“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pertemuan dengan Rasul? Jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu, maka dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
QS
Al Mujaadilah (58): 13
PASAR MINGGU, Jakarta Selatan, 23 April 2013. Hari
itu Masjid Al Ikhlash Jatipadang dipenuhi ratusan anak yatim dan anak dhuafa
penghafal al-Quran. Sebagai wujud rasa syukur atas keselamatan dan keberkahan
melewati tiga tahun bisnis yang penuh persaingan, PT Ufia Tirta Mulia –produsen
air minum dalam kemasan merek Ufia—hari itu menggelar tabligh akbar, menyantuni
anak yatim dan anak dhuafa penghafal al-Quran.
Pada acara milad
ketiga tersebut, selaku owner PT Ufia
Tirta Mulia, Ardju Fahadaina menyerahkan pula infak sebesar Rp117,5 juta kepada
Baznas yang diterima secara langsung oleh Ketua Umum Baznas KH Didin
Hafidhuddin. Infak sebesar itu berasal dari infak penjualan 7,83 juta liter air
minum doa merek Ufia selama tahun 2012. Disebut sebagai air minum doa, karena
sejak diambil dari mata air, proses produksi hingga pengemasannya, bahkan sampai
distribusi, selalu diiringi dengan lantunan ayat-ayat suci al-Quran.
Kapasitas
mesin produksi PT Ufia Tirta Mulia saat ini mencapai 70 juta liter per tahun.
Namun, baru dimanfaatkan untuk memproduksi sekitar 8 juta liter. Bila
beroperasi penuh, maka per tahun bisa mencapai 300 juta liter. Saat ini air
minum Ufia sudah dipasarkan di wilayah Jabodetabek, Yogyakarta, Cilacap dan
Purwokerto.
“Memang air
minum Ufia rasanya berbeda dengan air minum merek lainnya, karena selalu
diiringi dengan shalat, dzikir, doa dan bacaan ayat-ayat suci al-Quran. Sebab
itu disebut sebagai air minum doa,” ujar Haji Ardju Fahadaina yang asli
Yogyakarta ini.
Dia
menambahkan, “Kalau ingin sukses bisnis, seharusnya kita kembali kepada al-Quran
dan al-Hadits. Sukses berarti mendapat ketenteraman dan keberkahan dari Allah SWT.
Kita wajib mengejar ukhrowi, tapi tidak boleh lepas dari cara-cara profesional
dalam berbisnis secara Islami. Jangan meniru kebiasaan orang Yahudi dalam
berbisnis, yakni dengan mencari keuntungan sebesar-besarnya dan pengorbanan
sekecil-kecilnya,” ungkap tokoh bisnis Islami ini.
Tuntutan dan Kebutuhan
Umat
Sebuah
fakta tak terbantahkan bahwa mayoritas umat Muslim di Indonesia dililit kemiskinan.
Dalam predikat miskin itu mereka tidak berdaya menghadapi gempuran sistem
ekonomi kapitalis yang terus mengurung dan menguasai Indonesia khususnya dan
dunia umumnya. Umat Islam mau tidak mau mesti mengikuti sistem ekonomi
kapitalis –mulai dari perbankan, perpajakan, sampai produk makanan/minuman. Terkhusus
produk air minum dalam kemasan, umat Islam ‘dipaksa’ mengkonsumsi produk-produk
yang diragukan kesyariahannya. Umat Islam harus menelan apa yang digelontorkan
oleh produsen yang terus memimpin pasar air minum dalam kemasan. Menelan mentah-mentah
produk-produk yang tidak Islami. Jelas ini sebuah bahaya besar.
Kita sudah
diingatkan oleh Allah SWT. Bahwa janganlah kamu menjadikan mereka pemimpinmu
bilamana mereka lebih mengutamakan kekafiran daripada keimanan, dan siapa yang
menjadikan mereka pemimpinmu maka mereka itulah orang dzalim (QS [9]: 23).
