Pemerintah
Kota Depok menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai 1 Januari 2014.
Sebanyak 450 ribu penduduk Depok dari berbagai kalangan mulai mendapatkan
jaminan tersebut. Sementara, 183 ribu warga miskin yang tercover dalam jaminan
kesehatan daerah (Jamkesda) belum dimasukan dalam JKN pada tahun 2014.
"183
ribu peserta Jamkesda akan bergabung ke JKN pada 2015," kata Kepala Dinas
Kesehatan Kota Depok, Lies Karmawati pada Tempo, Senin, 30 Desember 2013.
Sepanjang 2014 nanti, sejumlah masyarakat miskin itu masih akan menggunakan
anggaran Jamkesda dari APBD.
450 ribu
orang yang telah bergabung dalam JKN itu terdiri dari 230 ribu orang warga
miskin yang selama ini sudah tercover oleh jaminan kesehatan masyarakat
(Jamkesmas), 40 ribu orang dari Asuransi Kesehatan (Askes), 40 ribu orang dari
kalangan Polri dan TNI, dan 40 ribu dari jaminan sosial tenaga kerja
(Jamsostek). "Pada 1 Januari mereka sudah bisa menggukan JKN," kata
Lies.
Dikatan
Lies, sebanyak 41 Puskesmas yang tersebar di 11 Kecamatan di Depok telah siap
melayani masyarakat yang menggunakan JKN. Selain itu, mereka juga bekerjasama
dengan dokter praktek mandiri dan klinik-klinik di Depok. "RSUD Depok juga
sudah siap melayani," katanya.
Lies
menjelaskan, mereka tidak merasa kesulitan untuk mempersiapkan penerapan JKN di
Depok. Karena pelayanannya akan sama seperti pelayanan peserta Jamkesmas atau
Jamkesda yang sudah lama dijalankan. Hanya saja, premi atau biayanya nanti
diambil dari alokasi dana JKN. "Kalau di Depok kan seperti biasa, pasien
umum tetap bayar preminya," katanya.
Seperti
diketahui, Pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) telah
menetapkan alokasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan premi per orangnya
sebesar Rp 19.225 sebulan. JKN ini akan mulai diberlakukan secara serentak di
seluruh Indonesia pada 1 Januari 2014.
Meski
begitu, masih banyak warga Depok yang belum tahu akan diselenggarakannya JKN.
Soalnya, tidak ada pengumuman khusus atau sosiali khusus yang dilakukan.
Sebagai contoh di Puskesmas Pancoran Mas. Meski beroperasi 24 jam, Puskesmas
tersebut sudah tidak menerima tamu pada pukul 14.00. "Buka biasanya sampai
jam 14.00," kata seorang dokter yang tak mau dosebut namanya.
Wanita muda
berkerudung itu mengaku Puskesmas tersebut sudah siap menerapkan JKN. Namun,
memang tidak ada persiapan khusus yang dilakukan.
Tidak ada
tanda-tanda atau persiapan khusus penerapan JKN. Tidak ada pengumuman atau
penempelan informasi tentang pelayanan JKN. "Sejauh ini sudah siap.
pelayanannya masih berlaku seperti biasa, sama dengan melayani pasien jamkesda
atau jamkesmas," katanya.
Salah
seorang peserta Askes, Parindingan Aritanong, 56 tahun, mengaku belum tahu soal
akan diterapkannya Askes itu. Meski begitu, dirinya sudah mengetahui adanya JKN
dari pemerintah pusat. "Saya enggak tahu, belum disarankan juga,"
katanya.
Guru yang
tinggal di Mekarjaya, Sukmajaya, Depok itu mengaku sudah puluhan tahun memakai
Askes. Setiap bulan, gajinya dipotong oleh Askes. Namun, dia mengaku puas
dengan kegunaan kartunya itu. Soal JKN, kata dia, itu akan sangat membantu
masyarakat miskin. "Saya rasa akan membantu masyarakat miskin, apalagi
untuk berobat ke rumah sakit," katanya.
Sementara
kantor BPJS yang satu atap dengan PT Akses di Jalan Kemakmuran, Sukmajaya
terlihat sepi. Salah seorang pegawai Askes mengaku Ketua BPJS Depok Aan Hasanah
sedang tidak ditempat. "Tadi sudah pergi sosialisasi JKN," kata
pegawai tersebut.
Menurut
dia, BPJS memang tidak melakukan penempelan pamflet atau sosialisasi spanduk
soal penerapan JKN. Sosialisasi akan dilakukan BPJS dengan cara langsung turun
ke masyarakat. "Tadi pagi sosialisasinya di Jalan Margonda Raya, kalau
sekarang enggak tahu dimana," katanya. Wanita itu mengaku tidak bisa mendetail
atau menjelaskan soal JKN karena bukanlah kewenangannya. (www.tempo.co)
No comments:
Post a Comment