Dia adalah Zainab binti Khuzaimah al-Hilaliyah, istri Nabi Saw. Dia disebut ibunya orang-orang miskin, Ummul masaakiin, lantaran demikian banyak kebaikannya. Dia memberi mereka makan dan bersedekah kepada mereka. Suaminya, Abdullah bin Jahsy, terbunuh pada perang Uhud. Lalu Rasulullah Saw menikahinya dan dia cuma dua atau tiga bulan hidup bersama Nabi Saw, kemudian wafat.[1]
Kedermawanan dan
Berbuat Baik
Zainab
binti Jahsy r.a. adalah istri dari Zaid bin Haritsah, anak angkat Rasulullah
Saw. Setelah Zaid menceraikannya, Zainab diperistri oleh Nabi Saw bedasarkan
nash al-Qur'an,[2]
tanpa wali dan tanpa saksi. Zainab amat membanggakan pernikahannya itu pada
istri-istri Nabi yang lain. Dia berkata, "Kalian dinikahkan oleh keluarga
kalian, sedangkan aku dinikahkan oleh Allah dari atas 'Arasy-Nya." Dia juga pernah
bertutur, "Sesungguhnya Allah menikahkanku di langit."[3]
Zainab
termasuk pemimpin wanita yang wara', paham agama, dermawan dan baik hati.
Barzah
binti Rafi' berkisah, tatkala Umar mengirimkan uang pada
Zainab, dia pun mengucapkan, "Semoga Allah
mengampuni Umar. Karena orang selain aku
lebih berhak atas harta ini." Lalu Barzah berkata, "Semuanya ini untukmu wahai Ummul
Mukminin."
Zainab
pun berujar,"Subhanallah!" Lalu dia menutupi uang
itu dengan pakaian sembari berkata, "Letakkan
dan lemparkan pakaian di atasnya." Kemudian Zainab meminta Barzah, "Masukkan
tanganmu, ambillah segenggam dari uang itu lalu berikan pada keluarga fulan dan
fulan (anak-anak yatim dan kerabatnya)."
Barzah lantas memisahkannya namun masih tersisa. Barzah berkata, "Semoga
Allah mengampunimu, demi Allah, aku juga
berhak mendapat bagian."
Ujar Zainab, "Untukmu yang ada di bawah pakaian itu."
Lalu Barzah mengangkat pakaian itu dan dia mendapati 85 dirham. Kemudian Zainab
mengangkat tangannya ke langit dan berdoa, "Ya Allah, jangan Engkau pertemukan
aku dengan pemberian Umar setelah tahun ini."
Dia wafat dan merupakan salah satu istri
Nabi Saw yang paling cepat menyusul Rasulullah. Dia lah sosok yang Nabi Saw sebutkan, "Yang
paling cepat menyusulku di antara kalian adalah yang paling
panjang tangannya." Yaitu,
panjang tangannya dalam kebaikan.[4]
Nabi Saw tidak
akan Menelantarkan Aku
Jika ada di antara orang Anshar memiliki anak gadis, mereka tidak menikahkannya sampai mereka tahu Nabi
Saw bersedia menikahinya ataukah tidak? Sekali waktu Rasulullah Saw berkata pada seorang Anshar, "Nikahkan aku dengan anakmu."
Orang itu merespon, "Tentu, satu
kehormatan dan kenikmatan, wahai Rasulullah."
Rasulullah
Saw menukas, "Tetapi bukan untukku."
Orang itu lalu bertanya, "Untuk siapa, wahai Rasulullah?"
Jawab Nabi Saw, "Untuk Julaibib."
Orang itu bermohon, "Aku akan bermusyawarah dengan ibunya terlebih
dulu." Lalu dia mendatangi istrinya dan menyampaikan pesan Rasulullah, "Rasulullah
Saw meminang anakmu."
Istrinya berucap, "Ya, sebuah kebahagiaan untukku."
Orang itu kembali menyempaikan pesan Rasulullah, "Tetapi bukan untuk
beliau, beliau melamarnya untuk Julaibib."
Spontan istrinya berkata, "Si Julaibib, si Julaibib, si Julaibib? Demi Allah, kita tidak akan menikahkannya."
Ketika orang itu hendak menemui Rasulullah Saw untuk memberi tahu keputusan
istrinya, anak perempuannya bertanya, "Siapa yang melamarku pada kalian?”
Lalu ibunya menceritakan. Dan anak perempuan itu langsung menukas, "Apakah
kalian akan menolak perintah Rasulullah Saw? Bawalah aku, karena aku yakin beliau
tidak akan menelantarkanku."
Kemudian ayahnya berangkat menemui Rasulullah Saw dan memberitahu beliau. "Aku
serahkan anakku padamu, maka nikahkanlah dia dengan Julaibib," ujar si
ayah saat menghadap Rasulullah. Beliau lantas menikahkannya dengan Julaibib.
Tapi, pada suatu hari, Rasulullah Saw pergi ke sebuah peperangan. Di saat peperangan
usai, beliau bertanya kepada para sahabatnya, "Apakah kalian kehilangan
seseorang?"
Mereka
menjawab, "Kami kehilangan fulan dan
fulan."
Nabi
Saw kembali bertanya, "Lihatlah apakah kalian kehilangan seseorang lagi?"
Mereka
menjawab, "Tidak."
Nabi
Saw mengungkapkan, "Tetapi aku kehilangan
Julaibib. Cari dia di antara mayat-mayat itu!"
Lalu
mereka mencari dan menemukannya di samping tujuh orang yang dia bunuh dan
mereka membunuhnya. Mereka mengatakan, "Wahai
Rasulullah, itu dia Julaibib di samping tujuh orang yang dia bunuh dan mereka
membunuhnya."
Kemudian Nabi Saw menyambanginya, berdiri di dekatnya dan mengucap, "Orang
ini dariku dan aku darinya, orang ini dariku dan aku darinya." Lalu beliau
meletakkannya dalam kubur dan tidak disebutkan bahwa Nabi Saw memandikannya.
Dan ketahuilah bahwa, tidak ada di kalangan kaum Anshar, janda yang paling
banyak rezekinya selain janda Julaibib. Ketika wanita itu ridha menikah dengan
Julaibib, Rasulullah Saw mendoakannya, "Ya Allah, tuangkanlah kebaikan
kepadanya dan jangan Engkau jadikan kehidupannya susah."[5]
No comments:
Post a Comment