“Dan Dia-lah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air,
agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya...”
QS
Huud (11) : 7
DESA CINAGARA, Kecamatan Caringin, Kabupaten
Bogor, 2009. Belum seberapa lama Ardju Fahadaina melepas kepemilikan 20% saham
di PT Inti Alasindo Holding Company. Ketika itu dia sempat mengakuisisi PT Sel
Net Optima namun terus merugi, bisnis rekaman musik tapi kandas di tengah jalan,
dan mengambil-alih perusahaan servis tabung elpiji namun tak kunjung untung.
Dia benar-benar galau dan risau. Lantas dia intens bermunajat pada Allah SWT. Saban
ujung dinihari dia bermunajat dan berkhalwat dengan Allah Yang Maha Kasih. Bahkan
dia juga menambahi tirakatnya dengan puasa sunnah Senin-Kamis.
Sampai
kemudian, seolah ada yang menuntun, di tahun 2009 itu lelaki yang hobi
traveling ini jalan-jalan ke Desa Cinagara, desa yang sohor sebagai sentra
budidaya ikan di air deras. Ke Cinagara, Ardju Cinagara mencari lahan buat
membangun sebuah vila yang dilengkapi dengan kolam budidaya ikan agar dirinya dapat
memberi manfaat pada seorang sahabat yang waktu itu segera memasuki masa
pensiun.
Rupanya
Allah tidak berkehendak hambanya yang bernama Ardju Fahadaina hanya memberi manfaat
dan maslahat bagi seorang sahabat. Ardju mesti memberi manfaat kepada banyak sahabat,
kerabat dan umat. Turun dari kaki Gunung Pangrango itu dia bersua Haji Bahrum,
tokoh masyarakat Desa Cinagara. Haji Bahrum menawarkan sebidang tanah yang ada
mata airnya yang dapat dimanfaatkan untuk mendirikan perusahaan produksi air
minum dalam kemasan. Secara halus, Ardju menolak karena merasa dirinya tidak
memiliki pengalaman dan kompetensi di bisnis air minum.
Haji Bahrum
tak patah arang. Dia berusaha mencari tahu di mana Ardju Fahadaina tinggal. Setelah
beberapa waktu berupaya mencari, akhirnya Haji Bahrum berhasil menemukan rumah
tinggal Ardju Fahadaina di kawasan Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten. Dan
dia pun bersilaturrahim ke rumah Ardju pada suatu waktu. Di situ Haji Bahrum
memohon dengan amat sangat agar sebidang tanah seluas 5,3 hektar yang di
beberapa titik terdapat mata air itu jatuh ke tangan Ardju. Ardju berusaha
tetap kukuh tidak ingin membeli lahan yang sangat cocok buat usaha air minum
dalam kemasan tersebut.
Tapi,
sekali lagi, Haji Bahrum tidak menyerah begitu saja. Dia lalu mengaku tengah
membutuhkan dana buat biaya mendirikan pondok pesantren berkonsep wirausaha. Sebuah
pondok pesantren yang mengusung konsep: pada siang hari para santri belajar
wirausaha budidaya ikan dan pada malam hari mereka nyantri. Mengingat niat
mulia tersebut, Ardju akhirnya menerima tawaran membeli tanah dari Haji Bahrum.
Lantas
muncul kesepakatan tanah dibanderol Rp100 ribu per meter persegi. Setelah
sedikit tawar-menawar lagi, Ardju kemudian cukup membayar Rp5 miliar. Dengan
kesepakatan, Haji Bahrum menyelesaikan surat-surat tanah sampai status sertifikat
hak milik. Dan kepada Haji Bahrum, Ardju berterus-terang mengakui dirinya tidak
memiliki pengalaman di bisnis air. Pun Haji Bahrum menyanggupi membantu usaha
bisnis air minum dalam kemasan yang segera dibuka Ardju. Haji Bahrum
menyodorkan seseorang bernama Muhamad Lokot Siregar yang dipromosikan cukup
kompeten dan mumpuni di bisnis air minum dalam kemasan.
Dengan niat
memberdayakan karunia alam untuk menggapai ridha Allah diperkuat pula niat Haji
Bahrum yang hendak membuka pondok pesantren berkonsep wirausaha, masih di tahun
2009 itu pula, Ardju Fahadaina kemudian memulai pembangunan instalasi produksi
air minum dalam kemasan di Desa Cinagara.
