Wednesday, March 5, 2014

Di Antara Kedermawanan dan Kezuhudan ‘Aisyah r.a.


Dikisahkan oleh Atha', dia berkata, "Mu'awiyah mengirimkan satu kalung emas yang di dalamnya ada permata yang bernilai 100.000 dirham kepada Aisyah r.a. Lalu Aisyah r.a. membagi-bagikannya kepada para istri Nabi Saw.
Dari Ummu Dzurrah, dia membantu Aisyah. Dia bercerita, "Ibnu Zubair mengiriminya uang dalam dua karung. Ditaksir sekitar 180.00 dirham. Aisyah yang hari itu sedang berpuasa minta diambilkan mangkuk. Lalu dia duduk sambil membagi-bagi uang itu untuk orang. Sore harinya, tidak ada satu dirham pun yang tersisa. Ketika maghrib tiba, Aisyah berkata, Wahai budak perempuan, tolong ambilkan makanan untuk aku berbuka. Lalu aku membawakan roti dan minyak. Aku pun  bertanya, tidakkah engkau sisakan satu dirham saja dari semua yang engkau bagikan tadi untuk membeli daging untukmu berbuka puasa? Aisyah berkata, Jangan kau siksa aku. Seandainya kau tadi mengingatkan aku, aku akan melakukannya."[1]
Diriwayatkan oleh Urwah, dia berkata, "Aku melihat Aisyah membagikan 70.000 dirham dan pakaiannya robek."

Rasa Takutnya pada Allah SWT  
Sampailah kabar pada Aisyah bahwa Abdullah bin Zubair (anak saudarinya, Asma) berada di rumah yang dijualnya. Aisyah tidak mau menjualnya. Lalu Ibnu Zubair berkata, "Demi Allah, Aisyah telah menjual rumahnya atau aku akan menempatinya."
Aisyah bertanya, "Dia berkata seperti itu?"
Mereka menjawab, "Ya, seperti itu."
Aisyah berkata, "Demi Allah, aku tidak akan bicara padanya sampai maut memisahkan kami."
Kemarahan Aisyah pada Ibnu Zubair berlangsung lama dan Allah SWT mengurangi semua urusan Ibnu Zubair karena sebab itu. Dia meminta bantuan setiap orang yang melihat bahwa dia amat susah karenanya, tetapi Aisyah enggan berbicara dengannya.
Ketika itu terus berlangsung, Ibnu Zubair berbicara dengan al-Miswar bin Makhramah dan Abdurrahman bin al-Aswad bin Abdu Yaguts untuk menyembunyikannya di dalam selendang mereka. Lalu keduanya meminta izin bertemu, saat Aisyah mengizinkan, mereka bertanya, "Kami semua?" Dan, mereka memasukkan Ibnu Zubair untuk bertemu Aisyah.
Aisyah menjawab, "Ya, semuanya."
Sebab itu Ibnu Zubair masuk. Aisyah tidak tahu. Lalu Ibnu Zubair membuka tirai dan memeluk Aisyah sembari menangis. Aisyah juga menangis tersedu-sedu. Ibnu az-Zubair mengulang kata-kata "Allah dan silaturrahim." Miswar dan Abdurrahman juga mengulang kata-kata itu dan mereka mengingatkan hadits Nabi Saw, "Tidak halal bagi seorang Muslim, membiarkan saudaranya lebih dari tiga hari." (HR Muttafaq ‘Alaih)
Ketika mereka telah banyak berbicara, Aisyah mau bicara dengan Ibnu Zubair setelah dia takut Aisyah tidak mau bicara padanya. Kemudian Aisyah mengirimnya ke Yaman dengan membawa harta untuk dibelikan 40 orang budak, lalu Aisyah membebaskannya.
Auf berkata, "Setelah itu aku mendengar dari Aisyah bahwa itu adalah nadzarnya, lantas dia menangis sampai basah kerudungnya." 

Ibadah dan Ijtihadnya r.a.
Diceritakan oleh Urwah dari ayahnya, bahwa Aisyah r.a. selalu berpuasa.
Dari al-Qasim diungkapkan bahwa Aisyah selalu berpuasa kecuali pada hari raya 'Idul Fitri dan 'Idul Adha.
Qasim menambahkan, "Setiap pagi aku selalu mendatangi rumah Aisyah dan memberi salam padanya. Pada suatu pagi, Aisyah berdiri sambil bertasbih dan membaca:
"Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka." (QS Ath-Thûr [52]: 27).
Lalu dia berdoa, menangis sambil mengulang-ulang ayat itu. Aku berdiri sampai bosan, lalu aku pergi ke pasar untuk membeli keperluanku, kemudian aku kembali dan ternyata Aisyah tetap berdiri seperti semula, berdoa dan menangis.

Wafatnya Aisyah r.a.
Dari Dzakwan, pembantu Aisyah, dia bertutur, “Abdullah bin Abbas datang meminta izin untuk menjenguk Aisyah. Lalu aku datang dan di dekat kepala Aisyah ada anak saudaranya, Abdullah bin Abdurrahman, lantas aku berkata, Ada Ibnu Abbas meminta izin. Abdullah menengok padanya dan mengatakan, Ada Ibnu Abbas. Aisyah berucap, Biarkan aku tidak menemuinya. Abdullah berkata, Ibu, Ibnu Abbas adalah di antara anakmu yang saleh memberi salam dan ingin melepasmu. Aisyah merespon, Izinkan dia kalau kamu mau. Lalu Aisyah menyuruhnya masuk. Setelah Ibnu Abbas masuk, dia mengucapkan, Berilah kabar gembira, tidak ada penghalang antara kau untuk bertemu dengan Muhamad serta para kekasih kecuali ruh akan keluar dari jasad. Kau adalah istri Rasulullah paling dicintainya. Rasulullah Saw selalu menyukai yang baik dan kalungmu terjatuh pada malam al-Abwa', lalu Rasulullah menunggu sampai pagi sampai kau tiba di rumah dan orang-orang tidak punya air. Lalu Allah SWT menurunkan ayat:
"Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci)." (QS An-Nisâ [4]: 43).
Ini berkat sebabmu dan keringanan (rukhshah) lain yang Allah turunkan untuk Umar. Allah juga menurunkan pembebasan dari atas langit ketujuh yang dibawa oleh Jibril sehingga tidak ada masjid Allah  yang menyebut al-Qur'an kecuali dibaca sepanjang siang dan malam."
Aisyah berkata, "Ibnu Abbas, tinggalkan aku. Demi Allah, aku ingin menjadi orang yang dilupakan."


[1]Ibn Sa’ad, al-Thabaqât al-Kubra (8/67), Siyar A’lâm al-Nubalâ’(3/465).

No comments:

Post a Comment