Abi Zaid Amr bin Akhtab al-Anshari r.a. bercerita, “Bahwa Rasulullah Saw pernah
berkata kepadaku, ‘Wahai Amr bin Akhthab, mendekatlah kepadaku!’ Lalu aku mendekat ke beliau dan beliau pun
tiba-tiba mengusap-usap tangannya ke kepalaku dan jenggotku seraya berdo’a, ‘Ya
Allah, jadikan jenggot ini bagus dan awetkanlah kebagusannya’.” Berkat do’a
Nabi ini, meski usia Amr bin Akhthab lebih dari seratus tahun, tetapi
jenggotnya tetap bagus, tak ada uban putihnya kecuali hanya sedikit, tampan wajahnya,
dan tidak berubah sampai ajal menjemputnya.[1]
Debu Memenuhi Seluruh Mata dan Wajah Kaum Musyrik!
Abu Abdurrahman al-Fahri
bercerita, “Pada saat perang Hunain, Rasulullah mengambil segenggam
tanah kemudian menaburkannya ke wajah musuh sembari berkata, ‘Wajah-wajah yang
buruk.’ Atas izin Allah SWT, tentara Muslimin berhasil mengalahkan orang-orang Musyrik
ini. Sehingga pada suatu hari, anak-anak mereka bercerita kepada kami bahwa waktu
itu tidak ada seorangpun dari bapak-bapak mereka melainkan mata dan mulut mereka
penuh dengan tanah."[2]
Kencangnya Lari Unta itu Berkat Pukulan Nabi Muhamad Saw
Abu Hurairah berkisah,
"Seorang pemuda datang menjumpai Rasulullah seraya berkata, ‘Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku akan menikahi wanita dari golongan Anshar.’ Lantas
Rasulullah balik bertanya, ‘Apakah kamu telah melihatnya?’ Dia menjawab, ‘Ya, aku
telah melihatnya.’ Beliau kembali bertanya, ‘Dengan mas kawin berapa kamu akan menikahinya?’ Dia menjawab, ‘Dengan segini dan segini.’ Kembali
beliau berkata, ‘Betapa banyaknya mas kawin itu, seakan-akan kalian memahat
perak dari sisi gunung ini. Kami (Nabi dan Sahabat) tidak memiliki sebanyak itu
untuk diberikan kepadamu, namun suatu saat kami akan mengutusmu mengikuti suatu
peperangan sehingga kamu bisa mendapatkan ghanimah.’[3] Sebab itu, tatkala Rasulullah mengutus rombongan perang ke
Bani Abs, beliau mengutus pemuda itu bersama mereka.
Lalu pemuda itu
mendatangi Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak
melihat keadaan untaku ini bila untuk berperang?’ Kemudian Rasulullah meraih
tali unta pemuda itu, seakan-akan beliau berpegangan untuk berdiri, lalu Rasulullah
memukul unta tersebut dengan kakinya. Abu Hurairah berkata, ‘Demi
jiwaku yang ada di tangan-Nya aku melihat unta itu berlari mendahului
pemimpinnya’.”[4]
Terkabulnya Do’a Saad bin Abi Waqash Berkat Doa Nabi Muhamad Saw
Sa’ad bin Abi Waqash r.a.,
bercerita bahwa Nabi Saw pernah berkata, “Ya Allah, kabulkanlah permintaan Sa’ad
ketika dia berdo’a.” Dan do’a Sa’ad bin Abi Waqash pun selalu dikabulkan oleh
Allah SWT.[5]
Jabir bin Samrah r.a. bertutur, "Para
penduduk Kufah mengadukan Sa'ad bin Abi Waqash r.a. kepada Umar bin al-Khathab
r.a. –yang pada waktu itu menjabat sebagai khalifah, sedang Sa'ad sebagai
gubernur yang diangkat olehnya untuk daerah Kufah. Sampai kemudian Umar memecat
Sa’ad lalu digantikan Ammar untuk memerintah penduduk Kufah itu.
Orang-orang Kufah mengadukan, sampai-sampai
mereka itu menyebutkan bahwa Sa'ad tidak bagus dalam mengerjakan shalat. Sa’ad
diminta datang oleh Umar r.a. lalu Umar bertanya, ‘Wahai Sa'ad bin Abi Waqash,
sesungguhnya orang-orang Kufah menyangka bahwa kamu tidak bagus dalam
mengerjakan shalat.’ Sa'ad menjawab, ‘Tentang hal ini, demi Allah, sesungguhnya
aku bersembahyang dengan orang-orang itu sebagaimana shalatnya Rasulullah. Aku
bersembahyang shalat isya', lalu aku perpanjangkan dalam kedua rakaat yang
pertama, sedang kedua rakaat yang terakhir aku peringankan.’ Umar menegaskan, ‘Itu
adalah penyangkaan orang-orang padamu, wahai Abu Waqash.’
Selanjutnya Umar mengirimkan Sa'ad
bersama seorang atau beberapa orang ke daerah Kufah untuk menanyakan kepada
penduduk Kufah tentang diri Sa'ad. Tiada suatu masjid pun dan para penduduk
Kufah itu memuji kebaikannya. Akhirnya masuklah di suatu masjid di lingkungan
Bani 'Abs. Kemudian ada seorang laki-laki di antara mereka itu berdiri, namanya
Usamah bin Qatadah yang diberi gelar Abu Sa'dah. Dia berkata, ‘Kalau Anda
bertanya kepada kami tentang Sa'ad, maka sesungguhnya Sa'ad itu tidak pernah
ikut pergi memimpin pasukan ke medan perang, tidak pernah mengadakan pembagian
harta ghanimah dengan sama rata dan tidak pernah pula menjatuhkan putusan suatu
perkara berdasarkan nilai keadilan.’