“Pada
kenyataannya, kalau kita perhatikan, orang kafir telah menguasai ekonomi umat
Islam dengan sistem ekonomi kapitalis. Ini kenyataan meskipun tidak dijelaskan
secara clear. Perusahaan-perusahaan
yang mengusung ekonomi kapitalis itu kini yang berkuasa dan memimpin
perekonomian di negeri ini. Kita sudah salah mengambil pemimpin. Segala bidang
ekonomi dikuasai oleh mereka. Kepemimpinan mereka di bidang ekonomi ini harus
kita rebut,” ujar Haji Ardju Fahadaina.
Lalu
bagaimana kiat agar umat Islam mampu keluar dari keterpurukan dan terus-menerus
mengekor pada kepemimpinan perusahaan-perusahaan dengan sistem ekonomi
kapitalistik. Menurut Haji Ardju, umat harus mempererat ukhuwah Islamiyah dan
bersama-sama berjihad fisabilillah menegakkan ekonomi Islam. “Kita tidak bisa
sendirian memerangi ekonomi kapitalis. Jihad kita itu jihad ekonomi Islam. Jika
anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan
Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Begitulah peringatan Allah lewat Surat At Taubah
ayat 24. Sebab itulah, kita harus ‘berperang’ melawan produk-produk kapitalis
yang terlanjur menguasai pasar air minum dalam kemasan,” ujar Haji Ardju penuh
semangat.
Dari
suasana seperti itulah, Ufia hadir untuk menegakkan syariat Allah, menghadirkan
produk air minum dalam kemasan yang diolah secara syariah. Sebuah produk yang
dikelola sesuai dengan syariat Islam –mulai saat air keluar dari perut bumi
sampai penjualan yang mengajak konsumen berinfak.
Di tengah penguasaan
pasar air minum dalam kemasan di tangan produsen yang kadung besar dan mapan, langkah
Ufia untuk menegakkan kebenaran jelas tidak gampang. Dalam perjalanannya ibarat
Perang Badar di masa awal Islam, ungkap Ardju, sebagian orang beriman dan
orang-orang berdosa tidak menyukainya, mereka membantah kebenaran yang sudah
nyata, serta banyak yang takut mati dan gagal. Kendati begitu, Ardju meyakini benar
janji Allah bahwa suatu saat nanti yang lemah (persenjataan dan modal) yang
menang, bahwa yang benar yang tampil di depan, bahwa orang-orang kafir akan
kalah dan bahwa akan datang masa penetapan yang hak dan pembatalan yang batil.
Untuk maju
perang tentu tidak bisa hanya melenggang tanpa bekal apa-apa. Ardju mempersiapkan
apa saja yang dia sanggupi (QS Al Anfaal [8]: 60) untuk menggentarkan musuh
Allah, musuhmu dan musuh yang tidak kelihatan tapi Allah melihat. Dia telah
mempersiapkan sejumlah modal untuk maju ke medan perang, antara lain:
Tanah dan mata air
Untuk
memproduksi air minum dalam kemasan, dia telah menyiapkan lahan seluas 5,3 hektar
yang memiliki empat mata air di Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten
Bogor. Saat ini baru satu mata air yang dimanfaatkan buat memproduksi air minum
dalam kemasan.
Pabrik
yang lengkap
Di atas
lahan seluas 5,3 hektar tadi, Ardju Fahadaina membangun pabrik lengkap dengan
instalasi pengolahan air yang berkualitas. Dia memperhatikan benar mutu dan
kehalalan suku cadang yang digunakan dalam rangkaian instalasi pengolahan air,
seperti ultraviolet, filter dan ozonisasi. Termasuk penggunaan filter karbon
yang menjadi kunci kehalalan air minum dalam kemasan. “Filter karbon paling
bagus dan murah harganya adalah yang terbuat dari tulang babi. Saya jaga betul
pemakaian filter karbon ini, saya menggunakan bahan yang benar-benar halal,” ujar
Ardju Fahadaina.
Pabrik
milik PT Ufia Tirta Mulia saat ini memiliki kapasitas produksi 70 liter air
minum dalam kemasan per tahun. Dan, sampai saat ini kapasitas tersebut belum
dimanfaatkan secara maksimal.