Cobaan dan Ujian
Berangkat
dari prasangka baik pada jasa baik Haji Bahrum merekomendasikan tenaga kompeten
bernama Muhamad Lokot Siregar, Ardju Fahadaina pun menyerahkan amanah
sepenuhnya ke Lokot Siregar untuk memulai pembangunan fisik pabrik air minum
dalam kemasan. Kemudian, ihwal perizinan seperti Izin Mendirikan Bangunan
(IMB), Ardju juga menyerahkan kepada seseorang yang disodorkan oleh Haji
Bahrum. “Saya serahkan pembangunan pabrik itu kepada orang-orang yang
direkomendasikan oleh Haji Bahrum. Semua dana yang mereka anggarkan saya penuhi,”
ujar lelaki yang senantiasa bertindak dengan hati ini.
Manusia
boleh berencana dan merancang apa yang dimaui. Tapi, realisasi semua itu sangat
tergantung pada kehendak Allah SWT. Kalau Allah berkehendak maka tidak seorang
pun akan mampu mengelak. Perencanaan pembangunan pabrik air minum yang telah dirancang
matang oleh Muhamad Lokot Siregar dan perizinan diurus pula oleh orang yang
biasa berurusan dengan birokrasi, toh Allah berkehendak lain. Perjalanan
pembangunan pabrik air minum yang diimpikan Ardju itu sedikit tersendat.
Pembangunan
agak terganggu lantaran material yang digunakan bukan dari kualitas nomor
wahid. Material instalasi pengolahan air minum yang digunakan adalah material
kelas tiga sehingga tidak bisa sekali pasang langsung mampu beroperasi. Ada
material-material yang sampai harus bongkar-pasang lantaran rusak saat dilakukan
uji-coba. Bahkan, pemimpin proyek pembangunan pabrik sempat menghilang. Telepon
seluler sang pemimpin proyek tidak bisa dihubungi untuk sekadar koordinasi
kelanjutan pembangunan. Sebuah cobaan dan ujian menghadang langkah Ardju
Fahadaina yang hendak berhijrah dari bisnis konvensional ke bisnis syariah.
Namun, dia meyakini benar janji Allah bahwa bersamaan kesulitan itu ada
kemudahan (QS Alam Nasyrah [94]: 6). Dan benar, di balik menghilangnya pemimpin
proyek, Ardju mendapat teman baru yang bersedia membantu bagaimana memperbaiki
instalasi produksi air minum agar segera mampu beroperasi.
Ardju
Fahadaina bersyukur masih banyak orang baik yang membantunya mengatasi
persoalan beberapa bagian instalasi yang rusak sebelum dipakai. Salah bantuan
itu berupa rajutan tali silaturrahim dengan banyak pemasok material-material instalasi
produksi air minum dalam kemasan.
Ketika turun
sendiri mengatasi persoalan yang ditinggalkan oleh pemimpin proyek, Ardju
mendapati instalasi ultraviolet dan cartridge yang telah rusak sebelum
waktunya. Dia langsung mengganti instalasi ultraviolet dengan material terbaik
dan cartridge yang telah berkarat dengan material terbagus. Pemasok-pemasok
material instalasi pengolahan air itulah yang banyak menolong Ardju Fahadaina
dan tim untuk menyelesaikan pembangunan pabrik. Secara bertahap, semua
instalasi berkualitas jelek diganti yang material instalasi kualitas terbaik.
Dan di akhir 2009 bergulir ke awal 2010 fisik pabrik pengolahan air minum dalam
kemasan di Desa Cinagara tersebut tuntas dan siap dioperasikan.
Ujian dan
cobaan tidak hanya pada ketersendatan pembangunan fisik pabrik pengolahan air
minum dalam kemasan. Dari sisi perizinan pun sempat terhambat. Kendati Ardju telah
mengeluarkan biaya sesuai dengan yang diminta oleh seseorang yang biasa
berurusan dengan birokrasi, IMB buat bangunan pabrik belum juga turun dari
pihak yang berwenang. Pertolongan Allah datang melalui bantuan seseorang yang
dekat dengan Bupati Bogor (saat itu) Rahmat Yasin. Lewat orang tersebut, IMB
pabrik yang berlokasi di kaki Gunung Pangrango tersebut cepat keluar dan
ditanda-tangani oleh pihak yang berwenang. Aral lintang pembangunan pabrik hilang
dan Bupati Bogor Rahmat Yasin pun berkenan meresmikan pabrik air minum dalam
kemasan yang kemudian diberi brand
Ufia dan payung usaha PT Ufia Tirta Mulia ini pada tanggal 23 April 2010.
