Thursday, December 19, 2013

Tampaknya Berkah Nabi Muhamad Saw terhadap Amr bin Akhthab



Abi Zaid Amr bin Akhtab al-Anshari r.a. bercerita, “Bahwa Rasulullah Saw pernah berkata kepadaku, ‘Wahai Amr bin Akhthab, mendekatlah kepadaku!’  Lalu aku mendekat ke beliau dan beliau pun tiba-tiba mengusap-usap tangannya ke kepalaku dan jenggotku seraya berdo’a, ‘Ya Allah, jadikan jenggot ini bagus dan awetkanlah kebagusannya’.” Berkat do’a Nabi ini, meski usia Amr bin Akhthab lebih dari seratus tahun, tetapi jenggotnya tetap bagus, tak ada uban putihnya kecuali hanya sedikit, tampan wajahnya, dan tidak berubah sampai ajal menjemputnya.[1]

Debu Memenuhi Seluruh Mata dan Wajah Kaum Musyrik!
Abu Abdurrahman al-Fahri bercerita, “Pada saat perang Hunain, Rasulullah mengambil segenggam tanah kemudian menaburkannya ke wajah musuh sembari berkata, ‘Wajah-wajah yang buruk.’ Atas izin Allah SWT, tentara Muslimin berhasil mengalahkan orang-orang Musyrik ini. Sehingga pada suatu hari, anak-anak mereka bercerita kepada kami bahwa waktu itu tidak ada seorangpun dari bapak-bapak mereka melainkan mata dan mulut mereka penuh dengan tanah."[2]

Kencangnya Lari Unta itu Berkat Pukulan Nabi Muhamad Saw
Abu Hurairah berkisah, "Seorang pemuda datang menjumpai Rasulullah seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku akan menikahi wanita dari golongan Anshar.’ Lantas Rasulullah balik bertanya, ‘Apakah kamu telah melihatnya?’ Dia menjawab, ‘Ya, aku telah melihatnya.’ Beliau kembali bertanya, ‘Dengan mas kawin berapa kamu akan menikahinya?’ Dia menjawab, ‘Dengan segini dan segini.’ Kembali beliau berkata, ‘Betapa banyaknya mas kawin itu, seakan-akan kalian memahat perak dari sisi gunung ini. Kami (Nabi dan Sahabat) tidak memiliki sebanyak itu untuk diberikan kepadamu, namun suatu saat kami akan mengutusmu mengikuti suatu peperangan sehingga kamu bisa mendapatkan ghanimah.’[3] Sebab itu, tatkala Rasulullah mengutus rombongan perang ke Bani Abs, beliau mengutus pemuda itu bersama mereka.
Lalu pemuda itu mendatangi Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak melihat keadaan untaku ini bila untuk berperang?’ Kemudian Rasulullah meraih tali unta pemuda itu, seakan-akan beliau berpegangan untuk berdiri, lalu Rasulullah memukul unta tersebut dengan kakinya. Abu Hurairah berkata, ‘Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya aku melihat unta itu berlari mendahului pemimpinnya’.”[4]

Terkabulnya Doa Saad bin Abi Waqash Berkat Doa Nabi Muhamad Saw
Sa’ad bin Abi Waqash r.a., bercerita bahwa Nabi Saw pernah berkata, “Ya Allah, kabulkanlah permintaan Sa’ad ketika dia berdo’a.” Dan do’a Sa’ad bin Abi Waqash pun selalu dikabulkan oleh Allah SWT.[5]
Jabir bin Samrah r.a. bertutur, "Para penduduk Kufah mengadukan Sa'ad bin Abi Waqash r.a. kepada Umar bin al-Khathab r.a. –yang pada waktu itu menjabat sebagai khalifah, sedang Sa'ad sebagai gubernur yang diangkat olehnya untuk daerah Kufah. Sampai kemudian Umar memecat Sa’ad lalu digantikan Ammar untuk memerintah penduduk Kufah itu.
Orang-orang Kufah mengadukan, sampai-sampai mereka itu menyebutkan bahwa Sa'ad tidak bagus dalam mengerjakan shalat. Sa’ad diminta datang oleh Umar r.a. lalu Umar bertanya, ‘Wahai Sa'ad bin Abi Waqash, sesungguhnya orang-orang Kufah menyangka bahwa kamu tidak bagus dalam mengerjakan shalat.’ Sa'ad menjawab, ‘Tentang hal ini, demi Allah, sesungguhnya aku bersembahyang dengan orang-orang itu sebagaimana shalatnya Rasulullah. Aku bersembahyang shalat isya', lalu aku perpanjangkan dalam kedua rakaat yang pertama, sedang kedua rakaat yang terakhir aku peringankan.’ Umar menegaskan, ‘Itu adalah penyangkaan orang-orang padamu, wahai Abu Waqash.’
Selanjutnya Umar mengirimkan Sa'ad bersama seorang atau beberapa orang ke daerah Kufah untuk menanyakan kepada penduduk Kufah tentang diri Sa'ad. Tiada suatu masjid pun dan para penduduk Kufah itu memuji kebaikannya. Akhirnya masuklah di suatu masjid di lingkungan Bani 'Abs. Kemudian ada seorang laki-laki di antara mereka itu berdiri, namanya Usamah bin Qatadah yang diberi gelar Abu Sa'dah. Dia berkata, ‘Kalau Anda bertanya kepada kami tentang Sa'ad, maka sesungguhnya Sa'ad itu tidak pernah ikut pergi memimpin pasukan ke medan perang, tidak pernah mengadakan pembagian harta ghanimah dengan sama rata dan tidak pernah pula menjatuhkan putusan suatu perkara berdasarkan nilai keadilan.’
Sa'ad lalu berucap, ‘Demi Allah, aku akan berdo’a dengan tiga macam permohonan” Ya Allah, jikalau hambamu ini –Usamah bin Qatadah– berkata dusta dan melakukan hanya karena congkak dan kesombongan belaka, maka panjangkanlah usianya, langsungkanlah kefakirannya dan permudahkanlah dia untuk berbagai kefitnahan.’
Setelah beberapa saat berlalu, orang itu –Usamah bin Qatadah– jikalau ditanya, siapa dirinya, dia menjawab, ‘Aku adalah orang tua bangka yang terkena fitnah, karena do’anya Sa'ad sudah mengena pada diriku’.”
Abdul Malik bin ‘Umair yang meriwayatkan hadits ini dari Jabir bin Samrah berkata, "Aku sendiri melihat orang itu sesudah tuanya, kedua alisnya telah rontok di atas kedua matanya karena teramat tua. Dan, sesungguhnya dia menampakkan diri pada kaum wanita sambil menarik-narik tangan mereka.”[6]