Produk berkualitas
Untuk
menjaga dan mengaudit kualitas air produk Ufia, manajemen melengkapi dengan
sertifikat Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), sertifikat halal dari
Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan label Standar Nasional Indonesia (SNI). Selain
itu, Ufia juga melengkapi diri dengan laboratorium untuk mengecek kualitas air setiap
kali ada produk yang kurang memenuhi syarat kesehatan. Kemudian bahan kemasan
menggunakan material terbaik dan senantiasa dijaga oleh quality control secara ketat.
Selain
kualitas duniawi tersebut, air minum dalam kemasan Ufia juga memiliki kualitas
ukhrawi atau rohani. Hal ini diejawantahkan dalam bentuk infak Rp15 per liter
air yang terjual dan ZIS sebesar 35% dari keuntungan perusahaan. “Karena
perusahaan belum untung, kami baru bisa menunaikan infak Rp15 per liter air
yang terjual. Kami berharap ada kenaikan produksi dan penjualan dari tahun ke
tahun sehingga mendatangkan keuntungan,” ucap Ardju Fahadaina optimistis.
Target dan Pencapaian
Infak Rp15 per Liter
_____________________________________________________________
2010: 1.800.000
liter Rp.
27.000.000
2011: 8.000.000
liter Rp.
120.000.000
(11% dari kapasitas produksi : 70.000.000
ltr/thn)
2012: 35.000.000 liter Rp.
525.000.000
(50% dari kapasitas produksi)
2013: 70.000.000 liter Rp. 1.050.000.000
(100%
dari kapasitas produksi)
--------------------------------------------------------------------------------------
Note:
1) Dengan satu pabrik dan
kapasitas yang ada.
2) Keberhasilan ditentukan oleh “Semangat
Ukhuwah Islamiyah”.
Distribusi dan
transportasi
Untuk
mencapai dan melayani konsumen secara cepat, Ufia menggunakan armada
transportasi dan distribusi yang andal dan menggunakan sistem service point.
Sumber Daya Manusia
yang Amanah, Rajin dan Jujur
Sumber mata
air dan fisik bangunan pabrik akan menjadi sekadar potensi belaka tanpa didukung
sumber dana manusia (SDM) yang berpendidikan, memahami kerja sebuah tim (team work), dan disiplin. Bagi Ardju
Fahadaina, ketiga unsur itu saja belum cukup untuk membangun tim manajemen yang
mampu memenangi perang bisnis air minum dalam kemasan. Manusia Ufia mesti
memiliki dan menjunjung tinggi sikap Amanah, Rajin dan Jujur (Ardju).
Setiap
insan Ufia harus menjaga amanah. Amanah mengandung makna bahwa semua tugas atau
pesan yang diterima dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Amanah berkait
dengan hal dapat dipercaya atau kredibilitas. Dalam bahasa yang sedikit
filosofis, menurut James M. Kouzes dan Barry Z. Posner dalam bukunya yang
kondang Credibility: How Leaders Gain and
Lose It, Why People Demand It, bila Anda tidak mempercayai si pembawa pesan
atau penerima tugas maka Anda tidak akan mempercayai pesannya dan tugas yang
dia kerja.
Jelas,
bagaimana mungkin kita mempercayai sebuah produk kalau kita tidak menaruh rasa
percaya kepada mereka yang mengerjakan atau memproduksi. Melalui sumber daya
manusia yang memiliki kredibilitas kuat, perusahaan akan mampu tumbuh secara
baik.
Lantas
bagaimana agar perusahaan mampu memilih dan mempekerjakan orang-orang yang
punya kredibilitas kuat. Untuk itu Ardju Fahadaina berusaha merekrut
orang-orang yang memiliki kepercayaan diri (self
confident), visi dan idealisme, kepedulian, tanggung jawab tinggi dan
bermartabat (dignified).
Dalam
bahasa religius, Ardju berusaha mencari orang-orang yang jangan sampai
mengkhianati Allah dan Rasulullah saw dan mengkhianati amanah-amanah yang
dipercayakan kepadanya sedangkan mereka mengetahuinya (QS Al Anfaal [8]: 27).
