Wednesday, February 12, 2014

Peran Para Wanita Saat Rasulullah Wafat


              Diriwayatkan dari Siti Aisyah, ”Saya melihat cara berjalannya Fatimah seperti Nabi Muhamad.” Suatu waktu Rasulullah berkata kepada Fatimah, “Selamat datang, wahai putriku.” Kemudian Rasulullah menyuruh Fatimah duduk di sebelah kanan –atau kirinya– lalu beliau membisikkan sesuatu kepada Fatimah secara rahasia, serta merta Fatimah menangis. Lalu Rasulullah menyampaikan bisikan yang kedua dengan sesuatu, tapi kali ini Fatimah terlihat tersenyum.
              Melihat kejadian itu Aisyah penasaran dan bertanya kepada Fatimah, ”Saya tidak pernah melihat kamu seperti sekarang? Apa yang Rasulullah bisikkan kepadamu?”
              “Saya tidak bisa menyebarkan rahasia Rasulullah,” jawab Fatimah.
              Mendengar jawaban Fatimah seperti itu, Aisyah tidak pernah bertanya lagi mengenai hal itu hingga Rasulullah wafat dan baru bertanya lagi.
              Dalam suatu riwayat dari Siti Aisyah dituturkan, ”Ketika Rasulullah sakit dan hampir menemui ajal, beliau memanggil Fatimah dan membisikkan sesuatu kepadanya, seketika itu juga Fatimah langsung menangis. Kemudian Rasulullah berbisik lagi, tapi kali ini Fatimah tersenyum. Lalu saya tanyakan tentang hal itu kepadanya, dan dia berkata, ‘Rasulullah membisikiku bahwa pada saat itu dia akan meninggal maka aku menangis. Kemudian dia membisikiku lagi dan berkata bahwa akulah orang pertama dari keluarganya yang akan bersamanya kelak’.”
              Riwayat lain dari Ibnu Majah, Siti Aisyah mengungkapkan, ”Suatu hari, ketika Rasulullah sakit, semua istri beliau berkumpul. Kemudian Fatimah datang, saya melihat cara berjalannya seperti berjalannya Rasulullah.”
              Nabi berkata, ”Selamat datang wahai putriku.” Rasulullah menyuruh Fatimah duduk di kiri Nabi, lalu beliau membisikkan sesuatu kepadanya, serta merta dia menangis. Dan Rasulullah berbisik lagi seperti sebelumnya, namun kali ini Fatimah terlihat tersenyum.
              Melihat kejadian itu Aisyah penasaran dan bertanya kepada Fatimah, “Apa yang membuat kamu menangis?”
              “Saya tidak bisa menyebarkan rahasia Rasulullah,” jawab Fatimah.
              Aisyah bertanya lagi, “Aku tidak pernah melihat kamu seperti sekarang ini. Apakah Rasulullah membisikkan kabar khusus bagimu, terus kamu menangis?”
              Fatimah menjawab, “Saya tidak bisa menyebarkan rahasia Rasulullah.”
              Mendengar itu Aisyah tidak pernah bertanya lagi. Setelah Rasulullah wafat, baru kemudian Fatimah memberi tahu Aisyah dengan perkataan, “Rasulullah berbisik kepadaku bahwa Malaikat Jibril biasanya menemuninya sekali dalam setahun untuk membacakan ayat al-Qur’an. Namun kali ini Jibril dua kali menemuinya dalam setahun. Saya tidak melihat ini kecuali ajalku semakin dekat. Kamu (Fatimah) adalah orang pertama dari keluargaku yang menemuiku, sebaik-baiknya orang terdahulu adalah aku dan kamu.”
              Atas perkataan Rasulullah tadi Fatimah menangis. Tapi, kisah Fatimah, Rasulullah membisikinya lagi dengan berkata, ”Apakah kamu bersedia menjadi sayyidah  perempuan mukminah?” Fatimah pun tersenyum mendengar pertanyaan itu.

Bagaimana Kalian Tega, Wahai Anas!
Sewaktu sakit Rasulullah semakin parah, beliau bersedih, karena merasa segera meninggal dunia. Sebab itu, Fatimah berkata, “Engkau bersedih, wahai ayah.” Beliau berkata, “Setelah hari ini, ayahmu tidak akan bersedih lagi.”           
Ketika beliau wafat, Fatimah berkata, “Wahai ayah, yang telah memenuhi panggilan Tuhan. Wahai ayah, di mana surga Firdaus tempat engkau berada kelak. Wahai ayah, kepada Jibril kami mendapatkan kabar. Wahai ayah, dari Tuhan-mu adalah apa yang kami sanjungkan.”
Saat beliau dikebumikan, Fatimah berkata kepada Anas, “Wahai Anas, bagaimana mungkin kalian tega meratakan Rasulullah Saw dengan tanah?”
Riwayat yang lain menarasikan bahwa ketika prosesi penguburan Rasulullah selesai, Fatimah mengambil segenggam tanah dari pekuburannya, kemudian diletakkan di matanya sambil menangis dan melatunkan syair:

