1]

Biarkanlah Unta itu Menentukan Jalannya Sendiri!
Saat Nabi tiba di Madinah, hari itu bertepatan hari Jum’at. Lalu Nabi melaksanakan shalat Jum’at di Desa Bani Salim bin Auf. Ini adalah pengalaman kali pertama (bagi sebagian kaum Muslim) dalam melaksanakan shalat Jum’at di masjid yang terletak di tengah-tengah lembah.
Ketika baru sampai di desa ini, penduduk setempat berbondong-bondong memegang tali unta Nabi, seraya berkata, “Mampirlah ke mari (rumahku), wahai Rasulullah. Aku akan mengasih hidangan, peralatan keamanan, dan perlindungan.”
Lalu Nabi berkata, ”Biarkanlah unta ini menentukan jalannya karena dia sudah tahu apa yang akan dilakukannya.” Unta Nabi tidak berhenti dan terus berjalan melewati satu rumah ke rumah yang lain, hingga sampailah di sebuah masjid. Sesampainya di masjid, Nabi tidak turun dari untanya sebelum unta itu berhenti sendiri dari jalannya yang semakin perlahan. Tiba-tiba unta itu menoleh dan kembali ke tempat semula yang dilaluinya, dan akhirnya unta itu berhenti di rumah saudara laki-laki Nabi dari Bani Najar.
Peristiwa ini menimbulkan perbincangan ramai di kalangan penduduk Madinah. Dengan segera, Abu Ayyub mempersilakan beliau agar segera masuk ke rumahnya, dan menyediakan tempat beristirahat buat beliau. Mengenai hal ini, Rasulullah berkata, “Seseorang akan selalu bersama tunggangannya.”[2]

Anjuran Nabi Menjadikan Tajam Ingatan Abu Hurairah r.a.
Al-A’raj mendengar Abu Hurairah pernah berucap, “Sesungguhnya kalian mengira bahwa aku (Abu Hurairah) sangat banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah. Demi Allah, Allah Maha Memenuhi Janji. Kalian juga mengatakan bahwa, ‘Tidak ada seorang pun dari golongan Muhajirin ataupun Anshar yang meriwayatkan hadits dari Nabi Saw?’
Ketahuilah, bahwa para sahabatku dari Muhajirin disibukkan dengan urusan perniagaan di pasar-pasar. Dan, para sahabatku dari Anshar disibukkan oleh pertanian di perkebunan mereka. Sementara aku dahulu adalah hanya orang miskin. Dengan begitu aku lebih banyak mengikuti majlis Rasulullah Saw. Aku selalu hadir ketika yang lain tidak hadir. Aku selalu menghafal apa yang disampaikan Rasulullah, ketika kebanyakan mereka lupa.
Suatu hari, Rasulullah bersabda, ‘Barang siapa yang membentangkan selendangnya ketika aku membacakan hadits-haditsku hingga selesai, lalu ditangkupkan selendang itu, maka dia tidak akan lupa sedikitpun atas apa yang dia dengar dariku selamanya.’ Maka aku pun membentangkan selendangku sampai beliau selesai membacakan hadits-hadits kemudian aku tangkupkan pada diriku. Demi Allah, sejak saat itu aku tidak pernah lupa sedikitpun atas apa yang aku dengar dari Rasulullah.
Demi Allah, kalau bukan karena Janji Allah di dalam al-Qur’an, niscaya aku tidak akan meriwayatkan sesuatu pun kepada kalian selamanya.” Kemudian Abu Hurairah membacakan sebuah ayat:[3]
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk.” (QS Al-Baqarah [2]: 159).


[1]Hadits Hasan, HR Ahmad (6/76), HR Ibnu Majah (1852).
[2]Hadits Shahih, HR Bukhari (7/196-197), dan HR Muslim (3/1623).
[3]Hadits Shahih, HR Muslim dan HR Baihaqi (6/201).

No comments:

Post a Comment