Sejumlah
hasil survai yang dilakukan oleh para pakar manajemen, seseorang disebut
kredibel bilamana mereka memiliki kejujuran, dapat melihat ke depan, mampu
memberikan inspirasi pada kelompok dan memiliki kecakapan. So, orang yang
kredibel adalah orang-orang yang dapat kita percayai perkataannya dan secara
pribadi mempunyai antusiasme tinggi serta
memiliki pengetahuan dan kecakapan untuk memimpin. Dalam bahasa
manajemen, orang kredibel adalah orang yang memiliki integritas tinggi dan
kompetensi yang andal.
Kejujuran. Ya, orang-orang yang bekerja di
Ufia adalah orang-orang yang berusaha senantiasa menyatu kata dan perbuatan. Karena,
menurut Ardju Fahadaina, amat besar kebencian di sisi Allah bila seseorang
mengatakan apa-apa yang tidak dikerjakan (QS Ash Shaff [61]: 3).
Sebagaimana
pula pesan Rasulullah, “Berlakulah jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu
menunjukkan kepada surga, dan tidaklah seseorang itu berlaku jujur dan
membiasakannya dalam hidupnya kecuali ditulis di sisi Allah sebagai orang yang
selalu jujur. Dan janganlah kalian berperilaku dusta, karena dusta menunjukkan
kepada keburukan, dan keburukan itu menunjukkan kepada api neraka, dan tidaklah
seseorang itu berdusta dan membiasakannya dalam hidupnya, kecuali ditulis di
sisi Allah sebagai tukang dusta.” (HR Mutaffaq Alaihi)
Satu hal
lagi yang melekat pada diri orang-orang Ufia adalah rajin. Dalam bahasa manajemen,
rajin mengandung unsur kompeten (competency)
dan kesempurnaan (perfection). Melalui
kinerja yang rajin, mereka memiliki kompetensi yang dibutuhkan buat menjalankan
pabrik pengolahan air minum dalam kemasan.
Untuk
mencapai kompetensi tinggi, Ardju senantiasa memotivasi karyawan-karyawannya
dengan nilai-nilai rasa pengendalian (sense
of control), kebutuhan untuk berprestasi dan harga diri tinggi. Dengan
menguatkan tiga nilai tersebut dalam diri setiap karyawan, Ardju berharap
mereka terus bersemangat, aktif menggapai visi dan misi yang digariskan
manajemen, dan mengembangkan perusahaan secara kreatif. Sesungguhnya Allah
sangat mencintai seseorang yang bilamana melakukan sesuatu dilakukan sebaik
mungkin (profesional). (HR Imam Baihaqi dari Aisyah)
Dengan kesiapan
menghadapi perang bisnis air minum dalam kemasan yang relatif lengkap dan tekad
yang kuat tersebut, Haji Ardju kini berusaha tawakal dalam menjalankan roda
bisnis PT Ufia Tirta Mulia. Dia meresapi benar pesan suci “... Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka tawakallah kepada Allah.” (QS Ali ‘Imran
[3]: 159 )
Untuk itu,
Haji Ardju terus berikhtiar melaksanakan syariat dan mengikuti aturan yang
berlaku. Semua perizinan dan sertifikasi duniawi telah dipenuhi. Dan sekarang,
Haji Ardju berusaha menggenjot bagaimana kiprah Ufia berkontribusi pada umat.
Kontribusi pada Umat,
Bangsa dan Negara
Melalui
infak Rp15 per liter air yang terjual, Ufia berusaha memberi arti bagi umat
(Muslim). Dapat diilustrasikan di sini, misalkan, produsen air minum dalam
kemasan merek lain dan Ufia sama-sama punya omset Rp20 miliar per tahun dan
keuntungan sama-sama Rp4 miliar. Pada merek lain, tidak ada infak yang
disalurkan ke umat dan laba Rp4 miliar sepenuhnya menumpuk di kantong sang
pengusaha atau dilarikan ke luar negeri (terutama perusahaan penanaman modal
asing atau multinasional). Benar-benar tidak ada yang menetes pada umat, tiada
terkecuali umat di sekitar lokasi mata air yang dieksploitasi habis-habisan.
