Alkisah dari Ummu Hani binti Abu Thalib, dia bercerita mengenai penaklukan kota Makkah. "Saat itu, saya hendak menemui Rasulullah. Saya melihat beliau sedang mandi, dan Fatimah, putrinya, menutupinya. Saya mengucapkan salam,” ujar Ummu Hani.
Kemudian Nabi bertanya, “Siapa?’
Ummu Hani menjawab, “Saya Ummu Hani binti Abu Thalib.”
Nabi Saw mengucap, "Selamat datang, wahai Ummu Hani."
Setelah selesai mandi Nabi kemudian shalat delapan rakaat
dengan memakai satu baju. Setelah beliau selesai shalat, Ummu Hani bertanya,
"Wahai Rasulullah, saudaraku Ali membunuh seorang laki-laki dan saya harus
menebusnya pada Ja'dah bin Hubairah.”
Nabi menukas, "Sudah, kamu tak usah bingung wahai
Ummu Hani, saya akan menebusnya.”[1]
Hari Kegembiraan
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa pada suatu hari, ada
seorang budak perempuan berkulit hitam yang dimerdekakan oleh tuannya. Saat itu
budak perempuan ini masih muda belia. Dia keluar memakai selendang buatan kota
Sayyur. Selendang itu terjatuh dan Aisyah yang menemukannya. Dia berusaha
mencarinya ke mana-mana.
Budak perempuan itu kemudian disiksa oleh tuannya hingga
hampir mati lantaran telah menghilangkan barang berharga milik tuannya. Saat Aisyah
lewat perkampungan itu, budak perempuan ini menunjuk ke arah Aisyah yang
kebetulan membawa selendang itu, "Itu, selendangku yang hilang kemarin."
Aisyah kemudian mengembalikan selendang tersebut kepadanya.
Selang beberapa tahun, budak perempuan itu menghadap
Rasulullah dan menyatakan diri masuk Islam. Dia sempat menginap di sebuah kemah
dekat masjid Madinah. Kemudian dia mengunjungi Aisyah untuk mengobrol sambil
melantunkan syair:
Hari bencana membawa keajaiban dari Tuhan
Keajaiban yang datang dari dunia lain yang telah
menyelamatkanku
Aisyah lalu bertanya kepadanya, "Kenapa kamu setiap
bertemu saya selalu melantunkan syair itu?" Dia lantas bertutur tentang
kejadian di atas.[2]
Istri Abdullah bin
Rawahah
Pada suatu waktu Abdullah bin Rawahah tidur
di samping istrinya. Selepas si istri tertidur, dia bergegas ke kamar budak
yang dimiliknya, kemudian menyetubuhinya.[3]
Si istri terbangun dan mendapati Abdullah sudah tidak berada di tempat tidur.
Akhirnya dia berinisiatif keluar kamar. Dia sangat terkejut, karena mendapati
suaminya satu tempat tidur dengan budak perempuannya. Seketika si istri cepat-cepat
keluar, mengambil sebilah pisau. Kemudian Abdullah bangun dan menemuinya, sementara
istrinya sudah siap dengan pisau yang berada dalam genggamannya. Abdullah
bertanya kepadanya, “Apa yang hendak kamu lakukan?”
Si istri menjawab, “Demi Allah, kalau saya mendapatimu
dalam keadaan seperti tadi, saya akan menusukmu dengan sebilah pisau ini.”
Abdullah kembali bertanya, “Keadaan seperti apa?”
“Menyetubuhi budak”, jawabnya.
Abdullah tidak mau mengakui ihwal perbuatan yang telah
dilakukannya. Karena itu, si istri memintanya untuk membacakan al-Qur’an. “Bacalah
al-Qur’an, karena Rasulullah melarang salah satu dari kami membaca Al-Qur’an
dalam keadaan junub (belum mandi setelah bersenggama). Bacalah jika engkau tidak
junub.”
Lalu Abdullah melantunkan Syair:[4]
Rasulullah mendatangi kita untuk membacakan kitabnya.
Seperti sinar fajar yang terang dan terpancar.
Rasulullah datang membawa petunjuk, setelah kita buta.
Dengan petunjuk itu, hati kita,
Meyakini bahwa setiap apa yang Rasulullah katakan, pasti
terjadi.
Di malam hari, beliau tidak bisa nyenyak tidur,
Disebabkan memikirkan orang-orang musyrik.
Si istri mengira bahwa Abdullah telah membacakannya Al-Qur’an.
Sebab itu, dia mengucap, “Saya beriman kepada Allah dan mendustakan penglihatan
saya.”
Ibnu Rawahah pun melanjutkan ceritanya, “Di
pagi harinya, saya langsung mendatangi Rasulullah dan menceritakan perselisihan
saya dengan istri. Mendengar hal itu, Rasulullah tertawa hingga bagian dari
gusi beliau terlihat dengan jelas.” [5]
[1]Diriwayatkan Bukhari-Muslim, Abu
Dawud dan al-Darami.
[2]Bukhari (439/3835), Fath
al-Bari (1/636-637).
[3]Status budak dalam Islam sama
dengan "barang": bisa diperjual-belikan, termasuk diperlakukan
layaknya istri. Tradisi ini berusaha dihapus sedikit demi sedikit dengan cara
mengiming-imingi pahala bagi siapa saja yang memerdekakan budaknya. Graduasi
syariat semacam ini dianggap efektif oleh Islam karena tidak mengagetkan tatanan
sosial yang sudah mapan [penj].
[4]Dalam kitab “Itsbat Sifatul
‘Ulwi li Allah al-Wahid al-Qahhar” karangan Ibnu Qudamah disebutkan bahwa
Abdullah bin Rawahah membacakan bait-bait di bawah ini kepada
istrinya:
“Saya bersaksi bahwa janji Allah itu benar,
neraka adalah tempat tinggal orang-orang kafir, Arsy berputar di atas air dan
di atas Arsy terdapat Tuhan semesta alam”.
Dalam kitab ini juga terdapat riwayat lain dari yang
telah disebutkan. Dan saya tidak akan menyebutkannya sekarang. Allah Maha Tahu.
[5]Al-Adzkiyâ’,
Ibnu Jauzi (4-14). Bait-bait Syair di atas terdapat dalam Shahih Bukhari
(1155,6151), Musnad Ahmad (3/515). Ibnu Hajar juga menyebutkannya dalam kitab Fath
al-Bâri (3/50-51).
No comments:
Post a Comment