Saturday, January 18, 2014

Perempuan Pertama yang Beriman pada Nabi Muhamad Saw

            Terkisah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul ‘Uzza bin Qushai. Dia adalah perempuan pertama yang dinikahi Nabi Saw. Dia berasal dari klan Quraisy dan Asad. Dia lah perempuan pertama yang membenarkan risalah Nabi Saw. Sebelum Nabi diutus sebagai Rasul Allah, Khadijah dikenal sebagai "perempuan suci" dan kaya raya. Dia sudah memendam rasa ingin dinikahi oleh Nabi sebelum Nabi menjadi rasul karena mendengar dari Maysarah (salah satu budaknya) yang mengaku dirinya telah menyaksikan tanda-tanda kenabian. Selain itu, kesaksian pendeta Buhaira mengenai tanda kenabian tatkala Maysarah menemani Nabi berniaga dengan membawa barang dagangan Khadijah. Dari Khadijah lah semua putra-putri Nabi Saw lahir --kecuali yang bernama Ibrahim.

            Termasuk sikap mulia Khadijah adalah dukungannya secara tulus terhadap Rasulullah Saw. Saat turun wahyu pertama, Khadijah menguatkan dan membesarkan hati Nabi Saw. Nabi mengadu pada Khadijah, "Saya khawatir pada diriku sendiri." Khadijah menenangkan Nabi Saw sambil mengucapkan, "Tidak, demi Allah, Dia tidak akan mencelakakanmu. Engkau selalu menyambung tali silaturrahim, bersabar terhadap beban dan cobaan, mencarikan sesuatu yang belum ada, engkau menghormati tamu, dan membantu menegakkan kebenaran."
Khadijah kemudian membawa Nabi kepada sepupunya, Waraqah bin Nufal. Dia seorang pengikut agama Nashrani dan sudah cukup tua serta rabun. Waraqah bin Nufal bertanya kepada Nabi, "Wahai sepupuku, ada apa?"
Nabi menceritakan perihal wahyu yang turun kepadanya. Lalu Waraqah bin Nufal berkesimpulan, "Dia adalah Namus (seorang Nabi) yang sebelumnya sudah diberitahukan pada Musa a.s. Semoga saya panjang umur dan memiliki hewan tunggangan kecil ketika engkau diusir oleh kaummu."
Nabi bertanya, "Apakah mereka akan mengusirku?"
Jawab Waraqah, "Ya, tak ada seorangpun yang mendapat tugas sepertimu kecuali akan dimusuhi. Jika saya panjang umur maka saya akan menjadi pendukungmu." Selang beberapa waktu Waraqah bin Nufal meninggal dunia.[1]
Khadijah adalah perempuan pertama yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Dia membenarkan setiap apa yang dibawa oleh Nabi dan meringankan setiap beban yang diembannya. Dia juga tidak mendengar sesuatu yang buruk menimpa Nabi kecuali membantunya agar tetap teguh dan tegar.
Karena itu, Nabi senantiasa mengingat kebaikan Khadijah bahkan setelah perempuan mulia ini wafat. Sayyidah Aisyah bercerita, "Rasulullah tidak keluar dari rumah kecuali menyebut kebaikan Khadijah dan memujinya. Hingga pada suatu hari, saya merasa cemburu, ‘bukankah dia (Khadijah) hanya seorang perempuan tua, yang sudah diganti oleh Allah dengan yang lebih baik?' Mendengar hal ini Nabi marah. ‘Tidak, demi Allah, Khadijah tidak tergantikan kebaikannya. Dia beriman di saat orang lain mengingkari kenabianku. Dia mempercayaiku di saat orang lain menuduhku pembohong. Dia membelanjakan hartanya di saat orang lain menghalangiku. Dia melahirkan anak-anakku sementara yang lain tidak’."[2]
Jangan heran dengan cinta Nabi Saw kepada istri terkasih dan paling setia, Khadijah. Dan jangan heran pula bila Nabi Saw demikian memujinya melampaui pujiannya kepada istri-istri yang lain.
Aisyah bercerita, “Nabi Saw tidak menikah dengan seorang pun hingga Khadijah wafat. Dan saya, tak pernah mengenal Khadijah sama sekali, dan tak pernah merasa cemburu pada perempuan sebagaimana cemburuku pada Khadijah. Karena Nabi Saw terlalu sering menyebut kebaikannya.”[3]
Semoga keselamatan senantiasa tercurahkan kepada "perempuan suci" yang pernah mendapat salam dari Allah melalui malaikat Jibril, "Sesungguhnya Allah mengucap salam kepada Khadijah." Khadijah menjawab, "Sesungguhnya Allah Dzat Keselamatan. Untukmu [Jibril] keselamatan, rahmat dan berkah-Nya."
Betapa bahagianya wanita mulia ini, wanita yang telah mendapat jaminan tempat dari Allah di surga. Tempat yang damai dan tenang tanpa riuh resah[4] dan gelisah.[5]



[1]al-Bukhari (3), Muslim (160), Ahmad (6/223, 233), al-Hakim (3/183-184).
[2]Al-Ishâbah (4/283), Al-Isti'ab (4/287), Musnad Ahmad (6/117-118), Siyar A'lâm Al-Nubalâ (3/421).
[3]al-Hakim (3/186).
[4]Kenapa harus tempat yang damai dan tenang? Karena Khadijah masuk Islam dengan damai dan tenang tanpa riuh dan ribut. Dia bahkan menenteramkan kegelisahan Nabi Saw sehingga dia sangat pantas mendapatkannya. Demikian al-Suhaili menuliskannya seperti dalam kitab Fathu al-Bâri (7/172).
[5]al-Bukhari (3820), Muslim (2432), Ahmad (2/231), al-Hakim (3/185).

No comments:

Post a Comment