Lalu
bagaimana gambaran kontribusi infak Rp15 dari pelanggan Ufia? Dengan omset Rp20
miliar, diperkirakan air yang terjual mencapai 47,5 juta liter. Dari angka
produksi air sebanyak itu, infak yang terkumpul sekitar Rp700 juta. Lalu dari
laba Rp4 miliar dialokasikan buat zakat (2,5%) Rp100 juta, infak (32,5%) Rp1,3
miliar, pengembangan usaha (32,5%) Rp1,3 miliar dan kesejahteraan keluarga
(32,5%) Rp1,3 miliar. Singkat cerita, terkumpul ZIS (Rp100 juta, Rp700 juta,
Rp1,3 miliar) sebesar Rp2,1 miliar. Dana ZIS sebesar Rp2,1 miliar tersebut
sudah barang tentu sangat berarti bagi umat Muslim yang dililit kemiskinan, bantuan
anak yatim piatu, membantu masjid yang membutuhkan dana renovasi, dan
meningkatkan kualitas lembaga pendidikan Islam.
Langkah kongkritnya,
dana infak Rp15 per liter di tahun 2011 sebesar Rp120 juta yang telah disetor
ke Baznas dapat dimanfaatkan untuk proyek pipanisasi air bersih bagi 44 KK
warga Desa Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain
itu, sebagian infak tersebut untuk menyantuni anak yatim dan dhuafa penghafal
al-Quran serta melengkapi pembiayaan Panti Asuhan Yatim Putri Nur-Ufia di
Sleman, Yogyakarta.
Selain
kontribusi dari infak Rp15 per liter, Ufia pun memberi arti bagi wagra Desa
Cinagara, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Hal ini tercermin pada komposisi
karyawan yang mencapai 80% warga sekitar pabrik. “Kami bersyukur atas kehadiran
Ufia di desa ini. Kami sangat terbantu dan merasa tenteram bekerja di sini,”
ujar Supervisor Ufia, HM Madani, yang asli warga Desa Cinagara dan memulai
karir di Ufia dari tingkat paling bawah.
Dalam
kerangka lebih luas, Haji Ardju ingin Ufia memberikan kontribusi kepada bangsa
dan negara. Setidaknya, berkontribusi memberikan contoh praktik bisnis air
minum dalam kemasan yang syar’i tanpa meninggalkan ketaatan kepada peraturan
duniawi yang dibuat birokrasi pemerintahan negeri ini.
Visi-Misi Buat Umat
Berangkat
dari tekad memberi arti bagi umat dan negeri, Haji Ardju memberikan arah (visi)
agar perjalanan bisnis Ufia tidak salah tujuan. Hadji Ardju mengkristalisasi
visi Ufia: menjadi perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) terkemuka, Islami,
pilihan utama masyarakat Indonesia serta selalu dalam ridha Ilahi. Sebuah visi
yang demikian jelas, ringkas dan gampang dipahami oleh segenap karyawan PT Ufia
Tirta Mulia.
Dari visi
yang tegas tersebut, Haji Ardju kemudian sedikit membumikan ke dalam misi-misi
perusahaan. Ada pun misi Ufia meliputi:
·
Mewujudkan
perusahaan AMDK yang profesional.
·
Mengembangkan
nilai-nilai Islam dalam lingkungan Perusahaan.
·
Mendidik
dan mengarahkan semua yang terkait dengan perusahaan untuk menjadi manusia yang
Amanah, Rajin dan Jujur.
·
Mewujudkan
suasana aman, nyaman, tenteram dan damai, bagi orang-orang yang berada di
sekitar tempat di mana perusahaan beroperasi.
·
Menghasilkan
produk-produk yang inovatif, halalan
thoyyiban, berkualitas tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat.
·
Mengutamakan
hal-hal yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.
Sempurnakan Manajemen
Genjot Pasar Institusi
Perjalanan
bisnis AMDK Ufia mulai dari April 2010 sampai sekarang dapat dikatakan kurang
mulus, ada kerikil-kerikil tajam menyerak. Setelah berhasil keluar dari
persoalan pembangunan pabrik yang sempat tersendat, Ufia mulai memasuki pasar.
