Oleh Jondri Akmal
Alumni Pascasarjana Kajian
Administrasi Rumah Sakit Unand dan Staf Diskes Siak
Dulu
ketika kita berobat ke rumah sakit, dan bertanya pada resepsionis berapa biaya
berobat atau biaya sebuah operasi misalnya operasi usus buntu, maka pihak rumah
sakit menjawab kami belum dapat
menentukan berapa biaya yang harus dibayarkan, semuanya tergantung situasi,
tergantung lama rawatan, tergantung kelas rawatan dan sebagainya.
Tetapi
akhir-akhir ini, sering kita lihat di media masa atau terpampang di billboard
iklan ada biaya paket melahirkan atau biaya paket operasi usus buntu di sebuah
rumah sakit tertentut.
Inilah era
di mana biaya kesehatan yang dikemas dalam paket-paket nilai. Inilah era biaya
by paket.
Mantap
memang, di satu sisi sangat membantu masyarakat tetapi di sisi lain juga kadang
membingungkan pihak RS. Apa itu biaya paket kesehatan. Apa yang
melatarbelakangi biaya paket tersebut?
Biaya Paket dengan Manajemen Casemix
Casemix
dikatakan sebagai ilmu untuk mengklasifikasikan dan menilai kumpulan dari
sumber daya pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Sistem
casemix adalah solusi terbaik untuk pengendalian biaya kesehatan sebab
berhubungan dengan mutu, pemerataan, jangkauan dalam sistem kesehatan yang
menjadi salah satu unsur dalam pembelanjaan kesehatan serta mekanisme
pembayaran untuk pasien berbasis kasus campuran.
Casemix
juga merupakan salah satu metode yang
memungkinkan upaya menetapkan ekuiti, efisiensi dan kualitas suatu rumah sakit
dengan melakukan identifikasi campuran jenis kasus/ pasien yang dirawat dan
identifikasi dari seluruh sumber daya yang digunakan.
Sistem
casemix adalah juga mengklasifikasi penyakit yang digabung dengan biaya
perawatan di rumah sakit berdasar pada pengelompokan diagnosis akhir penyakit
sejenis dan kompleksitas pengelolaan kasus (penyakit).
Setakat ini sistem casemix telah dipergunakan oleh
lebih dan 50 negara di dunia. Sistem casemix yang paling banyak dikenal saat
ini adalah Diagnosis Related’s Group (DRG).
Di Amerika
Serikat, sistem casemix menggunakan istilah International Refined DRG (IR-DRG),
di Australia dikenal dengan Australian National- DRG (ANDRG), di Inggris
dikenal dengan Health Care Resource Groups (HRG), di Malaysia dikenal dengan
Malaysian–DRG. Sementara di Indonesia dikenal
dengan nama Indonesia Diagnosis Related Group (INA-DRG).
Dalam
sejarahnya Diagnostic Related Group (DRG) mulai diperkenalkan pertama kali oleh
Profesor Bob Fetter dan Jon Thompson dari Yale University pada tahun 1980.
Sistem
pembayaran DRG digunakan oleh pemerintah Amerika Serikat dalam program Medicare
mulai 1 Oktober 1983. Program Medicare adalah program asuransi
kesehatan sosial di Amerika Serikat yang dananya dikumpulkan dari iuran
wajib pekerja sebesar 1,45 persen gaji per penghasilannya ditambah 1,45 persen
lagi dari majikan pekerja
Sementara
di Indonesia baru menggunakan sistem casemix ini dengan nama INA-DRG-nya mulai
awal September 2008, hal ini mengacu kepada Surat Edaran Menteri Kesehatan RI
Nomor 586/Menkes/VII/2008 tanggal 3 Juli 2008 dan Nomor 807/Menkes/E/VIII/2008 tanggal 29
Agustus 2008 tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelayanan Jamkesmas 2008.
