Alkisah, di negeri seberang sedang berlangsung lomba
bagaimana caranya membuat seekor gajah bisa menangis. Tiga orang peserta
(masing-masing dari Amerika, Jepang dan Indonesia) bersiap di hadapan seekor
gajah dari Way Kambas, Lampung.
Singkat cerita, tampil
pertama seorang bule berbadan tegap asal Amerika, mengenakan jas hitam dan
membawa seperangkat komputer dan mesin ultrasonik. Selama setengah jam, dengan
berbagai cara, akhirnya dia gagal membuat sang gajah menangis. Kemudian tampil
peserta kedua dari Jepang, seorang ahli beladiri. Dengan Karate dan Judo-nya
dia memukuli sang gajah. Tapi, cara itu pun ternyata tidak ada efeknya. Bahkan
dengan belalainya, sang gajah membuat peserta Jepang itu terpelanting ke
pinggir arena.
Lalu giliran ketiga,
peserta dari Indonesia. Orangnya berperawakan pendek kurus seperti kurang gizi,
kulit sawo matang dan mengenakan seragam KORPRI yang sudah tampak kusam.
Ternyata dia seorang pegawai negeri sipil (PNS). Dia maju ke arena dengan raut
wajah yang melas. Dia lantas menghampiri sang gajah dan membisikkan beberapa
patah kata ke telinganya. Beberapa detik berselang, sang gajah tampak tersentak
dan disusul sedu-sedan. Sang gajah menangis tersedu-sedu serta meneteskan air
mata yang banyak.
Semua penonton lomba
terheran-heran. “Apa yang Anda katakan, sampai bisa membuat sang gajah
menangis,” kata salah seorang anggota panitia lomba dan peserta lain yang
penasaran. “Apakah Anda mengancam sang gajah, sehingga dia merasa takut dan
akhirnya menangis?” Peserta asal Indonesia ini menjawab, “Tidak kok. Saya hanya
mengatakan kepada sang gajah kalau saya itu dari Indonesia, seorang pegawai
negeri sipil.“ Sedemikian menyayatkah kehidupan pegawai negeri kita?
Sampai-sampai gajah saja dibuat menangis. Boleh jadi itu nasib PNS di masa silam.
Kini, di era remunerasi, PNS tak lagi membuat gajah menangis. Sebaliknya, gajah
tertawa melihat penghasilan orang semacam Gayus HP Tambunan yang mantan PNS
golongan 3A Ditjen Pajak Kementerian Keuangan.
No comments:
Post a Comment