Ternyata peta persaingan di bisnis air minum dalam kemasan ini lumayan ketat.
Dari catatan di Aspardin, pada tahun 2010 tercatat adanya 500 perusahaan AMDK dan
100 di antaranya mati lantaran tidak mampu bersaing. Selain persaingan, sebagai
pemain baru, Ufia pun menghadapi semacam upaya tipu-tipu orang yang mengaku
bisa membantu penjualan berapa saja Ufia berproduksi.
Haji Ardju
bercerita:
“Ternyata
tidak hanya persaingan, di situ ada penjahat-penjahat di bidang penjualan air.
Ada sementara orang yang menawarkan diri akan membantu penjualan, mau jual
berapa saja bisa dibantu. Kami sempat menjadi korban dari kejahatan seperti
ini. Memang kejahatan ini tidak secara langsung ke kami. Agen yang semula
kapasitasnya hanya sebuah toko terpengaruh oleh mafia penjualan tadi. Penjahat
masuk ke agen, dia mungkin memberikan proyeksi marketingnya bisa jual banyak.
Lalu si agen berhubungan dengan manajemen Ufia. Entah kenapa manajemen Ufia
menjalin kerja sama dan percaya saja pada si agen yang telah disusupi penjahat
ini. Kemudian pihak pabrik mempercayai agen terebut. Padahal, agen tersebut
dibantu oleh tenaga ahli penjual yang adalah penipu. Akibatnya sangat fatal,
karena air yang sudah diproduksi dan keluar dijual itu ternyata hilang. Artinya,
produk terjual namun uangnya tidak bisa ditagih. Kerugian di tahun kedua itu
mencapai sekitar Rp1,2 miliar. Sekilas di tahun kedua itu penjualan kami naik
dan produksi sampai beroperasi dua shift.
Tapi berakhir dengan tertipu. Saya baru mencium gelagat itu Maret 2012. Saya langsung
menuntut tanggung jawab orang-orang yang saya serahi memegang manajemen
perusahaan namun mereka tidak mau.
Langsung
saja saya rombak manajemen. Saya kembali turun tangan sendiri, saya periksa harga
pokok produksi. Manajemen lama memproduksi air sebanyak-banyaknya dengan
alasan untuk bersaing di pasar. Kemudian harga jual juga diturunkan sampai di
bawah harga pokok produksi. Katakanlah harga pokok Rp9.000 per karton cup, manajemen
menjual Rp8.200. Saya menemukan dua persoalan, yakni kerugian Rp1,2 miliar dan
harga jual di bawah harga pokok. Misalkan uang itu saya tarik, tetap saja rugi.
Sebetulnya kami bisa memperkecil kerugian di bawah Rp1 miliar tapi akan tetap
rugi lebih dari Rp1 miliar karena penjualan setelah saya turun tangan itu masih
pakai harga yang di bawah harga pokok. Saya tidak mungkin langsung menaikkan
harga jual. Waktu manajemen lama, kerugian untuk cup itu Rp200 juta per bulan.
Secara bertahap saya naikkan harga, pertama turun harga, kerugian turun menjadi
Rp100 juta. Potensi kerugian masih tinggi juga. Berjalan kira-kira enam bulan saya
naikkan harga lagi, kerugian turun jadi Rp50 juta per bulan. Berjalan sekitar setengah
tahun juga, saya naikkan lagi, kerugian tinggal Rp30 juta. Dalam setahun
berikutnya masih ada potensi kerugian. Itu kendala yang kami alami. Dan saya
terus perbaiki.”
Perkembangan
terakhir, pertengahan Juli 2013, Ufia
kembali menaikkan harga jual dengan harapan balik modal saja. Repotnya, September
2013, nilai dolar melonjak sampai Rp11.500 per dolar. Otomatis harga semua material
produksi air minum dalam kemasan ikut naik. Ditambah lagi biaya transportasi
belum lama mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan harga BBM. Akibatnya,
harga jual Ufia sangat tertekan. “Kalau dihitung-hitung dengan produksi 30 ribu
karton per bulan, kerugian Rp20 juta per bulan untuk cup. Sampai sekarang ini
potensi rugi masih ada karena faktor eksternal. Untuk mengatasi kerugian itu
saya menurunkan produksi dari sebelumnya 30 ribu karton menjadi tinggal 20 ribu
karton, rugi sekitar Rp13 juta,” terang Haji Ardju.