Apa jadinya orang yang dengan cinta mencium tanah kuburan Ahmad (Nabi Saw)
Dia akan mencium kemuliaan sepanjang tahun
Meski hampir setiap hari mengalami derita
Tapi hari-hari kami sebenarnya adalah malam-malam indah di surga Aden

Bela Sungkawa Malaikat terhadap Istri-istri Nabi
Dituturkan dari Muhamad bin Ali bin Husain bahwa ketika Rasulullah sakit dan tiga hari sebelum beliau wafat, Jibril a.s. datang menemui Rasulullah. Kemudian Jibril mengatakan, “Wahai Muhamad, sesungguhnya Allah mengutus saya mendatangimu, untuk menghormati dan memuliakanmu, terkhusus kepadamu, saya ingin bertanya, bagaimana perasaanmu?" Beliau menjawab, "Saya bersedih dan sangat bersedih, wahai Jibril.”
Di hari kedua, Jibril kembali mendatangi Rasulullah dan menanyakan apa yang sebelumnya telah ditanyakan. Nabi pun menjawab sebagaimana jawaban sebelumnya.
Di hari ketiga, Jibril kembali menyambangi Rasulullah. Dia datang ditemani malaikat maut dan keduanya ditemani malaikat udara (al-Hawâ’) yang dikenal dengan sebutan Ismail. Sedangkan malaikat Ismail diiringi seratus ribu malaikat (dalam sebagian riwayat, tujuh puluh ribu malaikat), setiap satu dari mereka membawa seratus ribu malaikat (atau membawa tujuh puluh ribu malaikat). Jibril memimpin mereka semua. Dia berkata, “Wahai Muhamad, sesungguhnya Allah telah mengutus saya untuk memuliakanmu dan mengutamakanmu serta terkhusus padamu, saya ingin bertanya sesuatu, di mana Allah lebih tahu tentang hal ini daripada kamu, "Bagaimana perasaanmu?" Rasulullah menjawab, "Saya bersedih dan sangat bersedih, wahai Jibril."
Kemudian malaikat maut meminta izin masuk. Jibril memperkenalkannya, “Wahai Muhamad, ini adalah malaikat maut meminta izin untuk menemuimu. Dia tidak pernah meminta izin pada siapapun sebelum kamu dan tidak akan pernah lagi minta izin kepada anak Adam.”
Nabi Saw pun mengizinkan dia masuk. Malaikat maut berkata, "Wahai Muhamad, Allah mengutusku untuk mencabut nyawamu. Jika kamu belum bersedia maka saya akan meninggalkanmu."
Nabi Saw bertanya, "Apakah Allah memerintahkan hal itu padamu?"
Jawab malaikat maut, "Ya, begitulah perintah-Nya."
Secara tegas Nabi mengatakan, "Jika itu perintah-Nya kepadamu maka saya wajib memenuhi perintah Allah."
Nabi kemudian sekilas melihat pada Jibril. Malaikat Jibril mengucapkan, "Wahai Muhamad, Allah merindukanmu." Nabi menjawab, "Segera cabut nyawaku!"
Ketika Nabi Saw wafat, tiba-tiba terdengar suara bela sungkawa dari ujung rumah. Suara itu tanpa ada orangnya. "Assalamu’alaikum wahai penghuni rumah. Sesungguhnya Allah memerintah ucapan bela sungkawa saat ada musibah. Maka percayalah kepada-Nya. Dan berharaplah hanya kepada-Nya. Karena sesungguhwnya musibah adalah saat kalian tidak bisa mendapat pahala. Wassalam."[1]

Tangisan Penduduk Kota Madinah
              Terkisah dari Ummu Salamah, istri Rasulullah. Dia berkisah, “Kita adalah sekumpulan orang yang menangis – ketika wafatnya Rasulullah– dan tidak tidur semalaman melihati jasad beliau di atas  kasur. Setelah mendengar bunyi kapak di tengah malam dia berkata, ‘Ketika kami menjerit, orang yang berada di Masjid ikut menjerit, dan seketika itu penduduk kota Madinah juga ikut menjerit. Kemudian Sayyidina Bilal adzan Subuh, ketika nama Rasulullah disebut (dalam adzan) dia menangis dengan sekuat tenaga hingga kesedihan kami bertambah. Apalagi saat para shahabat memasukkan jasad Rasulullah ke dalam liang lahat dan meratakan kuburannya dengan tanah, kami merasa tidak ada musibah yang paling berat selain musibah ini.”


[1]Ibn Sa’ad, Thabaqat al-Kubra (2/258-259), al-Baihaqi, Dalâil al-Nubuwat (7/210-211, 267-268).

No comments:

Post a Comment