Sekitar sepekan
sebelum peresmian, tanggal 15 April 2010, Ardju Fahadaina mengundang sekitar
1.000 orang warga sekitar untuk mengikuti doa dan dzikir bersama yang dipimpin oleh
Ustadz Muhammad Arifin Ilham yang digelar halaman pabrik yang siap berproduksi
tersebut. Selain sebagai wujud rasa syukur setelah melewat berbagai
aral-lintang yang membentang, doa dan dzikir bersama itu bertujuan agar
keberkahan dan kesuksesan senantiasa menaungi PT Ufia Tirta Mulia, sumber mata
air, brand Ufia dan warga masyarakat sekitar
(terutama yang bekerja di Ufia).
Ufia dan Dakwah Air
Dunia
bisnis air minum dalam kemasan merupakan dunia baru bagi Ardju Fahadaina yang sebelumnya
dibesarkan oleh dunia sepatu Bata dan
Nike. Sebagaimana dunia sepatu yang
akrab dengan label-label populer seperti Bata,
Nike, Puma dan Adidas, pada jagat
bisnis air minum terdapat pula nama-nama yang telah lekat erat di benak
penikmat air murni dari mata air pegunungan. Sebutlah nama-nama sohor Aqua, Vit, dan Aquaria. Brand bisnis air seakan identik dengan
embel-embel ‘qua’.
Ardju
Fahadaina tak ingin sekadar ikut-ikutan mengusung brand yang terkadang cuma nama belaka tanpa makna apa-apa. Dia
ingin sebuah nama yang sarat makna, kebaikan dan keberkahan. Bila penulis
naskah drama kondang William Shakespeare merasa persetan dengan apalah arti
sebuah nama, maka bagi Ardju nama adalah sebuah makna. Sebagaimana orang Jawa
pada umumnya, Ardju berusaha memberi nama brand
bisnis air minum dalam kemasan yang benar-benar penuh arti, minimal berarti
bagi keluarganya sendiri.
Lelaki yang
menghabiskan masa kecil dan remaja di Kampung Serangan, Yogya, ini mencoba utak-atik gathuk dari huruf-huruf depan
nama diri, istri dan dua anaknya. Dari dirinya sendiri muncul huruf “A”, lalu
dari istri ada huruf “U”, dari anak pertama terdapat huruf “I” dan dari anak
kedua tersembul huruf “F”.
“Sebelum
terjun di bisnis air, saya berpikir mesti membawa brand apa. Sudah banyak orangmemakai embel-embel ‘qua’, rasanya sudah
tidak bagus, ada Aqua, ada Aquaria. Akhirnya huruf-huruf depan nama
sekeluarga saya utak-atik, mulai dari AFIU, AFUI, UFAI, IFAU sampai ketemu UFIA.
Rasanya UFIA yang paling enak dilafadzkan, mudah diingat dan semua anggota
keluarga saya merasa memiliki. Ya sudah begitu saja, kemudian saya bikin
mereknya, brand UFIA seperti itu,”
papar Ardju.
Rasanya
seperti sekadar utak-atik tanpa makna. Tapi, rupanya, utak-atik gathuk ala
Ardju Fahadiana punya makna yang amat mendalam. Ufia, dalam gramatikal Bahasa
Arab berarti: “aku ingin memenuhi janji secara sempurna”. Ya, Ardju ingin
memenuhi janji secara sempurna dalam hijrah dari bisnis konvensional ke bisnis
syariah. “Dalam satu kesempatan hendak menjalin kerjasama dengan Baznas, Ketua
Umum Baznas Prof. Dr. Didin Hafidhuddin menjelaskan bahwa ufia mengandung makna: aku ingin memenuhi janji secara sempurna. Dari
kata Arab, aufu yang berarti kita
harus menyempurnakan timbangan kita. Kalau kita berdagang itu kan aufu. Waktu
dengar penjelasan itu, saya merinding, kok bisa ya ketemu,” ungkap Ardju yang
kini semakin yakin menapak di jagat bisnis air minum dalam kemasan.