Berkah Do’a Nabi Muhamad Saw kepada Abdurrahman bin ‘Auf
Anas r.a bercerita bahwa Rasulullah berkata kepada Abdurrahman bin Auf, “Semoga Allah selalu memberikan keberkahan kepadamu.”[7]Abdurrahman bertutur, “Sungguh, aku lihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya aku temukan di bawahnya emas dan perak!”[8]
Allah SWT telah membuka pintu rezeki kepadanya, dan memberikan sebuah anugerah keberkahan yang luar biasa, baik dari langit maupun bumi. Padahal, ketika baru tiba di Madinah, dia termasuk golongan Muhajirin yang fakir. Rasulullah mempersaudarakan antara dia dan Sa’ad bin Rabi’ Al-Anshari r.a.
Sa’ad berkata kepada Abdurrahman,Wahai Abdurrahman, aku mempunyai dua istri, pilihlah yang paling cantik di antara keduanya. Aku akan mentalaknya, setelah jeda waktu iddah, kamu boleh menikahinya. Aku juga mempunyai harta di sana dan di sini, ambilah yang kamu kehendaki.”
Abdurrahman berucap, “Wahai saudaraku Sa’ad, aku tidak memerlukan semua itu. Semoga Allah memberikan keberkahan atasmu dan kedua istrimu serta hambamu (budak).” Lalu Abdurrahman melanjutkan, “Tunjukkan aku di mana pasar berada.”[9]Akhirnya, dia berdagang di pasar dan dalam jangka waktu yang pendek dia sukses. Kesuksesan ini berkat do’a Nabi Saw kepadanya sampai kemudian  rezekinya terus melimpah ruah. Abdurrahman bin Auf  meninggal sekitar tahun 31 H atau 32 H dan dimakamkan di Madinah. Di antara harta peninggalannya adalah emas murni yang kemudian dibagi-bagikan kepada kaum Muslimin. Saking banyaknya, sampai-sampai para tukang pembagi emas pun merasa kewalahan membagikannnya. Juga, setiap istrinya mendapatkan delapan puluh ribu dinar.
Sebagian riwayat lain mengatakan, setiap istri Abdurrahman bin Auf mendapat seratus ribu dinar. Tetapi ada pula yang mengatakan, istri-istrinya mendapat kurang lebih delapan puluh ribu dinar.
Sebelum Abdurrahman wafat, dia berwasiat untuk menyedekahkan sebagian hartanya buat kepentingan perjuangan Islam dan kaum Muslimin. Di antara harta-harta yang dia sedekahkan antara lain 1.000 kuda dan 50.000 dinar untuk jihad di jalan Allah, memberikan lahan perkebunan miliknya kepada para ibu-ibu kaum Mukmin, memberikan hadiah kepada setiap pejuang perang Badar sebesar 400 dinar, atau 100 dinar, bahkan semua tentara Islam mendapatkan bagian masing-masing. Utsman bin Affan juga turut mengambil bagiannya. Setiap hari dia juga membebaskan 30 budak dan mensedekahkan 700 unta (unta yang biasa membawa perbekalan) yang biasa dipergunakan untuk berdagang, dan setiap unta ini membawa perbekalan baik makanan maupun yang lain. Dan di hari lain, dia juga menyedekahkan hartanya sebesar 4.000 dinar, kemudian bersedekah lagi 40.000 dinar, lalu 40.000 dinar, dan bersedekah 500 ekor kuda, serta 500 kendaraan yang lain.

Bayi Epilepsi Sembuh Setelah Disentuh Dadanya oleh Nabi Muhamad Saw
Ibnu Abbas r.a. berkisah, “Suatu waktu, seorang perempuan mendatangi Nabi dengan membawa anaknya. Lalu dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, anakku terkena epilepsi. Dia selalu mengambil makanan dan merusaknya ketika kami sedang makan.’ Kemudian Rasulullah mengusap dada bayi itu serta mendo’akannya. Tiba-tiba bayi itu memuntahkan semacam kotoran berwarna hitam yang lumayan banyak dan seketika bayi itu sembuh.”[10]


[1]HaditsHasan, HR Imam Ahmad, dan HR Tirmidzi.
[2]HaditsShahih, HR Ahmad, IbnuSa’ad dan Baihaqi.
[3]Harta rampasan perang [Penj].
[4]Hadits Shahih, HR Muslim bab ‘al-Nikâh’ (3/1040) dan HR Baihaqi kitab Dalail al-Nubuwah (6/154).
[5] HR Tirmidzi.
[6]Hadits Shahih, HR Bukhari dan Muslim.
[7]HR Bukhari.
[8]HR Ibnu Sa’ad.
[9]HR Bukhari.
[10]Hadits Hasan, HR Ahmad.

No comments:

Post a Comment