INA-DRG
casemix berisi tarif paket pelayanan kesehatan yang meliputi diagnosis, jumlah
hari rawat dan besar biaya per diagnosis penyakit.
Keuntungan menggunakan INA-DRG adalah transparansi tarif
atas biaya pelayanan yang diberikan serta adanya perencanaan pelayanan pasien
yang lebih baik
DRG adalah
suatu sistem pemberian imbalan jasa pelayanan kesehatan pada penyedia pelayanan
kesehatan (PPK) yang ditetapkan berdasarkan pengelompokkan diagnosa penyakit.
Diagnosis
dalam DRG sesuai dengan ICD-9 CM (International Classification Disease Ninth
Edition Clinical Modification) dan ICD-10.
Dengan
adanya ICD memudahkan dalam pengelompokkan penyakit agar tidak terjadi tumpang
tindih.
Pengelompokkan
diagnosis ditetapkan berdasarkan dua prinsip yaitu clinical homogenity (pasien
yang memiliki kesamaan klinis) dan resource homogenity (pasien yang menggunakan
intensitas sumber-sumber yang sama untuk terapi/ kesamaan konsumsi sumber
daya).
Dua tahun
belakangan ini istilah INA.DRG berubah nama dengan INA-CBGs di mana
perbedaannya menurut hemat penulis tidak begitu banyak.
Alasan lain
perlu adanya klasifikasi penyakit adalah bahwa rumah sakit memiliki banyak
produk pelayanan kesehatan sehingga dengan adanya klasifikasi tersebut dapat
menerangkan dari berbagai produk tersebut.
Selain itu,
dapat juga membantu klinisi dalam meningkatkan pelayanan, membantu dalam memahami pemakaian sumber daya dan
menciptakan alokasi sumber daya yang lebih adil, meningkatkan efisiensi dalam
melayani pasien serta menyediakan informasi yang komparatif antar rumah sakit.
Sebagai
contoh, seorang pasien dengan diagnose hipertensi tanpa komplikasi, dalam paket
tarif pelayanan untuk rumah sakit kelas B adalah Rp2.903.555 dengan lama hari
rawat tujuh hari.
Namun
apabila klaim yang diajukan rumah sakit mencapai Rp3.750.000 terdapat selisih
pembiayaan pasien. Kelebihan biaya tersebut dapat diakibatkan kurang baiknya
rencana penatalaksanaan pengobatan pasien atau mungkin karena tingkat/derajat
keparahan penyakit yang diderita oleh pasien.
Era Biaya Per Paket
Akibat
perubahan sistem layanan kesehatan yang ada sekarang ini dan dengan
meningkatnya biaya kesehatan maka pembiayaan rumah sakit dengan menggunakan
asuransi kesehatan (Jamkesmas, Jamkesda, Askes, Asabri, atau Jamsostek atau
JKN) menjadi hal yang sangat relevan, dalam asuransi kesehatan ini maka sistem
manajemen casemix dengan model biaya perpaket menjadi salah satu pemecahan
masalah.
Sehingga
sistem pembiayaan pelayanan kesehatan by paket ini berhubungan dengan mutu,
pemerataan dan keterjangkauan dan juga kepastian
Jadi dapat
kita disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan dengan mutu yang baik dan biaya
terjangkau serta penuh kepastian menjadi harapan bagi seluruh masyarakat.
Rumah sakit
yang merupakan pemberi pelayanan kesehatan yang utama yang harus melakukan
pengendalian biaya dan pengendalian mutu.
Pengembangan
pelayanan rumah sakit dengan pembiayaan atau pembayaran yang terstandar akan
dapat memberikan banyak keuntungan baik bagi pasien, terbukti bahwa manajemen
casemix dengan model biaya by paket mampu memberikan efisiensi dalam hal
pembiayaan dan pelayanan sehingga mutu pelayanan rumah sakit makin baik dan
kepuasan pasien makin terpenuhi.***
No comments:
Post a Comment