Tuesday, January 28, 2014

Perempuan dengan Dua Pahala


Dituturkan oleh Zainab, istri Abdullah bin Mas'ud, "Suatu hari Rasulullah menasehati kami, 'Wahai kaum perempuan, hendaklah kalian bersedekah meski dengan perhiasan kalian, sesungguhnya kelak setelah hari kiamat, perempuanlah yang banyak mengisi neraka jahanam’.”
Zainab mengungkapkan bahwa suaminya, Abdullahh bin Mas'ud, adalah laki-laki yang dermawan dan suka bersedekah. Sebab itu, sekali waktu, dia meminta suaminya, “Tanyakan kepada Rasulullah, ‘cukupkah engkau memberi nafkah kepada istri dan anak-anak yatim?”
Tampaknya Abdullah bin Mas’ud merasa malu bertanya kepada Rasulullah karena kewibawaan Nabi yang mulia. Karena itu, Abdullah bin Mas'ud balik meminta istrinya, “Tidak, kamu saja yang menanyakannya kepada  Rasulullah.”
Kemudian Zainab menyambangi Rasulullah untuk mempertanyakan soal itu. Kebetulan di sana  sudah ada seorang perempuan dari sahabat Anshar bernama Zainab yang punya pertanyaan yang sama. Tiba-tiba ada sahabat Bilal keluar dari kediaman Rasulullah, lalu kedua Zainab itu meminta, “Wahai Bilal, tolong tanyakan kepada Rasulullah, apakah cukup untuk kami dan anak-anak yatim yang ada dalam tanggungan kami hanya dengan sedekah dan nafkah dari suami kami?'"
Bilal pun segera menyambangi Rasulullah dan menanyakan sesuai apa yang diinginkan dua Zainab. Lalu Rasulullah bertanya, "Zainab yang mana?"
Bilal menjawab, “Zainab, istri Abdullah bin Mas’ud, dan Zainab perempuan dari kalangan Anshar. Mereka bertanya kepadamu tentang sedekah dan nafkah terhadap mereka dan anak yatim yang ada dalam tanggungan suaminya?"
Usai menerima penjelasan dari Rasulullah, Bilal keluar dan berkata kepada dua Zainab, “Rasulullah berkata, 'Ya, kalian berdua mendapat dua pahala: pahala ibadah dan pahala nafkah’.”[1] 

Saat al-Qur’an Dijadikan Mahar
Dikisahkan oleh Sahal bin Sa’ad al-Sa’adi, “Suatu hari datanglah seorang perempuan ke hadapan Rasulullah. Perempuan itu berkata, 'wahai Rasulullah, sesungguhnya saya memasrahkan diri ini kepadamu'. Lalu Rasulullah melihat perempuan itu secara seksama, dari kaki hingga wajahnya, kemudian Rasulullah menurunkan kepalanya.”
Lebih lanjut Sahal menuturkan ketika perempuan itu merasa bahwa Rasulullah tidak akan memberikan keputusan apa-apa soal dirinya, dia lantas duduk sejenak. Tiba-tiba berdirilah salah seorang sahabat dan berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bila engkau tidak berniat untuk menikahi perempuan ini, nikahkanlah saya dengannya.”
Rasulullah langsung bertanya, “Apakah engkau punya mahar untuk menikahi dia?”
Jawab sahabat itu, “Demi Allah, saya tidak memiliki apapun untuk dijadikan mahar.”
Kemudian Rasulullah bertanya lagi, “Pulanglah ke keluargamu dan cobalah lihat apakah mereka punya harta untuk dijadikan mas kawin pernikahan.”
Selanjutnya laki-laki itu pergi ke rumah keluarganya dan tidak selang berapa lama dia kembali ke hadapan Rasulullah dan berujar, “Demi Allah, saya tidak menemukan apa-apa di rumah keluargku, wahai Rasulullah.” 
Lagi-lagi Rasulullah bertanya, “Cobalah lihat kembali, mungkin ada walau sekadar cincin yang terbuat dari besi.”
Laki-laki itu bergegas pulang ke rumahnya. Selang tak seberapa lama, dia kembali lagi menghadap Rasulullah dan berujar, “Demi Allah, saya tidak menemukan apapun meski sekadar cincin dari besi, tetapi saya punya sarung; mungkin setengah sarung ini bisa dijadikan sebagai mahar."
Rasulullah kembali bertanya, “Apa yang akan kamu lakukan dengan sarungmu? Sementara saat kamu memakainya, perempuan itu tidak punya sesuatu yang akan dipakai. Begitu juga sebaliknya.”
Mendengar pertanyaan Rasulullah tersebut, laki-laki itu kemudian duduk dalam waktu yang agak lama lalu tiba-tiba dia berdiri. Seketika Rasulullah melihat laki-laki itu pergi. Tetapi dengan cekatnya Rasulullah memerintahkan salah seorang sahabat segera memanggilnya kembali. Rasulullah melanjutkan pertanyaannya, “Apa yang kamu hafal dari al-Qur'an?”
Laki-laki itu menjawab, “Saya hafal beberapa surat."
Rasulullah berpesan, "Bacalah apa yang kamu hafal dari al-Qur’an di hadapan perempuan ini."
Spontan laki-laki itu berucap, "Baik wahai Rasulullah."
Rasulullah lansung memerintahkan dalam kata-kata sarat pesan, “Pergilah, sungguh saya telah menikahkanmu dengan perempuan ini dengan apa yang kamu hafal dari al-Qur’an, dan ajarkanlah al-Qur’an itu kepadanya.”[2]


[1]Al-Hakim, Vol. IV, hal. 603 dan Ibnu Hibban, hal. 4234. 
[2]Al-Bukhari, hal. 5087 dan al-Muslim, hal. 1425.

No comments:

Post a Comment