Utak-atik
gathuk yang ternyata sarat makna itu semakin menguatkan langkah Ardju untuk
menekuni bisnis air minum dalam kemasan dengan tekad berdakwah melalui air. “Saya
berjanji (minimal dalam diri saya sendiri) menegakkan syariat Islam, dalam hal
ini ekonomi Islam di Indonesia. Di situ saya bertambah yakin, sejak awal niat
saya kepengin membuat perusahaan yang
bisa menekankan ZIS untuk kemaslahatan umat, agaknya di air ini ada jalan yang
terbentang,” aku Ardju Fahadianya yang rela meninggalkan segala kemewahan di PT
Inti Alasindo Holding Company untuk mencari berkah dan ridha Allah di bisnis air
minum yang dikuasai oleh satu-dua merek yang beromset ribuan galon per hari.
Ardju
meyakini kehidupan di bumi ini tidak bisa terlepas dari air. “... Dan Kami jadikan
segala yang hidup dari air. Mengapa mereka tidak beriman?” (QS Al-Anbiyaa [21]:30).
Kehidupan ini, terutama dari kacamata pandang sebagai seorang Muslim, tidak
bisa dilepaskan dari keberadaan air. Mulai dari aktvitas wudhu sebelum shalat,
mandi Jumat, mandi junub, mandi ihram sampai mandi jenazah, semua membutuhkan
kecukupan air. Yang juga cukup menakjubkan, aktivitas thawaf di seputaran
Ka’bah menghasilkan air zam-zam yang tidak pernah kering sepanjang zaman. Air
zam-zam yang multikasiat dan multi manfaat bagi siapa saja yang meminumnya. Air
yang sepanjang 24 jam itu diakrabi dengan doa dan dzikir oleh umat Muslim yang
tengah umrah dan atau haji.
Air memang
memiliki banyak keajaiban. Sebuah penelitian oleh Dr. Masaru Emoto, Yokohama
Municipal University, Jepang, 2005, menyebutkan bahwa kristal air yang semula
berantakan bentuknya berubah menjadi kristal yang rapi, antik bentuknya, dan
teratur setelah diberi rangsangan berbagai jenis pesan ungkapan dan perasaan,
tulisan, gambar, foto, dan musik. Emoto mengambil sampel air dari mata air atau
danau, setelah didinginkan pada suhu-5 derajat Celcius dan diberi aneka
rangsangan tersebut, lalu difoto dengan teknologi tinggi. Hasilnya, kristal air
berbagai bentuk. Berikut beberapa contoh:
Bentuk kristal air dari
mata air Sanbuichi setelah diberi pesan keindahan.
Bentuk kristal air
setelah didoakan secara agama Islam.
Hasil
penelitian Emoto menyimpulkan: pertama,
air mampu “menangkap” getaran rasa dalam bahasa apapun, tulisan, gambar, dan
musik. Kedua, air bisa “mengerti”,
menyimpan dan menyalurkan informasi. Semua benda juga “mengerti” namun air yang
paling peka, jumlahnya sangat banyak, dan ada di mana-mana. Ketiga, getaran air merambat ke molekul
air di tubuh manusia (75%). Dari air yang dikonsumsi, perilaku manusia dapat
menjadi beringas, jahat, tidak terkendali, ataukah sebaliknya.
Mengacu
pada hasil penelitian Emoto, Dokter Indra Djaman SpPD mengingatkan bahwa dalam
al Quran, Allah menyebutkan bahwa setiap ciptaan Allah itu bertasbih, tapi
kalian tidak tahu seperti apa tasbih mereka. Bila kita kaitan dengan ayat ini,
mungkin hal ini merupakan salah satu bentuk tasbihnya air.
Dokter
RS Bhakti Asih Ciledug, Tangerang, ini sependapat dengan Emoto, karena Emoto
memakai teknik Ado untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang notabene dokter
sudah angkat tangan. “Dia bisa membuat perhitungan pada kelainan penyakit
jantung. Ada pasiennya yang kelainan
jantung sejak bayi, ternyata kemudian bisa membaik setelah mengonsumsi secara
rutin air dengan teknik Ado ini. Ternyata air dengan teknik Ado ini bisa masuk
ke jaringan sel yang notabene tingkat lebih kecil, sub-atom. Di situlah terjadi
perbaikan atas kerusakan sel atau penyakit yang disebabkan karena adanya
kelainan-kelainan tadi. Berbeda dengan obat. Obat itu tidak bisa masuk ke level
sub-atom. Obat berbeda gelombang resonansi. Resonansi itu terjadinya lebih baik
pada air,” paparnya.