Bersyukur,
Ufia masih bisa meraih sedikit keuntungan dari air minum kemasan botol dan
galon. Sebab itulah, Haji Ardju berupaya menggenjot pasar kemasan botol dan
galon secara maksimal. Selain masuk ke konsumen rumah tangga, untuk mempercepat
peningkatan penjualan kemasan galon, Ufia sekarang berkonsentrasi ke konsumen institusi.
“Kami aktif membuka kerja sama ke kalangan bank syariah, sekolah Islam atau majlis
taklim yang dapat terpengaruh oleh visi-misi Ufia. Juga berusaha melebarkan
sayap pasar ke supermarket yang saat ini baru Tiptop yang hanya ada tujuh outlet di Jabodetabek,” paparnya.
Akibat
penurunan produksi, instalasi pengolahan air minum Ufia pun mengalami
pengurangan operasional. Pada sisi lain, karyawan tetap harus diupah. Untuk
terus menambah jam operasional, minimal mempertahankan waktu operasional yang normal,
manajemen Ufia menerima pihak-pihak lain yang ingin memproduksi air minum di
pabrik Ufia. Beberapa pihak lain yang
telah menjalin kerja sama produksi di Ufia antara lain Aceros, Pondok Pesantren
Darun Najwah (Bekasi), dan sebuah partai politik. Agar tidak rugi, Ufia mesti
berproduksi 50 ribu galon per bulan. “Kami Ufia sendiri baru mampu menjual
sekitar 8.000 galon per bulan. Bulan September 2013 lalu kami sudah mencapai 11.000
galon. Katakanlah Ufia sendiri bisa mencapai 15.000 dan Aceros 25.000 galon, Pondok
Pesantren Darun Najwah 4.000 galon, total produksi baru 44.000 galon. Masih perlu
6.000 galon lagi. Kami akan terus membuka pasar galon lebih luas lagi,” jelas Haji
Ardju.
Kemudian,
untuk kemasan botol pun masih jauh sekali. Ufia harus menjual sekitar 40 ribu
karton agar tidak merugi. Saat ini baru sekitar 1.000 karton yang terjual. Ufia
tetap membuka lebar-lebar pihak-pihak yang ingin memanfaatkan instalasi
pengolahan air minum dengan merek yang dimilikinya. Untuk memperbesar penjualan
kemasan botol, saat ini Ufia sudah menjadi kerja sama dengan pemasok untuk sopir
angkot di daerah Bogor. Sementara waktu untuk satu trayek, mereka menyanggupi
memasarkan 500 karton per bulan. “Nanti bisa sampai 1.000 karton. Kalau dia
bisa banyak trayek maka bisa 5.000 karton. Yang begini ini sedang kami cari
lebih banyak lagi. Kelompok lain seperti taksi dan moda transportasi lainnya coba
dijajaki. Sangat mungkin pula dibuka kerja sama dengan jaringan hotel syariah,”
terang Haji Ardju.
Bukan hal
mudah memasarkan air minum dalam kemasan di tengah daya beli masyarakat yang
terus melemah. Terutama untuk kemasan cup, relatif tidak ada keuntungan, lebih
sebagai upaya branding. Sebab itu, tutur
Haji Ardju, manajemen Ufia berupaya menyebarkan ke mana saja pasar yang masih
memungkinkan, seperti pasar tradisional, pesta perkawinan dan terminal. Untuk
kemasan cup minimal menjual 75.000 karton, baru akan kelihatan keuntungan di
depan mata.
