Imran bin Hashin r.a. mengisahkan bahwa seorang wanita dari Juhainah menyambangi Nabi Saw dan mengadu, “Wahai Rasulullah, aku telah melanggar had (zina), maka hukumlah aku.”
Lalu
Nabi Saw memanggil walinya dan berkata, ”Berbuat baiklah padanya. Jika dia
berbuat zina, serahkan padaku.” Orang itu melakukan apa yang dikatakan Rasulullah. Dan Rasulullah Saw memerintahkan wanita itu
untuk dirajam. Kemudian beliau menshalatinya.
Melihat hal itu, Umar bin Khattab r.a. bertanya, "Wahai Nabi Allah,
engkau menshalatinya sedangkan dia telah berzina?"
Rasulullah Saw menjawab, “Dia telah bertaubat dengan satu taubat yang apabila
dibagikan pada 70 orang penduduk Madinah, itu akan mencukupi mereka. Apakah
engkau menemukan satu taubat yang lebih baik daripada dia memberikan dirinya
karena Allah SWT?”
Bertakwalah kepada Allah SWT Lalu Bersabarlah
Pada suatu hari, Rasulullah Saw melewati seorang wanita yang tengah
menangis di dekat sebuah kuburan. Lalu beliau berpesan, “Wahai fulanah,
bertakwalah pada Allah lalu bersabarlah.”
Ternyata
wanita itu tidak mengenal Nabi Saw. Dia mengucap, “Apa pedulimu pada musibah
yang menimpaku. Biarkan aku sendiri, karena engkau tidak mengalami musibah yang
aku alami.”
Setelah Rasulullah Saw pergi, para sahabat berkata kepada wanita itu, ”Wahai
fulanah, dia itu Rasulullah Saw.” Wanita itu seperti akan mati mendengarnya.
Lantas dia mendatangi Nabi Saw, namun tidak menemukannya lantaran beliau
berada di antara para penjaga pintu. Wanita itu berkata, “Wahai Rasulullah, aku
tidak mengenalmu.”
Rasulullah Saw lalu bersabda, ”Sabar itu –selayaknya– diterapkan saat mengalami
peristiwa yang pertama kali.”[1]
Demikianlah Kami Membaiat Nabi Muhamad Saw
Umaimah
binti Ruqaiqah datang menjumpai Nabi Saw yang sedang bersama para
wanita yang membaiatnya. Mereka ini berikrar, "Wahai Rasulullah, kami
membaiatmu dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya, tidak
mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami dan tidak melakukan
perbuatan keji yang dilakukan tangan dan kaki kami serta kami tidak
mendurhakaimu dalam kebaikan."[2]
Lalu
Nabi Saw menegaskan, "Silakan, ketika hal itu masih
dalam perkara yang kalian mampu dan kuat melakukannya."
Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih menyayangi diri kami daripada
diri kami sendiri. Mari kami membaiatmu, wahai Rasulullah."
Nabi Saw kembali menegaskan, "Aku tidak menyalami seorang wanita. Karena
ucapanku pada seratus wanita sama dengan ucapanku pada seorang wanita."[3]
Hal
itu terjadi pada peristiwa Fathu Makkah. Setelah Rasulullah Saw selesai
membaiat kaum laki-laki, beliau membaiat kaum wanita, di antaranya Hindun bin 'Utbah yang memakai niqab dan menyembunyikan
keberadaannya karena malu pada perbuatannya dulu terhadap Hamzah. Dia takut Rasulullah
Saw akan menghukumnya gara-gara perbuatannya
itu. Ketika mereka mendekati Rasulullah untuk mengambil baiat, beliau bersabda, "Kalian membaiatku untuk tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu selain-Nya." Hindun lalu menyela, "Demi Allah, engkau akan menghukum kami dengan
hukuman yang tidak sama dengan hukuman laki-laki."
Nabi
Saw melanjutkan, "Kalian juga tidak akan mencuri."
Hindun menyela lagi, "Demi Allah, aku mendapat harta Abu Sufyan dengan
sukacita. Aku tidak tahu apakah itu halal atau tidak untuk kami?”[4] Abu Sufyan –yang menjadi saksi perkataan
Hindun– menyatakan, "Apa yang kau dapatkan dari hartaku dulu, mudah-mudahan
halal."
Nabi Saw bertanya, "Kau ini Hindun binti ‘Utbah?"
Jawab Hindun, "Ya, maafkan dosaku yang lalu, semoga Allah mengampunimu."
Kemudian
Nabi melanjutkan baiat, "Kalian tidak berzina."
Hindun
bertanya, "Apakah perempuan merdeka berzina?"
Kemudian
Nabi Saw berkata, "Kalian tidak membunuh anak-anak kalian."
Hindun menukas, "Waktu mereka kecil kami mengasuh mereka sampai kau
dan para sahabatmu membunuh mereka di perang Badr saat mereka dewasa." Mendengar
jawaban Hindun ini, Umar bin Khattab tertawa terpingkal-pingkal.
Selanjutnya Nabi Saw berpesan, "Kalian
tidak melakukan perbuatan keji dengan tangan dan kaki kalian."
Hindun berkata, "Demi Allah, melakukan perbuatan keji itu amat buruk
dan sebagian pelanggaran juga sama."
Nabi
Saw melanjutkan, "Kalian tidak mendurhakaiku."
Hindun menambahkan, "Dalam kebaikan."
Lalu Nabi Saw memerintahkan Umar bin Khattab, "Baiat mereka, mintakan
ampun untuk mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."[5]
Umar pun membaiat mereka. Rasulullah Saw tidak bersalaman dengan wanita dan
hanya menyentuh wanita yang telah dihalalkan Allah SWT atau yang menjadi
mahramnya.
Benar, Hindun berkata pada Nabi Saw, "Wahai Rasulullah, dahulu tidak
ada di permukaan bumi penghuni kemah yang sangat ingin mereka hina selain
penghuni kemahmu. Dan sekarang tidak ada penghuni kemah yang sangat ingin
mereka muliakan selain penghuni kemahmu." Rasulullah Saw. kemudian
menjawab, "Demi Allah, aku juga begitu."[6]
No comments:
Post a Comment