Lebih
lanjut Dokter Indra menerangkan, “Inilah yang menjadi landasan teori bahwa,
subhanallah, kalau kita bisa mengonsumsi air yang seperti ini maka tingkat
kesembuhan lebih besar. Kita tahu Allah bahwa menyuruh kita minum atau makan
dimulai dengan memasukkan ke mulut dengan ucapan bismillah. Subhanallah, hal
itu menjadi media atau cara untuk membuat orang sehat. Sebuah ikhtiar bagaimana
kita menjadi lebih bagus. Dan tentu ini perlu bukti ilmiah yang lebih banyak
lagi. Saya sangat optimis bahwa media air itu harus menjadi bagian penting
dalam upaya bagaimana kita menjadi lebih sehat fisik dan jiwa.”
Atas
dasar benang merah dari penelitian Emoto dan analisis Dokter Indra, Haji Ardju
Fahadaina berusaha memperlakukan air dengan kasih sayang, bersih dan tidak sembarang
membuang-buang (mubadzir). Dia juga berusaha memberi pesan berupa doa positif
“Bismillahirrahmanirrahim” setiap kali berurusan dengan air.
Dia
meyakini bahwa air bermuatan doa bisa menyembuhkan tubuh dan jiwa; air di otak
dan tubuh manusia akan beresonansi atas pesan-pesan positif; air di alam, di
tumbuh-tumbuhan dan di tubuh binatang akan bergetar bersama oleh doa. Dan,
sekali lagi Ardju meyakini, dunia akan berangsur menjadi positif melalui sikap
kita terhadap air.
Lebih
jauh Ardju berkeyakinan bahwa pikiran dan ucapan akan mampu melahirkan getaran
(vibrasi) yang dapat mengubah susunan molekul benda-benda, termasuk molekul air.
Sebab itu pula, doa dan dzikir yang khusyu’
plus terfokus mempunyai potensi kekuatan dahsyat mengubah apapun di dunia
dengan izin Allah; doa dan dzikir bersama akan melipat-gandakan kekuatannya.
Dan sungguh dzikir pada Allah itu sangat besar (QS Al-‘Ankabuut [29]: 45).
Berkat
sedikit pengetahuan inilah, Ardju kini aktif mendakwahkan kelebihan air sebagai
karunia Allah. Dia senantiasa teringat hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari:
“Sampaikanlah Dariku (yakni dari Rasulullah saw) walau hanya satu ayat.” Jelas,
sebelum aktif mendakwahkan kelebihan air ini, dia sangat memperhatikan
keshahihan hadits dan mencari pemahaman yang benar mengenai air –baik dari segi
ilmiah maupun rohaniah. Dengan begitu dia menguasai betul pengetahuan ihwal
air. Lalu, dari situ, dia selalu secara gamblang menyampaikan pesan manfaat dan
mudharat air sebagai sebuah pengetahuan yang lengkap.
Tidak
sekadar menyampaikan atau mensyiarkan berbagai kelebihan air kepada umat, Ardju
langsung mempraktikkan perlakuan kasih sayang penuh pesan ayat-ayat suci
al-Quran dalam memproduksi air minum dalam kemasan di pabriknya di Desa
Cinagara. Selama 24 jam, dari proses keluar dari mata air sampai pengepakan
kemasan air, diperdengarkan lantunan ayat suci secara murotal.
Jelas
Ardju lebih lanjut:
“Sekitar
75% tubuh kita ini terdiri dari air. Dan air itu paling sensitif menerima pesan-pesan
dari suara-suara yang lembut dan ayat suci al-Quran. Dari situ saya berkeyakinan
bahwa orang yang bekerja sambil mendengarkan ayat suci al-Quran itu akan sejuk pikirannya
dan halus jiwanya. Itu dari sisi manusia yang bekerja di pabrik.
Kemudian,
dalam proses produksi, dari mata air sampai pengepakan diiringi murotal alunan
ayat-ayat suci al-Quran selama 24 jam. Hasilnya air akan lebih enak diminum,
penuh berkah dan menyejukkan. Dan ini sudah dibuktikan oleh Prof. Emoto dari
Jepang. Menurutnya, air itu sensitif menerima pesan-pesan, doa agama apa saja,
termasuk Islam. Ternyata kristalnya berubah tergantung pesan yang diterima. Hasil
penelitian Prof. Emoto yang sempat disampaikan di PBB tahun 2005 itu menginspirasi
saya untuk memproduksi air minum dalam kemasan dengan pesan-pesan murotal.
