Dikisahkan oleh Atha', dia berkata, "Mu'awiyah mengirimkan satu kalung emas yang di dalamnya ada permata yang bernilai 100.000 dirham kepada Aisyah r.a. Lalu Aisyah r.a. membagi-bagikannya kepada para istri Nabi Saw.”
Dari Ummu Dzurrah, dia membantu Aisyah. Dia bercerita, "Ibnu Zubair mengiriminya uang dalam
dua karung. Ditaksir sekitar 180.00 dirham. Aisyah yang hari
itu sedang berpuasa minta diambilkan mangkuk. Lalu dia duduk sambil
membagi-bagi uang itu untuk orang. Sore harinya, tidak ada satu dirham pun yang
tersisa. Ketika maghrib tiba, Aisyah berkata, ‘Wahai budak perempuan, tolong ambilkan makanan untuk aku berbuka.’ Lalu aku membawakan roti dan minyak. Aku pun bertanya, tidakkah engkau sisakan
satu dirham saja dari semua yang engkau bagikan
tadi untuk membeli daging untukmu berbuka puasa? Aisyah berkata, ‘Jangan kau siksa aku. Seandainya kau tadi
mengingatkan aku, aku akan melakukannya’."[1]
Diriwayatkan oleh Urwah, dia
berkata, "Aku melihat Aisyah membagikan 70.000 dirham dan pakaiannya
robek."
Rasa Takutnya pada Allah SWT
Sampailah kabar pada Aisyah
bahwa Abdullah bin Zubair (anak saudarinya, Asma) berada di rumah yang
dijualnya. Aisyah tidak mau menjualnya. Lalu Ibnu Zubair berkata, "Demi Allah,
Aisyah telah menjual rumahnya atau aku akan menempatinya."
Aisyah bertanya, "Dia berkata seperti itu?"
Mereka menjawab, "Ya, seperti itu."
Aisyah berkata, "Demi Allah, aku tidak akan bicara padanya sampai maut
memisahkan kami."
Kemarahan Aisyah pada Ibnu Zubair berlangsung lama dan Allah SWT mengurangi
semua urusan Ibnu Zubair karena sebab itu. Dia meminta
bantuan setiap orang yang melihat bahwa dia amat susah karenanya, tetapi Aisyah
enggan berbicara dengannya.
Ketika
itu terus berlangsung, Ibnu Zubair berbicara dengan al-Miswar bin Makhramah
dan Abdurrahman bin al-Aswad bin Abdu Yaguts untuk menyembunyikannya di dalam
selendang mereka. Lalu keduanya meminta izin bertemu, saat Aisyah mengizinkan, mereka bertanya,
"Kami semua?" Dan, mereka memasukkan Ibnu Zubair untuk
bertemu Aisyah.
Aisyah
menjawab, "Ya, semuanya."
Sebab itu Ibnu Zubair masuk. Aisyah tidak tahu. Lalu Ibnu Zubair membuka
tirai dan memeluk Aisyah sembari menangis.
Aisyah juga menangis tersedu-sedu. Ibnu az-Zubair mengulang kata-kata "Allah
dan silaturrahim." Miswar dan Abdurrahman juga mengulang kata-kata itu
dan mereka mengingatkan hadits Nabi Saw, "Tidak halal bagi seorang Muslim, membiarkan saudaranya lebih dari tiga hari." (HR
Muttafaq ‘Alaih)
Ketika
mereka telah banyak berbicara, Aisyah mau bicara dengan Ibnu Zubair setelah dia
takut Aisyah tidak mau bicara padanya. Kemudian Aisyah mengirimnya ke Yaman
dengan membawa harta untuk dibelikan 40 orang budak, lalu Aisyah
membebaskannya.
Auf
berkata, "Setelah itu aku mendengar dari Aisyah bahwa itu adalah nadzarnya,
lantas dia menangis sampai basah kerudungnya."
Ibadah dan Ijtihadnya r.a.
Diceritakan oleh Urwah dari ayahnya, bahwa Aisyah r.a. selalu berpuasa.
Dari
al-Qasim diungkapkan bahwa Aisyah selalu berpuasa kecuali
pada hari raya 'Idul Fitri dan 'Idul Adha.
Qasim
menambahkan, "Setiap pagi aku selalu mendatangi rumah Aisyah dan memberi
salam padanya. Pada suatu pagi, Aisyah berdiri sambil bertasbih dan membaca:
"Maka
Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka." (QS
Ath-Thûr [52]: 27).
Lalu
dia berdoa, menangis sambil mengulang-ulang ayat itu. Aku berdiri sampai bosan,
lalu aku pergi ke pasar untuk membeli keperluanku, kemudian aku kembali dan
ternyata Aisyah tetap berdiri seperti semula, berdoa dan menangis.
Wafatnya Aisyah r.a.
Dari
Dzakwan, pembantu Aisyah, dia bertutur, “Abdullah bin Abbas datang meminta
izin untuk menjenguk Aisyah. Lalu aku datang dan di dekat kepala Aisyah ada
anak saudaranya, Abdullah bin Abdurrahman, lantas aku
berkata, ‘Ada Ibnu Abbas meminta izin.’ Abdullah menengok padanya dan mengatakan, ‘Ada Ibnu Abbas.’ Aisyah berucap, ‘Biarkan
aku tidak menemuinya.’ Abdullah berkata, ‘Ibu, Ibnu Abbas adalah di antara
anakmu yang saleh memberi salam dan ingin melepasmu.’ Aisyah merespon, ‘Izinkan dia kalau kamu mau.’ Lalu Aisyah menyuruhnya masuk.
Setelah Ibnu Abbas masuk, dia mengucapkan, ‘Berilah kabar gembira, tidak ada penghalang antara kau untuk bertemu
dengan Muhamad serta para kekasih kecuali ruh akan keluar dari jasad. Kau adalah
istri Rasulullah paling dicintainya. Rasulullah Saw selalu menyukai yang baik
dan kalungmu terjatuh pada malam al-Abwa', lalu Rasulullah menunggu sampai pagi
sampai kau tiba di rumah dan orang-orang tidak punya air. Lalu Allah SWT menurunkan ayat:
"Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci)." (QS
An-Nisâ [4]: 43).
Ini
berkat sebabmu dan keringanan (rukhshah)
lain yang Allah turunkan untuk Umar. Allah juga menurunkan pembebasan dari atas
langit ketujuh yang dibawa oleh Jibril sehingga tidak ada masjid Allah yang menyebut al-Qur'an kecuali dibaca
sepanjang siang dan malam."
Aisyah
berkata, "Ibnu Abbas, tinggalkan aku. Demi Allah, aku ingin menjadi orang yang dilupakan."
No comments:
Post a Comment