“Kami tidak
mau banting harga, satu-satunya jalan ya tetap berpegang teguh pada strategi
kami dengan visi-misi bahwa kami produk Islami dan target pasar yang Islami
juga. Artinya, kami bisa mempengaruhi market itu dengan ke-Islam-an. Sekarang
yang kami jalankan lebih banyak di situ, ke masjid dan majlis taklim. Dari
pengalaman bisa masuk tapi perlu perjuangan keras karena untuk mengenalkan
maksud baik Ufia ini tidak seperti membalik telapak tangan. Alhamdulillah yang
saya jalankan belakangan ini mulai tembus juga. Perlu waktu perlu kesabaran. Dan
saya optimis pada janji Allah,” tutur Haji Ardju.
Ke depan,
lanjut Haji Ardju, sangat dimungkinkan untuk menjalin kerja sama produksi
dengan pemilik merek Islami –Adz Dzikra,
DD Water dan MQ. “Air minum dalam
kemasan merek Adz Dzikra sudah mati.
Saya dengar langsung dari Ustadz Arifin Ilham sendiri karena katanya yang
menjalankan tidak amanah. Kemudian DD
Water, saya pernah mendekati agar bisa memproduksi di tempat kami, sekarang
dalam proses. Saya sudah ke sekolahnya DD
Water, Dompet Dhuafa dan Rumah
Sehat di Serpong. Itu sudah saya tawarkan juga. Lalu, MQ pernah kami dekati namun
tidak cocok harga,” terangnya.
Harapan dan Cita-cita
Kendati
perjalanan Ufia terus tertatih-tatih, Haji Ardju tetap optimis bakal memenangi
‘perang’ di jagat bisnis air minum dalam kemasan. Jelas berbeda dibandingkan pengalaman
tatkala dia mengakuisisi dan membesarkan perusahaan SPPBE di Provinsi Lampung
yang kemudian berkembang pesat sampai Jambi. Di bisnis SPPBE relatif ringan
iklim persaingannya. Lebih simpel, dia cukup bermodal tangki dan kendaraan
pengangkutan elpiji. Konsumen pun hanya menghadapi satu pilihan elpiji produk
Pertamina. Sedangkan di air minum dalam kemasan, modal pabrik saja cukup mahal.
Lalu, mesti tahu betul tingkat persaingan di pasar yang terlanjur dikuasai
pemain bermodal kuat dan jejaring menghampar di pasar. Konsumen memiliki banyak
pilihan air minum yang disuka dan diminum sehari-hari.
Walau lebih
sulit dibanding SPPBE, Haji Ardju berkeyakinan usahanya kali ini bakal menuai
sukses dan mengambil-alih pimpinan di bisnis air minum dalam kemasan. “Saya ada
keyakinan bisa mengarah ke sana. Dengan alasan konsumen kami Islam. Namun, kami
harus bekerja keras meyakinkan konsumen atau calon konsumen Islam itu bahwa
Ufia ini lebih baik daripada merek-merek yang lain sesuai dengan doa harian
kami ‘ya Tuhan kami berilah keselamatan dunia-akhirat dan jauhkan kami dari
adzab neraka’. Karena, Ufia ini kualitasnya dunia-akhirat. Ini yang harus kami
sosialisasikan dan promosikan agar jejaring umat ini menjadi pasar potensial
marketing dan distribusi Ufia,” harap Haji Ardju Fahadaina.
Tahapan-tahapan
ke arah sukses itu sudah terbaca. Setelah kesulitan itu kita akan diberi
kemudahan. Memang tidak akan melesat pesat bak anak panah. Perlahan namun pasti
konsumen datang. Misalkan segera datang pelanggan baru dari kawasan industri
Tangerang yang berkomitmen berlangganan sekitar 5.000 galon per bulan.
Dengan semakin
bertambahnya pelanggan Ufia, Haji Ardju lalu menaruh asa untuk segera dapat membumikan
ZIS di kalangan umat Muslim. Bila semakin banyak umat ber-ZIS maka akan semakin
banyak dana buat kemaslahatan umat. “Cita-cita saya menegakkan ekonomi Islam mencapai
negeri yang baldatun thoyyibatun wa
rabbun ghofur. Dan melalui Ufia, saya ingin memenuhi janji secara sempurna.
Ending-nya begitu,” tandas Haji Ardju
penuh asa. ***
No comments:
Post a Comment