Air
dan doa ini sangat berkaitan erat. Pengalaman thawaf melihat air zamzam juga
memberi inspirasi yang kuat. Setiap kali thawaf itu kan ada sekian ribu orang
terus dzikir dan berdoa, pasti mempengaruhi air zam-zam. Saya tidak
memperdengarkan surat atau ayat tertentu, semua surat yang ada di al-Quran. Saya
melihat al-Quran berpengaruh positif dalam produksi air minum.”
Ardju
Fahadaina tidak berhenti pada kutipan hasil penelitian Prof. Emoto. Di tataran
praktis membumikan air produksi Ufia, dia pun aktif mencari pendapat pembanding
(second opinion). Sekali waktu dia langsung
bertemu Dokter Indra Djaman yang aktif sebagai sesama jamaah di Masjid Jami
Bintaro Jaya. Dokter yang mengaku telah berhijrah dari air minum produk
konvensional ke air minum produk Ufia yang syariah ini mengungkapkan air minum produk Ufia
memiliki keasaman (PH) 7,1, sedangkan PH darah manusia berkisar 7-7,2. Dengan
demikian, menurut dokter spesialis penyakit dalam ini, bila orang meminum air
yang PH-nya sesuai dengan PH darah itu maka akan terjaga kesehatannya.
Kemudian,
dari uji laboratorium terhadap air Ufia dengan pembanding air RO (river osmosis) dan air germanium (produk
baru yang dipasarkan secara MLM), air Ufia cukup bagus dalam menetralisir
racun. Pada uji tiga gelas yang masing-masing diisi ketiga produk tersebut lalu
ditetesi obat antiseptik Betadine,
terlihat hasil: gelas berisi air RO jadi kuning (berarti obat antiseptik tidak
dinetralisir), gelas air UFIA masih ada sedikit warna kuning (ada upaya
netralisasi obat antiseptik), dan gelas produk air gernamiun tampak jernih
(obat antiseptik benar-benar dinetralisir). “Artinya, produk germanium itu
langsung menghilangkan racun. Air Ufia yang tidak kami tambah apa-apa, hanya diberi
doa, lumayan bisa menghilangkan (tidak 100%). Dan air RO ternyata tidak bisa
menghilangkan racun,” terang Ardju Fahadaina sedikit berpromosi.
Dengan
hasil laboratorium seperti itu, ungkap Ardju, ada beberapa pihak minta
bagaimana Ufia mampu memproduksi air setaraf air zam-zam. “Kami sudah usaha,
mesti menaikkan PH dengan aditif. Persoalannya, apakah aditif yang nanti
dipakai bagus. Kalau saya lihat air zamzam kenapa bisa seperti itu, karena di
situ ada thawaf, ada dzikir dan doa. Alami sekali. Jadi sementara ini kami
alami saja dengan dzikir, doa dan murotal selama 24 jam,” tegasnya.
“Sepanjang
pengalaman saya bekerja, baru di sini produksi air minum yang diiringi dengan
morotal al-Quran. Dan saya sebagai pekerja di sini merasa sangat nyaman dan air
yang dihasilkan cukup menenteramkan,” ujar Edeh Humaeroh, Factory Manager PT
Ufia Tirta Mulia.
Infak Rp15 per Liter
Selain
proses produksi yang senantiasa diiringi pesan-pesan religius, produk Ufia mempunyai
keberbedaan riil dibandingkan produk-produk air minum sejenis. Soal rasa boleh
jadi kita harus meneguk airnya terlebih dulu. Arti kata, harus ada langkah mengambil
atau meminum produk yang ditawarkan. Dan, hampir semua produk air minum dalam
kemasan mempromosikan diri dengan rasa air murni dari pegunungan.
