Salah satu tokoh di balik terwujudnya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diluncurkan per 1 Januari 2014 lalu adalah Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti.
Keterlibatan dokter lulusan Universitas
Gadjah Mada (UGM) ini dalam program asuransi sosial itu dimulai saat menjabat
Ketua Pengelola Gama Medical Center (GMC). Ia menggagas sebuah program jaminan
kesehatan untuk rakyat miskin di Yogyakarta, yang kemudian menjadi cikal bakal
program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Peraih master di bidang tropical hygiene
(epidemiologi) dari University of Mahidol, Bangkok, Thailand dan doktor di
bidang kesehatan masyarakat di Universitas Newcastle, Australia, ini mengakui,
bukan perkara mudah mengembangkan program asuransi sosial yang melibatkan seluruh
penduduk. Butuh dukungan penuh, terutama dari keluarga mampu, untuk membayar
iuran. Di sinilah terjadi subsidi silang.
"Negara Jerman saja butuh waktu
sekitar 100 tahun saat mengembangkan program asuransi sosialnya. Sementara kita
baru memulai lima tahun terakhir ini. Wajar jika terjadi problem
sana-sini," kata pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, pada 17 Mei 1962 ini.
Peraih gelar profesi ahli asuransi
kesehatan (AAK) dari Pamjaki (Perhimpunan Ahli Manajemen dan Asuransi Kesehatan
Indonesia) ini meminta para dokter untuk tetap bersemangat meski kapitasi yang
diberikan pemerintah terbilang kecil: Rp 8-10 ribu per peserta.
"Yang penting dokter berbuat
semaksimal mungkin. Makin banyak warga mandiri yang mendaftar, maka pendapatan
dokter akan meningkat," kata pria yang terpilih sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran UGM di usia muda, 46 tahun, ini. (Tri Wahyuni/www.suarakarya-online.com)
No comments:
Post a Comment