Penerapan program Jaminan Persalinan (Jampersal) secara gratis
dinilai gagal untuk menekan tingkat kematian ibu melahirkan di kawasan Timur
Indonesia.
Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan survei yang dilakukan
PIAR-NTT dan Perkumpulan Prakarsa Jakarta di Nusa Tenggara Timur pada 2012
lalu.
"Jampersal tidak berjalan di wilayah itu karena program
tidak dibarengi dengan peningkatan infrastruktur dan penambahan jumlah tenaga
kesehatan di sana," ungkap peneliti dari PIAR-NTT Dany Manu di Jakarta,
Rabu (16/1/2013).
Rata-rata angka kematian ibu (AKI) di NTT mencapai 306 kematian
per 100 ribu kelahiran hidup. Jumlah ini berarti 10 kali lipat lebih tinggi
dari pada rata-rata AKI di Pulau Jawa.
Berdasarkan survei yang dilakukan di dua kabupaten, bisa ditarik
kesimpulan bahwa terdapat sejumlah kendala yang menjadi penyebab pemberlakuan
Jampersal di sana kurang berjalan dengan optimal.
Pertama implementasi Jampersal di sana tidak berjalan lantaran
minimnya fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan. Kedua sering absennya
petugas kesehatan di fasilitas kesehatan dan biaya transportasi warga ke
fasilitas kesehatan masih terlalu tinggi. Biaya transportasi sekali jalan
sekitar Rp250 ribu ke atas sangat memberatkan bagi mereka. Pasalnya rata-rata penghasilan
mereka per bulan kurang dari Rp1 juta.
Di sebagian besar wilayah Timur, memang masih banyak desa yang
tidak memiliki bidan. Di Maluku Utara dan NTT misalnya jumlah persalinan dengan
tenaga medis terlatih masih di bawah 30%. Bandingkan dengan Yogyakarta misalnya
yang telah mencapai 100% atau rata-rata perkotaan di Jawa yang telah mencapai
88%.
Peneliti dari Perkumpulan Prakarsa Victoria Fanggidae
menyarankan ke depan agar program tersebut efektif, pemerintah seyogianya
menyertakan komponen transportasi pada warga. "Mekanisme klaim harus
dipermudah, khususnya pada wilayah terpencil. Selain itu sosialisasi pada
ibu-ibu juga harus diperluas."
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2007 AKI di
Indonesia masih mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Untuk mencapai
target MDGs pada 2015 yaitu 10 per 100 ribu dinilai sangat berat. Diperkirakan
pada 2015 nanti AKI di Indonesia hanya turun menjadi 173 per 100 ribu. (http://www.metrotvnews.com)
No comments:
Post a Comment