Lalu Ardju berpikir
sedikit berbeda. Kalau hanya ‘menjual’ rasa menenteramkan maka hal ini masih
mengawang-awang, tidak terlihat oleh mata secara nyata. Sebagai orang yang
telah terbiasa dengan langkah-langkah membelanjakan sekitar 35% penghasilannya
di jalan Allah, benak Ardju langsung tertancap pada bagaimana produk Ufia
langsung mengusung brand infak dalam
setiap liter yang dibeli konsumen. Dia tidak ingin head to head dengan kompetitor yang sudah merajai pasar air minum
dalam kemasan. Sebab, kendati secara kualitas produknya tidak kalah
dibandingkan produk sejenis sekelas (sebut saja) merek Aqua, namun kalau harus berhadap-hadapan langsung sudah pasti
langsung kalah, kalah segalanya –mulai dari permodalan, sumber daya manusia,
sampai penguasaan jejaring pasar. Harus ada trik agar produk yang relatif baru ini
tidak langsung ‘ditelan’ pemain besar.
Benak Ardju
langsung tertuju pada praktik bisnis secara syariah dengan mengajak konsumen (pelanggan)
membiasakan diri berinfak. Sebab, setiap umat beriman wajib menafkahkan
sebagian dari apa yang Allah keluarkan dari bumi untuk umat manusia (QS Al
Baqarah [2]: 267).
Dia tidak
memilih zakat sebagai praktik bisnis air secara syarah. Karena, zakat sangat
terkait dengan nishab dan mekanisme yang perlu akad tersendiri. Persoalannya,
berapa nilai infak yang pas dari setiap liter air terjual supaya tidak
membebani harga pokok produksi dan mempengaruhi daya beli konsumen. Bila
terlalu besar maka beban ke produsen cukup berat. Dan, boleh jadi konsumen juga
merasa keberatan bila ‘dibebani’ infak yang besar lantaran dinilainya harga air
yang dibelinya menjadi demikian mahal. Konsumen akan lari mencari produk lain
yang lebih murah.
Pada
prinsipnya, demikian benak Ardju Fahadaina, infak ini yang membayar adalah PT
Ufia Tirta Mulia namun diikhlaskan atas nama pelanggan. “Infak ini kami biayai.
Jadi masuk komponen harga pokok produksi. Tapi infak ini diikhlaskan atas nama pelanggan.
Setelah saya hitung-hitung kisaran Rp20, Rp25, Rp15, dan Rp10, akhirnya ketemu Rp15
per liter air yang terjual. Nilai Rp15 itu kecil kan. Namun kata orang small is beautiful. Kendati kecil, cuma
seberat biji zarrah, Allah berjanji
memberikan balasan pahala berlipat-ganda (QS An Nisaa’ [4]: 40). Ternyata kalau
dikalikan dengan kapasitas mata air yang kami manfaatkan 20 liter per detik
terdapat jumlah 302,4 juta liter per tahun. Dan infak yang mesti dikeluarkan
sekitar Rp4,5 miliar. Jadi infak yang Rp15 per liter itu akan banyak manfaat. Selain
itu orang-orang yang menjadi pelanggan itu secara otomatis berinfak. Kami
bekerja sama dengan Baznas untuk menyalurkan infak tersebut. Inilah yang
menjadi pembeda antara produk Ufia dan produk-produk air minum dalam kemasan
yang lain. Saya meyakini hal ini menjadi daya tarik marketing,” paparnya.
Membangun Pondasi
Ukhuwah Islamiyah
Jelas,
sebagai entitas baru di dunia bisnis air minum dalam kemasan, perjalanan bisnis
Ufia yang diresmikan oleh Bupati Bogor Rahmat Yasin pada tanggal 23 April 2010 itu
belum memiliki jejaring pemasaran yang andal dan memadai sampai ke pemakai
akhir (konsumen).
Brand infak Rp15 per liter rupanya
menjadi pintu masuk untuk membuka jejaring pasar di kalangan umat Muslim.
Sewaktu grand launching Ufia di Depok
Town Square (Detos), tanggal 28 Februari 2010, Ufia sekaligus menanda-tangani
perjanjian kerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Perjanjian
tersebut menegaskan bahwa pihak Ufia akan menyerahkan infak tiap tahun kepada
Baznas. Lalu, pihak Baznas berkewajiban mencitrakan Ufia kepada masyarakat
luas, khususnya masyarakat umat Islam.