Sa'ad lalu berucap, ‘Demi Allah, aku akan
berdo’a dengan tiga macam permohonan” Ya Allah, jikalau hambamu ini –Usamah bin
Qatadah– berkata dusta dan melakukan hanya karena congkak dan kesombongan
belaka, maka panjangkanlah usianya, langsungkanlah kefakirannya dan
permudahkanlah dia untuk berbagai kefitnahan.’
Setelah beberapa saat berlalu, orang itu
–Usamah bin Qatadah– jikalau ditanya, siapa dirinya, dia menjawab, ‘Aku adalah
orang tua bangka yang terkena fitnah, karena do’anya Sa'ad sudah mengena pada
diriku’.”
Abdul Malik bin ‘Umair yang meriwayatkan
hadits ini dari Jabir bin Samrah berkata, "Aku sendiri melihat orang itu
sesudah tuanya, kedua alisnya telah rontok di atas kedua matanya karena teramat
tua. Dan, sesungguhnya dia menampakkan diri pada kaum wanita sambil
menarik-narik tangan mereka.”[6]
Berkah
Do’a Nabi Muhamad Saw kepada Abdurrahman bin ‘Auf
Anas r.a bercerita bahwa Rasulullah berkata
kepada Abdurrahman bin Auf, “Semoga Allah selalu memberikan keberkahan kepadamu.”[7]Abdurrahman
bertutur, “Sungguh, aku lihat diriku, seandainya
aku mengangkat batu niscaya aku temukan di bawahnya emas dan perak!”[8]
Allah SWT
telah membuka pintu rezeki kepadanya, dan memberikan sebuah anugerah keberkahan
yang luar biasa, baik dari langit maupun bumi. Padahal, ketika baru tiba di
Madinah, dia termasuk golongan Muhajirin yang fakir. Rasulullah
mempersaudarakan antara dia dan Sa’ad bin Rabi’ Al-Anshari r.a.
Sa’ad berkata
kepada Abdurrahman, “Wahai
Abdurrahman, aku
mempunyai dua istri, pilihlah yang paling cantik di antara
keduanya. Aku akan mentalaknya, setelah jeda waktu
iddah, kamu boleh menikahinya. Aku juga mempunyai harta di sana dan di sini,
ambilah yang kamu kehendaki.”
Abdurrahman
berucap, “Wahai saudaraku Sa’ad, aku tidak memerlukan semua itu. Semoga Allah
memberikan keberkahan atasmu dan kedua istrimu serta hambamu
(budak).” Lalu Abdurrahman
melanjutkan, “Tunjukkan aku di mana pasar berada.”[9]Akhirnya,
dia berdagang di pasar dan dalam jangka waktu yang pendek dia sukses. Kesuksesan
ini berkat do’a Nabi Saw kepadanya sampai kemudian rezekinya terus melimpah ruah. Abdurrahman
bin Auf meninggal sekitar tahun 31 H
atau 32 H dan dimakamkan di Madinah. Di antara harta peninggalannya adalah emas
murni yang kemudian dibagi-bagikan kepada kaum Muslimin. Saking banyaknya, sampai-sampai
para tukang pembagi emas pun merasa kewalahan membagikannnya. Juga, setiap istrinya
mendapatkan delapan puluh ribu dinar.
Sebagian
riwayat lain mengatakan, setiap istri Abdurrahman bin Auf mendapat seratus ribu
dinar. Tetapi ada pula yang
mengatakan, istri-istrinya mendapat kurang lebih delapan puluh ribu dinar.
Sebelum Abdurrahman
wafat, dia berwasiat untuk menyedekahkan sebagian hartanya buat
kepentingan perjuangan Islam dan kaum Muslimin.
Di antara
harta-harta yang dia sedekahkan antara lain 1.000 kuda dan 50.000 dinar untuk
jihad di jalan Allah, memberikan lahan
perkebunan
miliknya kepada
para ibu-ibu kaum Mukmin,
memberikan hadiah kepada setiap pejuang perang Badar
sebesar 400 dinar, atau 100 dinar, bahkan semua tentara Islam mendapatkan
bagian masing-masing. Utsman bin
Affan juga turut
mengambil bagiannya. Setiap hari dia
juga membebaskan
30 budak dan
mensedekahkan 700 unta (unta yang biasa membawa perbekalan) yang biasa
dipergunakan untuk berdagang, dan setiap unta ini membawa perbekalan baik
makanan maupun yang lain. Dan di hari lain, dia juga menyedekahkan
hartanya sebesar 4.000 dinar, kemudian bersedekah lagi 40.000 dinar,
lalu 40.000
dinar, dan bersedekah 500 ekor kuda, serta
500
kendaraan yang lain.
Bayi Epilepsi Sembuh Setelah Disentuh Dadanya oleh Nabi Muhamad Saw
Ibnu
Abbas r.a. berkisah, “Suatu waktu, seorang perempuan mendatangi Nabi dengan membawa
anaknya. Lalu dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, anakku terkena epilepsi. Dia
selalu mengambil makanan dan merusaknya ketika kami sedang makan.’ Kemudian
Rasulullah mengusap dada bayi itu serta mendo’akannya. Tiba-tiba bayi itu memuntahkan
semacam kotoran berwarna hitam yang lumayan banyak dan seketika bayi itu sembuh.”[10]
No comments:
Post a Comment