Sunday, April 6, 2014

Masih Diperlukan Dokter dan Bidan di Wilayah Perdalaman


(Foto: BKKBN)


k Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menyebutkan, angka kematian total bayi dan angka kematian ibu (AKI) masih tinggi. Untuk itu, diperlukan pembinaan agar tercipta keluarga sehat, bahagia, sejahtera, dan tidak banyak ibu dan anak yang meninggal.

Ketua Yayasan Demandiri, Prof. Dr. Haryono Suyono mengatakan, diperlukan bidan dan dokter yang mau keliling masuk desa, mengajak dan memberikan penyuluhan yang baik dan tepat tentang penggunaan KB di kalangan masyarakat desa tersebut. Hanya saja, pada tahun 2000, program ini dihapuskan yang membuat 'repot' BKKBN.

"Padahal, pada tahun 1980-an, bidan tersebar di seluruh desa. Tapi sekarang, hanya sekitar 20 sampai 30 persen bidan yang terdapat di desa-desa. Sehingga ini yang ke depannya harus kita perbaiki," kata Haryono menjelaskan dalam acara High Level Seminar on the ICPD Beyond 2014 Review di Grand Melia, Jakarta, Selasa (1/4/2014)

Menurut dia, dengan menyebarkan bidan ke setiap daerah di perdesaan, dapat mengatasi kebutuhan masyarakat di sana akan alat kontrasepsi jangka panjang. Selain itu, dapat menjamin kesehatan ibu dan terus, dan terus menyosialisasikan 4T (terlalu tua, terlalu muda, terlalu dekat jarak kelahiran, terlalu banyak atau sering melahirkan.

Haryono juga menyebutkan, peran Posyandu perlu digalakan lagi untuk pelayanan KB dan kesehatan, terlebih di daerah perdalaman. Kalau perlu, bidan dan dokter keliling di daerah yang sudah dipetakan BKKBN yang populasi unmet need-nya sangat tinggi.

"Pasalnya, bidan dan pelayanan keluarga berencana merupakan satu kesatuan yang harus diterapkan untuk mengajak masyarakat ikut program KB," kata dia menekankan. (health.liputan6.com)

No comments:

Post a Comment