Wednesday, February 12, 2014

Inflasi Sebabkan Biaya Pensiun Meningkat


Tingkat inflasi yang tinggi rupanya mempengaruhi investor Indonesia dalam hal pengeluaran untuk persiapan biaya masa pensiun mereka.

Menurut hasil survei yang dikeluarkan penyedia layanan keuangan Manulife, meningkatnya inflasi dan bahkan melemahnya nilai tukar Rupiah menyebabkan para investor kini bakal menyisihkan 61% pendapatan mereka untuk tabungan pensiun.

Survei yang dilakukan selama kuartal keempat tahun lalu dengan responden berupa investor kelas menengah dan papan atas itu menunjukkan bahwa angka 61 persen secara substansial lebih tinggi daripada 50% yang telah dilaporkan pada kuartal ketiga.

Walaupun hal itu tampak lebih realistis, investor masih sangat mungkin untuk salah dalam memperhitungkan situasi. Pada kenyataannya, mereka bisa saja memiliki pengeluaran lebih besar lagi mengingat kenaikan biaya-biaya yang sangat cepat.

"Misalnya untuk biaya perawatan kesehatan. Menurut data yang kami pegang, di Indonesia, biaya perawatan kesehatan per kapita saja meningkat tiga kali antara 2004 sampai 2011 saja," terang Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Nur Hasan Kurniawan di Jakarta, Selasa (11/2).

Hal lainnya dimana para investor memiliki pandangan yang lebih realistis adalah mengenai perlunya bekerja selama masa pensiun.

Nur Hasan berkata, 75 persen investor Indonesia saat ini berpikiran untuk terus bekerja. Angka tersebut menurutnya adalah yang tertinggi di Asia (angka rata-rata adalah 54%) dan naik dari 68% pada kuartal ketiga.

Mereka mengantisipasi untuk terus bekerja selama tujuh tahun lagi, sehingga mereka baru akan berhenti bekerja pada usia rata-rata 68 tahun. "Antisapisi itu sesuatu yang dipandang secara optimis oleh para investor," ujar Nur Hasan.

Sebagian besar memandang bekerja setelah pensiun sebagai cara yang baik untuk tidak menyusahkan anggota keluarga mereka, menghabiskan waktu, dan akan membantu otak dan tubuh mereka tetap sehat.

Pernyataan lainnya yang menunjukkan bahwa investor semakin realistis adalah mereka yang berusia di atas 48 tahun.

"Lebih dari 80% diharapkan akan melewati masa pensiun tanpa dukungan dari anak-anaknya, sebuah angka yang sangat tinggi apabila dibandingkan dengan Malaysia yang hanya 60%," tutur Nur Hasan. (www.metrotvnews.com)

No comments:

Post a Comment