Sebagai
produsen air mineral syariah pertama di Indonesia, Ufia langsung menyedot
perhatian media massa untuk ingin tahu lebih dalam bagaimana bisnis ini
dijalankan. Beberapa media massa Ibukota –seperti Harian Warta Kota dan Suara Islam
Online—telah menuliskan seputar kiprah dan warna bisnis Ufia. Juga sempat
berpromosi di stasiun televisi lokal Yogyakarta. Dari sini, Ardju merasa
memperoleh kekuatan untuk memperluas jejaring pasar. Dia merasa mendapatkan
banyak teman baru dari media massa yang jelas bermanfaat mengenalkan produk air
mineral kepada khalayak ramai.
Lewat
bendera usaha yang baru ini Ardju merasa menerima sesuatu yang non-materi dari
Allah SWT. Sewaktu membuka pabrik dengan dzikir dan doa yang diikuti sekitar
1.000 orang warga Desa Cinagara dan sekitarnya, Ardju bisa berkenalan lebih
dekat dengan Ustadz Muhammad Arifin Ilham yang memiliki ribuan jamaah. Sebuah
jejaring pasar jadi terbuka luas.
Karena brand infak Rp15 per liter itu Ardju
aktif bersilaturrahim ke Nahdlatul Ulama (NU), Muhamadiyah dan Baznas. “Selain
jadi dekat dengan Ketua Umum Baznas Pak Didin Hafidudin, dari Baznas saya jadi kenal
mantan Direktur Utama PT Taspen Achmad Subianto, mantan Direktur Utama Bank BTN
Kodradi, dan pakar ekonomi syariah Syafii Antonio. Itu harta dari Allah yang
bukan dalam bentuk materi,” aku Ardju yang kini terus menggenjot pemasaran Ufia
ke berbagai kalangan.
Pergaulannya
terus meluas. Ardju sekarang juga cukup dekat dengan pengurus teras Dewan
Masjid Indonesia (DMI). Ufia kini telah menjalin kerja sama dengan Korps Dai
Dewan Masjid Indonesia (KD-DMI), DMI Provinsi DKI Jakarta, LDNU Pusat, Masjid
Al Ikhlash Jatipadang (Pasar Minggu, Jakarta Selatan), LPPTKA-BKPRMI,
Muhamadiyah Provinsi DKI, Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri.
Ardju
menyadari sepenuhnya bahwa kini silaturrrahim dan ukhuwah Islamiyah menjadi pondasi
utama marketing perusahaan air minum dalam kemasan yang telah dirintisnya sejak
2009. “Mungkin ini proses Ilahiah yang harus saya lewati. Menyadarkan dan lebih
meyakinkan saya dan keluarga bahwa materi itu tidak menentukan untuk bahagia,”
ujar ayah dari dua orang anak ini.
Ukhuwah
menjadi kata kunci Ardju dalam mengembangkan sayap usaha air minum dalam
kemasan Ufia. Menurut Imam Hasan Al Banna, ukhuwah Islamiyah mengandung keterikatan
hati dan jiwa antara satu dan yang lain yang dilandaskan akidah. Ukhuwah Islamiyah
ini sangat erat hubungannya, lebih erat daripada ikatan darah.
Ukhuwah
adalah nikmat Allah, pemberian Allah yang khusus diperuntukkan buat mereka yang
terpilih. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.” (QS Ali Imran[3]: 103)
Ukhuwah seperti
tali tasbih. Bila kita perhatikan tasbih yang terbuat dari butiran-butiran
kecil yang disatukan dalam satu tali. Seperti itulah ukhuwah, kita disatukan
pada tali agama Allah agar kita menyatu tak bercerai-berai. “Teman-teman karib
pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.”
(QS Az Zukhruf [43]: 67)
Bahwa
ukhuwah merupakan arahan Rabbani dan memiliki makna empati. “Perumpamaan
seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang,
bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh
bagian tubuh lainnya turut merasakannya.” (HR Imam Muslim)
Kini,
melalui Ufia, Ardju ingin berinvestasi dunia-akhirat. Bilamana sekarang Ufia
belum memberikan hasil duniawi yang menggembirakan maka Ardju berharap hasil
yang lebih berkah dan nikmat ukhrawi yang menenteramkan hati.
“Insya
Allah, dengan meminum air Ufia, Anda akan mendapatkan kenikmatan berupa
kesegaran, kesehatan dan keberkahan hidup serta memperoleh kenikmatan akhirat
berupa pahala,” pesan Ketua Umum Baznas Prof. Dr. Didin Hafidhuddin dalam satu
kesempatan. ***
No comments:
Post a Comment